Wednesday, October 09, 2024

Weeked Getaway to Pijar Park Day 2

 


Minggu 6 Oktober 2024

 

Semalam, suara-suara yang bagiku menganggu itu mash terdengar sampai midnight. Suhu udara 24 derajat, cukup sejuk jika berada di Semarang. Tapi di Pijar Park? Terasa biasa saja. Hahaha …

 

Pukul enam aku sudah memasak air untuk membuat secangkir teh, untuk menemaniku ngemil pisang crispy yang masih ada, sambil membaca buku ketika duduk-duduk di balkon dimana aku bisa memandang pepohonan tinggi-tinggi. Baru saja aku ngemil pisang crispy, ada yang mengetuk pintu: sarapan sudah datang! Dua piring nasi goreng dan 2 gelas teh hangat. Meski ga terlalu lapar aku makan saja nasi gorengnya mumpung masih hangat. Tehnya kucicipi hanya sedikit karena terasa terlalu manis.

 

Angie bangun sekitar pukul 07.00. aku lalu ke luar, ingin jalan-jalan di sekitar. 30 menit kemudian, aku kembali ke kamar.

 

Jam 09.00 Angie mandi, lalu gantian aku. Satu jam kemudian, kami jalan ke 'teras' depan villa sunset untuk berfoto-foto. Saat kami sampai sana, lokasi itu cukup penuh pengunjung. Setahun yang lalu, saat kami mau foto-foto di sana, belum banyak pengunjung. Mungkin karena waktu itu, kami melakukannya lebih pagi, sehingga belum banyak pengunjung yang datang. Terpaksa kami 'mengantri' saat ingin foto-foto. Ha ha …

 

Dari sana, kami berjalan ke lokasi tempat kami jajan kemarin sore. Kali ini, kami masuk ke spot foto khusus di mana para pengunjung diminta membayar Rp. 5000,00 untuk berfoto-foto di sini. Jam 11.00 kami kembali ke kamar, istirahat sebentar sebelum packing. Jam 12.05 kami ke 'office' untuk melaporkan bahwa kami akan check out. Kirain Angie mau makans iang di sini, ternyata dia bilang dia masih cukup kenyang: aku membawa bekal roti bakar dari rumah.

 

So? Usai check out, kami langsung meninggalkan lokasi. Setelah melewati 'ikon' selamat datang Kudus, Angie mengajak mampir ke satu minimarket: dia butuh minum kopi, aku pengen beli es krim. Untuk mengantisipasi 2 titik 'macet' yang harus kami lewati, Angie bilang dia akan santai saja nyetir motornya, kalau lelah dia akan istirahat. Aku sih oke saja.

 

To our surprise, blas tidak ada 'penumpukan' kendaraan di dua titik 'macet' seperti sehari sebelumnya. Waktu menjelang sampai Sayung -- pintu keluar jalan tol -- pun tidak ada rob, tidak seperti setahun yang lalu. Alhamdulillah.

 

Waktu masuk area Kota Lama, aku mengajak Angie mampir Latar Kota untuk makan siang/sore. Ini sekitar pukul 14.35. Angie memesan chicken cordon bleu, aku memesan chicken schnitzel. Untuk minum, Angie memsan es teh, aku cukup minum air mineral saja.

 

Chicken cordon bleu   Rp. 45.000,00

Chicken schnitzel       Rp. 35.000,00

Es teh                        Rp. 10.000,00

 

Kami sampai rumah sebelum jam 16.00, safe and sound. Alhamdulillahh.

 

Note:

I love Pijar Park karena terletak di 'dalam' hutan. Aku ga sukanya ya itu, tiap malam Minggu selalu ada panggung musik sampai midnight, jadi susah mau istirahat. :(

 

PT56 15.38 08 Oktober 2024

 

Weekend Getaway to Pijar Park Day 1

 


Tanggal 5 Oktober kembali aku mengajak Angie dolan ke Pijar Park dan menginap semalam di sana. Yang berbeda kali ini adalah pilihan kamar yang kami inapi: jika di bulan Juli 2023 lalu, aku memilih 'rumah pohon' (karena impianku ketika kecil: punya rumah di pohon, lol), kali ini aku memilih cottage superior yang bisa untuk 3 orang. Harga sewa cottage superior (saat weekend) Rp. 750.000,00. kali ini Pijar Park sedang menawarkan diskon 50% bagi mereka yang menginap saat weekdays.

 

Sabtu 5 Oktober 2024

 

Karena di hari Sabtu 5 Oktober 2024 aku masih harus masuk kerja di pagi hari, kami berdua baru meninggalkan rumah menjelang pukul 12.00. Sebelum jauh dari rumah, aku mengajak Angie mampir di satu rumah makan untuk makan siang terlebih dahulu: aku memilih menu ayam bakar sedangkan Angie memilih ikan nil gongso. Untuk minum, kami memilih air es.

 

Ayam bakar    Rp. 19.000,00

Nila gongso    Rp. 18.000,00

Air es 2 gelas Rp.    6.000,00

 

Pukul 13.10 kami meninggalkan rumah makan ini dan langsung menuju arah Kaligawe lanjut ke Demak dan Kudus. Angie mendapat kabar bahwa sedang ada perbaikan jalan di pertigaan Trengguli, sehingga kendaraan-kendaraan besar yang menuju Jepara (dari arah Semarang/Demak) harus menuju Kudus terlebih dahulu baru belok ke arah Jepara. Maka, Angie pun siap-siap jika harus sering ngerem kendaraan gegara jalan yang padat merayap.

 

Ternyata, kami baru sampai area Karangtengah, kami sudah mendapati jalan yang padat sehingga kendaraan harus 'merayap' alias berjalan pelan-pelan.

 

"Ini kita belum sampai Trengguli loh Sayang. Lha Demak saja belum nyampe kita," kataku ke Angie. Semoga dia tabah, lol.

 

Benar saja. Setelah melewati alun-alun Simpang Enam Demak (aku mengajak lewat kota, I would rather choose this route than the outer road), menjelang sampai pertigaan Trengguli, kendaraan-kendaraan kembali harus berjalan pelan-pelan. Karena jalan yang seperti inilah, aku malah ga sempat mengantuk. Ahak ahak … ikutan tegang soalnya, lol.

 

Setelah melewati 'ikon' Kudus -- alias perbatasan Demak - Kudus -- kami merasa cukup lega. Destinasi kami tidak jauh lagi. Saat melewati satu minimarket, Angie mengajak mampir, dia butuh melemaskan kaki yang pegal harus ngerem terus menerus. Selain itu, dia membeli satu bungkus mie instant rebus. Di WA story Pijar Park aku melihat bahwa di jenis penginapan cottate, ada pantry di dalam kamar! So? Angie ingin mencoba memasak sesuatu di dalam kamar.

 

Kami sampai di lokasi sekitar pukul 15.30. ketika baru masuk area Pijar Park, seorang petugas parkir mendekati, aku langsung bilang kalau kami akan menginap. (setahun yang lalu, petugas parkir langsung menunjukkan arah menuju tempat parkir buat mereka yang menginap, tanpa ngecek tanda aku sudah booking.) Dia dengan sopan memintaku untuk menunjukkan bukti buking. Setelah kutunjukkan buktinya, dia menunjukkan arah tempat Angie bisa memarkir sepeda motornya.

 

Setelah urusan pembayaran selesai (berbeda dengan tahun lalu: aku langsung bayar full, kali ini, aku memilih membayar uang muka sebesar 30% dulu saat booking, pelunasan saat kami datang ke lokasi), seorang petugas langsung mengantar kami ke kamar yang kami pilih: cottage superior nomor 1.

 

Menurut prakiraanku, cottage superior ini dua kali lebih luas ketimbang rumah pohon tempat kami menginap tahun lalu. Setelah masuk, sebelah kanan ada pantry, sebelah kiri kamar mandi. Setelah itu baru ada tempat tidur dengan ukuran King, yang memang bisa ditiduri oleh 3 orang, dengan syarat ukuran tubuhnya tidak oversize, lol. Ada space yang cukup luas buat kami berdua jika ingin melakukan yoga. Misalnyaaa. Di deretan yang sama dengan pantry, ada televisi, di bawah televisi ada rak yang berisi amenities yang disediakan untuk tamu yang menginap. Di 'seberang' pintu masuk, ada pintu keluar yang menuju balkon. Di belakang balkon? Ada deretan rumah pohon dan pepohonan yang tinggi-tinggi!

 

Setelah ngecek kamar, Angie mengajak ke 'jembatan pinus' yang ada di belakang deretan cottage superior / cottage family. Suhu udara tidak terasa sesejuk setahun sebelumnya. Di lokasi yang tahun lalu, kami duduk-duduk sambil membaca buku, tidak lagi ada meja, hanya bangku yang bisa diduduki 2 orang. Meja dan kursinya pindah ke tempat yang lain. Kami ga lama di sini, aku langsung mengajak Angie kembali ke kamar, ganti baju, lalu berjalan ke tempat lain, di mana kami duduk-duduk sampai selepas maghrib. Di lokasi ini, kami memesan satu porsi mendoan, satu porsi pisang crispy dan satu gelas es teh, Angie yang ingin ini. Aku cukup minum air mineral saja.

 

Sekitar pukul 18.00 kami kembali ke kamar. Di lapangan camping ground belum nampak terlalu banyak orang yang akan berkemah maupun berkegiatan di situ. Aku jadi berharap malam itu tidak akan ada suara berisik yang mengganggu, meski Angie bilang lokasi cottage kami sekarang lebih jauh dari camping ground ketimbang lokasi rumah pohon tempat kami menginap tahun lalu.

 

Setelah kembali ke kamar, Angie pun masak mie instant rebus yang dia beli sebelum kami sampai Pijar Park. Aku tidak merasa perlu ngemil apa-apa lagi: aku sudah ngemil 2 potong mendoan dan 1 potong pisang crispy sebelumnya, ini sudah cukup mengenyangkan perutku.

 

To my disappointment, mendekati jam 20.00, mulai terdengar suara orang-orang menyanyi dari arah camping ground. Sementara dari arah lain terdengar seperti ada pengajian. Hmfttt … pablebuat?

 

Monday, September 09, 2024

Lawangsewu 08 September 2024

 


'Demi' menciptakan nostalgia, aku mengajak kedua keponakan -- tentu saja bersama Angie dan dua tantenya -- untuk dolan ke Lawangsewu, salah satu the most historical building di kota Semarang pada hari Minggu 8 September 2024. Kebetulan salah satu tante Angie berulangtahun di tanggal 7 September 2024. 

Kebetulan rumah kami terletak tidak jauh dari pusat kota, kurang dari 2 kilometer sampai Tugumuda. Kami tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke Lawangsewu. Meskipun begitu, kami berangkat dari rumah sekitar pukul 08.45, cukup pagi karena siangnya tante Angie yang baru ulang tahun sehari sebelumnya, ada acara yang harus dia hadiri jam 12.00. 

Sebelum ini kami sudah pernah ke Lawangsewu, tapi aku lupa itu kapan, dan bahkan foto-fotonya tidak bisa aku trace di medsos. Ini sebab aku merasa perlu untuk mencatatnya di sini. Kebetulan ada satu hal baru di LS, yakni immersive room, yang menunjukkan kisah dibangunnya Lawangsewu in a nutshell, dalam bentuk film. 

kami berada di ruang immersive






Kami meninggalkan lokasi sekitar pukul 11.35. satu tantenya Angie langsung menuju venue tempat dia akan beraktifitas bersama teman-temannya, sementara yang lain menuju satu warung bakso untuk makan siang. Setelah itu, baru kami pulang. 

And I felt exhausted, didn't know why, lha wong mung dolan mrana tok loh.


PT56 13.44 09/09/2024

Tuesday, August 20, 2024

Jepara, We are coming! Day 2

 


Minggu 18 Agustus 2024 Pantai Kartini & Pulau Panjang

 

Semalam suara gaduh dari luar penginapan tetap terdengar sampai midnight! Ini berarti aku belum bisa terlelap sampai tengah malam. Ini salah satu excuse mengapa meski alarm berbunyi pukul lima pagi, aku lanjut molor sampai jam enam. Ha ha …

 

Saat aku melongok ke luar kamar sekitar jam 06.15, di tempat parkir penuh sepeda motor yang terparkir. Entah jam berapa orang-orang yang naik motor-motor itu datang datang semalam, karena ketika kami kembali ke kamar, tempat parkir di depan penginapan itu masih kosong!

 

Jujurly, aku ingin lanjut molor lagi, lol, tapi, aku kok ya pengen jalan-jalan sampai 'ujung' ya? Akhirnya aku mengajak Ranz jalan-jalan sampai ujung. Di sebelah 'sana' ternyata sudah ada beberapa warung makan yang sudah buka, sudah menyiapkan tikar untuk alas duduk dan 'bean bag' untuk pengunjung di pinggir laut. Mereka menawari kami untuk mampir, tapi Ranz yang tidak biasa sarapan sepagi itu tentu menolak. Aku sendiri merasa ga nyaman jika langsung mampir, lha Angie masih molor di penginapan.

 

Menjelang jam 7 kami sudah balik ke penginapan, lalu mandi agar jam 8 sudah siap untuk menyeberang ke Pulau Panjang. Ternyata Angie sudah melek dan jalan-jalan di sekitar penginapan.

 

Jam 8 kami sudah sampai dermaga perahu untuk menyeberang ke Pulau Panjang. Satu orang membayar tiket Rp. 30.000,00. Di sini, Deven dihitung sama dengan yang dewasa. Hoho … Kebetulan sebelum kami membeli tiket, sudah ada satu keluarga yang membeli tiket -- suami istri dan 2 anak yang masih kecil-kecil, lebih muda ketimbang Deven yang berusia 10 tahun tahun ini. So, kami pun langsung diberangkatkan naik perahu Sapta Pesona, ga pakai nunggu.

 

Perjalanan memakan waktu hanya 15 menit. Meski belum ada jam 9 saat kami sampai Pulau Panjang, panas sang mentari sudah terasa sangat menyengat! Jadi rada malas mau foto-foto di pinggir pantai dengan pasir putih dan laut yang airnya berwarna biru itu, malas kalau pulang-pulang warna kulit sudah keling. Wakakakakaka … padahal ya sebenarnya ingin nyemplung air, seperti waktu main ke Gili Ketapang. 'Sayangnya' di Pulau Panjang tetap belum ada penginapan, nampaknya. Jika ingin menginap di sini -- agar bisa main di pantai berpasir putih di sore hari agar warna kulit tidak mendadak keling -- terpaksa ya tetap camping, seperti pengalaman kami di tahun 2016.

 


To our surprise, di dekat pantai tempat kami dulu camping, sudah banyak warung-warung makan (di tahun 2016 lalu, masih sangat jarang!) dan banyak tenda yang nampak terpasang di 'camping ground' situ. To our disappointment, mereka yang camping di situ nampak jorok banget. Hikss … Well, resiko sih jika banyak orang yang camping. Jadi ingat di tahun 2015 waktu aku dan Ranz ke sini, area untuk camping itu masih kosong, terasa luas untuk berlarian sambil foto-foto. Sekarang? Boro-boro dah.

 

Meski begitu, aku menikmati warung-warung yang sudah ada. Mereka menyediakan tikar-tikar di dekat pantai, di bawah pohon-pohon, jadi lumayan sejuk. Angie yang sudah kelaparan, langsung bilang mau sarapan. Dia memilih menu indomie goreng + telur, aku memilih lontong pecel, Deven nasi goreng, sedangkan Ranz memesan indomie goreng + telur setengah matang. Ternyata setelah datang, bukan telurnya yang dimasak setengah matang, melainkan indomie-nya yang dimasak setengah matang, lol.

 

Deven nampak sangat menikmati main pasir sampai-sampai dia ga segera sarapan jika tidak kami paksa.

 

Pukul 10.30 aku sudah mengajak beranjak dari situ, untuk jalan-jalan 'masuk hutan'. Seingatku, hutannya itu dulu cukup sejuk sehingga jika kita berjalan-jalan, ga akan terlalu terpanggang sinar matahari. Well, tentu ada bagian yang rada gersang, tapi masih terhitung sejuklah. Sekarang? Tetap terasa panas!

 


 

Kami tidak jalan jauh-jauh, karena aku pikir kami masih butuh beristirahat di penginapan, ngadhem setelah kepanasan. Setelah sampai di satu gardu pandang, kami berhenti, foto-foto, lalu kembali ke dermaga, untuk kembali ke Pantai Kartini.

 

Setelah menyeberang balik ke Pantai Kartini, Angie minta dibeliin es teh. Untunglah teh yang dijual di dekat dermaga itu rasanya lumayan, ketimbang es teh yang kubeli di pantai Bandengan, terasa banget itu pakai air tanah, bukan air mineral, karena rasanya rada-rada asin. Hikss …

 

Pukul 11.30 kami kembali ke penginapan. Aku dan Angie mandi, Deven juga karena dia kan main di air laut. Lalu kami packing. Jam 12.30 kami meninggalkan penginapan, karena sudah ditanya yang jaga, "mau nambah menginap semalam lagi atau mau keluar?" lol.

 

Karena kami memesan travel untuk kembali ke Semarang pukul 14.00, kami duduk-duduk di yang jualan minuman dekat dermaga penyeberangan ke Pulau Panjang, karena rasa tehnya lumayan. Sambil menunggu, Ranz dan Deven nyewa motor trail mainan.

 

Pukul 13.35, Ranz sudah mengajak keluar dari kawasan Pantai Kartini, menuju spot yang ditunjuk sopir travel kemarin, untuk menunggu dijemput. To our surprise, di sana banyak sekali mobil yang terparkir. What are those people doing? Or waiting? Ternyata o ternyata, mereka adalah sopir taksi online -- yang kali itu bekerja offline, tanpa menggunakan aplikasi -- yang menunggu penumpang/turis yang turun dari kapal ferry dari Karimun Jawa. Aku sempat ditawari, tapi karena kami sudah buking tiket travel, aku tolak.

 

And … to our disappointment, armada travel yang kami pesan -- semeru -- tidak kunjung datang bahkan sampai lebih dari jam 14.00. Ranz yang sudah buking tiket travel jam 17.00 untuk kembali ke Solo sudah nampak resah dan uring-uringan. Akhirnya armada travel itu datang jam 14.15. Tapi, saat sopir menyebut nama-nama penumpang, nama kami berempat tidak disebut. Semua penumpang itu adalah mereka yang baru pulang dari Karimun Jawa.

 

Aku pun mendesak bertanya pada sang sopir apakah masih ada armada lain dari semeru? Jawabnya, ada, sedang otw ke Pantai Kartini. Oke. Kami tunggu.

 

7 menit kemudian, ada armada lain datang. Entah mengapa feelingku mengatakan kayaknya kami ga bakal terangkut lagi nih. Di sekitar kami masih banyak orang-orang yang baru turun dari kapal. And … it was true! Nama kami berempat tidak dipanggil lagi. Saat aku bertanya kepada sopir, dia bilang dia tidak tahu apa-apa, kami diminta bertanya pada CS.

 

Aku pun kepikiran untuk naik taksi online saja, agar tiket travel Ranz ke Solo tidak hangus. Tapi, sekaligus meminta Ranz kalau bisa me-reschedule keberangkatannya, dari pukul 17.00 ke pukull 18.00. well, aku tahu biasanya travel Arag** itu sering fully-booked, but who knows. Ye kan? Akhirnya Ranz pun berhasil reschedule, dan … pihak CS travel semeru minta maaf ke Ranz karena nama kami berempat tidak tercantum dalam travel keberangkatan jam 14.00 dengan alasan ada satu armada yang rusak. Dan kami ditawari untuk refund. Uteke!!!

 

'untunglah' masih banyak mobil taksi offline di sekitar kami. Akhirnya kami pulang ke Semarang dengan naik mobil taksi itu, dengan biaya Rp. 450.000,00 sampai di Taman Kasmaran. Kami meninggalkan Pantai Kartini sekitar pukul 15.00, dan sampai di Taman Kasmaran pukul 17.10. Syukurlah.

 

Ini hari Selasa 20 Agustus. Aku masih menunggu proses refund uang yang sudah kami bayarkan.

 

PT56 15.09 20/08/2024

 

Jepara, We are coming! Day 1

 



Sabtu 17 Agustus 2024 Pantai Kartini & Pantai Bandengan

 

Mumpung aku dan Ranz libur di hari Sabtu ini, weekend ini kami pilih untuk dolan ke Jepara. Namun karena Deven harus ikut upacara 17-an terlebih dahulu di sekolah, Deven dan Ranz baru berangkat dari Solo jam 09.00. Mereka sampai pool travel Ara*** di Taman Kasmaran Semarang sekitar jam 11.00. Kami janjian di pool travel di Jl. Imam Bonjol sekitar jam ini. Travel yang kami naiki ke Jepara menyediakan pemberangkatan setiap dua jam sekali, dari jam 10.00 lalu jam 12.00, lalu jam 14.00 dan seterusnya.

 

Travel yang kami naiki meninggalkan pool travel di IB tepat pada pukul 12.00. Perjalanan lancar, alhamdulillah, meski sempat harus melewati dua titik perbaikan jalan yang membuat kami harus berhenti untuk sesaat. Ini kami sudah sampai di kawasan Kabupaten Jepara. Kami sampai di pintu gerbang masuk Pantai Kartini pukul 14.00. Tepat seperti yang aku harapkan.

 

Untuk masuk kawasan Pantai Kartini, kami membayar Rp. 30.000,00 untuk 3 orang. Deven yang masih dianggap anak-anak ternyata gratis. Alhamdulillaaah. Biasanya kami naik sepeda masuk kawasan pantai ini, kali ini kami berjalan kaki, mana matahari sedang panas-panasnya, berjalan menuju homestay KOTA BARU terasa cukup melelahkan, lol.

 

Semula Ranz buking satu kamar VIP dengan harga Rp. 325.000,00 yang cukup untuk kami berempat. Ternyata, kamari ini terletak di lantai 2. 'Sayangnya' tangga yang dipakai naik ke lantai 2 bukan tangga yang 'established', terbuat dari kayu, yang membuat Ranz khawatir jika kudu naik turun, aku akan kesusahan. Maka, kami bertanya apakah ada kamar lain di lantai 1 yang bisa kami pakai berempat. Akhirnya, kami pindah ke 2 kamar yang terletak di luar, dengan menambah biaya Rp. 100.000,00. Saat aku dan Ranz menginap di sini tahun 2015, kami juga menginap di satu kamar, yang pada weekend ini dipilih oleh Angie untuk kami berdua. Ranz dan Deven di kamar sebelah kami.

 

Bagiku pribadi, yang membuatku kurang nyaman di kamar lantai 2 -- meski kalau dilihat sekilas, kamarnya jauh lebih nyaman karena luas -- ada beberapa laki-laki yang menginap di kamar lantai 2 yang dengan nyaman nongkrong di kursi lorong dengan bertelanjang dada.

 

Setelah resmi check-in, istirahat sebentar di dalam kamar sembari ngadhem, Angie mengajak keluar untuk mencari es teh. Aku putuskan hanya beli 1 cup saja, karena aku sedang mengurangi minum manis. Dan … ternyata rasanya ya … yaaah … C sajalah. Ho ho … Kemudian kami menuju Kura-Kura Ocean Park, dimana para pengunjung bisa menikmati akuarium yang berisi beraneka spesies ikan dan penyu. Angie penasaran ingin melihat di dalamnya. Namun, sebelum masuk, aku bilang sebaiknya kami menawari Deven, mungkin dia ingin masuk juga. Maka, kami pun keluar, kembali ke penginapan yang hanya terletak 25 meter dari situ. Kebetulan, pas Deven dan Ranz menuju ke Kura-Kura Ocean Park. So? Kami langsung bersama menuju lokasi penjualan tiket. Satu tiket untuk orang dewasa Rp. 18.000,00 untuk anak-anak Rp. 13.000,00. untuk kami berempat -- 3 dewasa 1 anak-anak -- kami membayar Rp. 67.000,00.

 

Itu sekitar jam 3 sore. Kami berencana berangkat ke pantai Bandengan sekitar pukul 4 sore. Ranz khawatir jika kami terlalu asyik di Ocean Park, rencana ke pantai Bandengan bakal keteter. O tentu tidaaak! Aku yang sangat ingin ke pantai Bandengan kok, ingin main di pantai berpasir putih! Karena kami buru-buru, kami tidak lama-lama memutari Ocean Park, ini pun hanya di lantai 1. kami tidak menyempatkan diri ke lantai 2.

 

Keluar dari Ocean Park, ternyata Ranz tergoda untuk naik sepeda motor 'trail' ukuran anak-anak. Harga sewanya Rp. 25.000,00 'sebosannya'. Ho ho …

 

Kami sudah balik ke penginapan sekitar pukul 15.45. aku menyempatkan mandi terlebih dahulu karena tubuh rasanya lengket berhubung keringatan: hawa panas sekali! Sementara itu, Angie diajak si penjaga homestay untuk 'menjemput' sepeda motor yang satu lagi di pantai Bandengan! Beberapa hari sebelum kami ke Jepara, aku sudah bertanya-tanya tentang sewa motor ini. Si penjaga menyanggupi menyediakan 2 sepeda motor untuk kami sewa sejak jam 4 sore sampai jam 9 malam dengan biaya sewa Rp. 100.000,00.

 

 

Jam 16.15 kami sudah meluncur menuju Pantai Bandengan. Aku memboncengkan Deven, Angie memboncengkan Ranz. Menurut google map, Pantai Bandengan terletak sekitar 4 kilometer dari Pantai Kartini. Untuk mengetahui jaraknya, aku menyalakan strava. Ternyata strava menunjukkan angka 6,7 kilometer dari homestay Kota Baru Pantai Kartini, sampai di ujung paling Barat Pantai Bandengan. Keinginan memotret sunset di ujung Barat pantai mengalahkan keinginan main-main di area pasir putih. Haha … ya sudah, gapapa. And we were blessed! Sunset sore itu sangat sempurna! Kami bisa memandang matahari yang utuh bundar perlahan-lahan turun di balik Bumi belahan Barat.

 

FYI, untuk masuk Pantai Bandengan, kami diminta membayar Rp. 30.000,00, Deven yang masih anak-anak dianggap 'invisible'; ini kata Angie. Haha …

 

Kami meninggalkan Pantai Bandengan jam 18.00. Kami langsung menuju arah alun-alun, tempat aku dan Ranz 'biasa' makan malam dengan bumbu ikan bakar srepeh. Karena Angie tidak suka ikan bakar, kami pesan 1 ikan untuk dibakar dengan bumbu srepeh, 1 ikan goreng, dan 1 udang asam manis buat Deven. Untuk minum, kami ambil 2 botol air mineral 600ml, dan 1 gelas es teh untuk Deven. Plus 2 porsi nasi, kami membayar Rp. 307.000,00. duh, jebule larang rek! Awokawokawok …

 

Setelah selesai makan malam, kami langsung menuju penginapan. Ini sekitar pukul delapan malam.

 

Malam itu, aku ga mandi lagi, karena sore sudah mandi sebelum berangkat ke Pantai Bandengan, Angie mandi. Demikian juga dengan Ranz dan Deven. Sebelum tidur, aku mengajak Ranz jalan-jalan ke 'ujung' area Pantai Kartini, yang selama ini belum pernah kami 'injak'. Perasaan dulu itu setelah Kura-kura Ocean Park, tidak ada apa-apa lagi ke arah 'sana'. Sekarang banyak warung makan. Kebetulan di halaman Kura-kura Ocean Park, ada rombongan orang yang sedang latihan menari dengan iringan lagu 'Sajojo'. Dan, masih banyak anak-anak yang 'beredar' yang keliling-keliling dengan naik 'trail' maupun 'scooter' di kawasan itu.

 

Sebelum jam setengah sepuluh, kami balik ke penginapan. Saatnya istirahat!

 

To be continued.

 

Tuesday, July 09, 2024

Cirebon 2024 Day 2

 



Minggu 7 Juli 2024

 

Kali ini aku yang memilih hotel untuk menginap (2 tahun kemarin Noek yang memilih), dan aku memilih hotel yang juga menawarkan sarapan. (3 kamar Rp. 810.000,00) so, pagi ini kami ga perlu buru-buru bangun untuk berjalan kemana begitu untuk mencari sarapan.

 

Pukul 07.15 kami bertujuh turun ke lantai 1 untuk sarapan bersama. Jika sehari sebelumnya, kami ditanya mau sarapan apa (ada 3 pilihan: nasi goreng, nasi soto, aku ga ingat yang satu lagi apa, lol), kami semua memilih nasi goreng kecuali Riz yang memilih nasi soto. Ternyata setelah kami sampai di 'dining room', hanya ada nasi goreng yang ditata a la buffet. Untunglah nasi gorengnya enak! Untuk minum, aku mengambil kopi hitam no sugar, dan kopi tetap terasa enak.

 

Pukul 09.30 kami check-out. Aku mengajak dolan ke Goa Sunyaragi. Dengan ada google map, kami tidak perlu penunjuk jalan seperti mbak Tien sebenarnya. Tahun 2016 lalu waktu aku dan para gadis pelor dolan ke Cirebon, Ranz yang membaca google map. Kali ini, aku yang membacanya.

 

To our surprise, tempat kami parkir mobil dan pintu masuknya nampak berbeda dari saat aku ke sana di tahun 2016. Noek dan Angie yang juga sudah pernah ke sini bilang hal yang sama. Dulu itu, dari tempat aku dkk parkir sepeda, kami harus berjalan lumayan jauh, di mana banyak orang menjajakan minuman dan jajanan. Kali ini tidak ada. Mungkin pandemi telah mengubahnya.

 

Of course, Goa Sunyaragi is very worth visiting! Sayangnya entah apa yang ada di benakku saat ditawari apakah kami butuh ditemani tour guide, aku hanya menjawab, "Terima kasih." harusnya aku terima saja ya? Lha yang di tahun 2016 lalu aku dkk juga tidak pakai tour guide je. Ha ha … Terrible of me!

 




 

Pukul 11.30 kami sudah sampai di RM Nasi Jamblang Bu Nur. Dan seperti biasa, kami kudu ngantri untuk mengambil makan. Jika tahun lalu kami sempat dua kali makan di situ, kali ini cukup sekali saja. Setahun sekali ngantri mau ambil makan di nasi Jamblang gapapa lah.

 

Sekitar pukul 12.30 kami sudah meninggalkan RM itu dan menuju ke arah Kanci. Sekitar pukul 15.00 kami telah sampai di rest area KM 379 A Batang. Mumpung ada program promo SB, aku mengajak Angie ke café yang sedang dimusuhi banyak orang itu, lol. Kebetulan mas Ari -- suami Riz yang nyetir -- mengantuk, jadi kami istirahat lumayan lama di sini.

 

Alhamdulillah pukul 17.25 kami sudah sampai rumah.

 

Guess what? Aku sudah mulai berburu mau menginap di hotel mana tahun depan di Cirebon? Lol. Kebiasaan, kalau pulang dari dolan somewhere, bawaannya pengen dolan lagi! Lol.

 

PT56 15.37 08/07/2024

 

Cirebon 2024 Day 1

 


Finally, the time for our annual trip to Cirebon has come! Horraayyy.

 

Jika tahun 2023 kami berkesempatan dolan ke Cirebon pada tanggal 1 - 2 Juni 2023, tahun ini kami baru mendapatkan kesempatan itu pada tanggal 6 - 7 Juli 2024. 'Kebetulan' tahun ini aku selalu mendapatkan jadual mengajar di hari Sabtu, dan mencari guru pengganti di hari Sabtu itu tidak mudah, jadi, ya menunggu saat aku mendapatkan term break. 2 keponakan malah senang karena ini juga saat mereka libur naik kelas. Pulang dari Cirebon lelah, keesokan hari tidak perlu memaksa diri berangkat sekolah.

 

Sabtu 6 Juli 2024

 

Aku bangun jam 5 pagi untuk mempersiapkan sarapan dan bekal yang akan kami bawa dalam perjalanan. Menu? Biasa saja: mie goreng + ayam goreng + telur dadar.

 

Kami meninggalkan rumah pukul 08.10. Baru duduk di kursi, aku sudah diserang rasa kantuk karena semalam rada susah tertidur. Malam-malam sebelumnya juga parah kualitas tidurku. Oh ya, as usual, aku dan Angie duduk di kursi paling belakang. Mengetahui bahwa kakiku butuh space yang lebih longgar, sebenarnya Angie menyarankanku duduk di kursi baris tengah, gantinya Rani, keponakanku yang besar, duduk di belakang bareng Angie. Tapi, aku pikir kalau aku pengen ngobrol dengan Angie dalam perjalanan bakal susah. Ternyata? Mataku nyaris ga bisa melek, lol. Meski ini tidak berarti aku bisa tidur nyenyak dalam perjalanan loh ya.

 


 

Kami sampai di rest area km 260B Banjaratma sekitar pukul 11.15. saatnya mampir ke toilet, meluruskan kaki, dan makan bekal. Aku lihat di rest area ini sudah ada gerai fast food yang tahun lalu belum ada, juga sudah ada Starb***s! namun aku sudah membawa bekal cappuccino yang kumasukkan dalam tumbler dari rumah. So, aku tetap merasa tidak perlu mampir ngopi di SB. Dengan adanya kedua gerai itu, rest area nampak kian menarik dilihat.

 

Sepanjang perjalanan, langit berwarna biru cerah sekali. Sementara itu, kata mbak Tien, Cirebon diguyur hujan deras sejak jam 2 dini hari. Kontras banget!

 

Kami melanjutkan perjalanan pukul 12.30.

 

Kami keluar di gerbang tol Kanci. Dari arah sini, kami masuk Cirebon, dan langit nampak cerah. Namun, tak lama setelah kami masuk area kota, langit dengan cepat berubah nampak berawan dan kelabu. Sayangnya aku tidak memperhatikan jam berapa kami sampai area perumahan Adi Dharma, Tangkil, dimana rumah mbak Tien terletak. Kami tidak lama di rumah yang sempat ditinggali kakak selama 7 tahunan sebelum meninggal di bulan Mei 2019. Mbak Tien sendiri yang menawari kami langsung ke makam, khawatir jika hujan turun lagi.

 

Kebetulan di jalan menuju makam Kasinengan ada orang yang sedang punya 'hajat', mbak Tien terpaksa mencari jalan lain untuk menuju ke makam. Untunglah meski jalan di situ cukup sempit (bakal susah jika ada 2 mobil berpapasan.) masih cukup bagi mobil yang kami tumpangi untuk sampai di makam. Di makam pun kami ga lama-lama. Kami membaca surah Yaasiin dengan buru-buru karena gerimis sudah turun lagi.

 



 

Dari makam, mbak Tien kembali berada di depan untuk mengantar kami ke hotel yang sudah kami buking. P** hotel terletak di Jl. Dr. Wahidin. Saat menuju hotel ini, kami baru ngeh kalau mall Grage terletak tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Ini mall yang cukup nostalgik bagi aku, adik-adik, dan juga Angie karena zaman dulu itu, setiap kami dolan ke Cirebon, kakak mengajak kami jalan-jalan ke situ. Bahkan di tahun 2008 sebelum kakak kena stroke di bulan April-Mei 2009, aku dan Angie beberapa kali berenang di kolam renang di belakang mall.

 

Sesampai hotel, kami check-in, lalu mbak Tien pamit pulang.

 

Malamnya kami keluar sekitar pukul 18.40 untuk mencari makan malam. Adek memilih untuk makan malam di Grage mall. Ya sudah kami ke sana. Aku yang tidak biasa makan malam, malam ini membiarkan Angie memilih mau makan apa, dan akan kami makan bersama. Angie memilih bakmi Jawa rebus.

 

Kami sudah kembali ke hotel sebelum pukul 21.00.

 


To be continued.

Monday, May 27, 2024

Aerostreet is in town!

Hari Minggu 26 Mei 2024, aku dan Angie dolan ke Queen City Mall, demi nyambangi 'jualannya' satu brand lokal yang mottonya "lokal tak gentar" ini. aku super jarang ngajak Angie ngemall, sekalinya aku ngajak, Angie excited banget. Yeah, sekali-sekali di hari Minggu ngadhem di mall bareng Emak. hoho ...

 

honestly, meski sejak beberapa tahun yang lalu. Ranz cerita tentang brand satu ini, aku ga begitu merhatiin. Bahkan saat aerostreet pertama kali launching sepatu edisi batik dengan tulisan nama Gibran, aku tetap ga memberi perhatian khusus. padahal Ranz membelikanku sepasang! hoho

sampai saat debat cawapres pertama dimana Gibran mengenakan sepatu brand ini, lalu orang-orang di medsos heboh tentang sepatu lokal dengan harga yang sangat terjangkau dengan kualitas yang lumayan. aku baru ngeh! aku baru bertanya-tanya ke Ranz tentang sepatu ini, lol. 

 

di atas ini beberapa edisi spesial yang dijual melalui 'war', di event ini hanya untuk pajangan

 

semakin ngeh lagi saat seorang rekan kerja bercerita tentang dia menang 'war' pembelian sepatu edisi looney tunes. cakep sekali gambarnya! uhuy! dan, waktu pengen beli, rekan kerja ini bercerita kisahnya saat 'ngewar'. owalaaaahhh ... begitu ya ceritanya. hihihi ...

lalu, aku dan Angie beli apa di event khusus aerostreet ini? rahasyaaa ... pokoknya kami beli 3 item.

pulangnya aku mengajak Angie makan sore -- makan malam yang terlalu gasik lol -- di satu kafe yang terletak di Taman Kasmaran, tempat aku biasa menjemput Ranz datang dari Solo.

our dinner

MS48 16.29 27/05/2024

Friday, May 17, 2024

My "morning ritual" with Angie (2)

 


Waktu 'menemukan' post ini di daftar unggahan yang dilihat pengunjung blog, aku penasaran, "morning ritual apaan sih ini?" haha ... aku yang menulis dari pengalamanku dengan Angie, tapi aku lupa. jiaaan, faktor U beneran ini. 😁😂😀 

Pagi ini, Jumat 17 Mei 2024, aku mengantar Angie ke stasiun Tawang. Dia mau dolan ke Jakarta, naik KA Menoreh. Dia tidak sendirian, namun bersama seorang rekan kerjanya yang bernama Diana. 

Sebelum kami 'berpisah' (Angie mau masuk peron), seperti biasa Angie salim dan mencium tanganku. Ini kulanjutkan dengan 'ritual' aku mencium kedua pipinya, plus hidungnya. Lalu, Angie membalas dengan mencium kedua pipiku. Waktu melihat 'ritual' ini, aku sempat melihat ekspresi wajah Diana yang bengong, "wow!" mungkin dia berpikir begitu. 😆😆😆 kemudian, aku mendengar komentarnya ke Angie, "sebegitunya sih mbak?" 😄😃😂

Hahahahahahaha ... ga tahu dia, ini adalah ritual pagi kami berdua, saat Angie akan berangkat bekerja. Kalau dulu, ya sebelum Angie masuk sekolah, setelah kuantar sampai di depan gerbang sekolah.

MS48 08.52 17/05/2025

 


Friday, May 10, 2024

Dari Kampung Melayu ke Pelabuhan, Kampung Batik dan Kota Lama

 


Kamis 9 Mei kebetulan adalah libur Kenaikan Isa Almasih. Kami sekeluarga menyempatkan diri keluar berjalan-jalan.

 

Angie kepengen jalan-jalan ke Kampung Melayu; ini adalah triggernya. Aku sempat heran kok mendadak Angie kepengen ke sana. Dia sendiri hanya nyengir ga jelas ketika kutanya. Jawabnya, "Entahlah Ma. Tiba-tiba saja Angie pengen ke sana." Baiklah! Kebetulan memang aku kepengen juga mengenalkannya dengan Masjid Menara yang legendaris.

 

Kami sekeluarga -- minus suaminya Riska yang harus tetap masuk kerja -- meninggalkan rumah sekitar jam 08.15. tumben Riska berani naik motor sendiri kali ini, jadi kami berenam naik 3 motor: aku memboncengkan Rani, Angie memboncengkan Noek, tantenya, dan Riska memboncengkan Adek. Aku yang memimpin peleton, lol, langsung menuju ke Kampung Melayu. Spot pertama untuk berfoto adalah gapura bertuliskan KAMPUNG MELAYU.

 



"Loh, Kampung Melayu hanya seperti ini to Ma?" tanya Angie heran. Lol. Nah kan? Lol. Aku yakin jika kami ikut 'pasukan' Bersukaria Walk dengan guide yang bisa menjelaskan ini itu, tentu Kampung Melayu akan lebih menarik diulik ini itu.

 

Dari gapura, kami menuju Masjid Menara. Kami berfoto-foto dengan latar belakang menara masjid. Aku menyempatkan bercerita ke Angie dan dua keponakan bahwa masjid yang ada sekarang ini tinggal satu lantai, padahal di awal dulunya masjid ini terdiri 2 lantai. Yang lantai pertama sudah 'terkubur': saking seringnya area ini banjir, harus terus menerus dinaikkan permukaannya, sehingga sekarang yang bisa kita lihat hanyalah 'sisa' jendela di lantai satu yang tinggal seperempat jendela. Aku juga menjelaskan bahwa konon menara yang ada sekarang, di awal pembangunannya, pernah dimanfaatkan sebagai mercusuar, sampai mercusuar Willem 3 dibangun di tahun 1884. (honestly, waktu googling tahun berapa mercusuar ini dibangun, 3 sites yang kukunjungi menyebut tahun yang berbeda, lol. Just tryi googling it by yourself, lol.)

 



 

Dari area pelabuhan, kami ke Kampung Batik. Awalnya ini tidak masuk itinerary (eh, pelabuhan juga gak masuk itinerary awal ding, ha ha), mendadak Noek menyebut ini. Oke deh, kita mampir ke sana saja. Riska dan kedua anaknya belum pernah ke Kampung Batik. 

 


 

 


Dari Kampung Batik, karena ga punya ide mau ke mana lagi, lol, kami langsung ke Kota Lama. Aku berjanji menraktir pecel / tahu gimbal / tahu campur di warung Ning Halimah, tempat seorang kawan bekerja di sana. Ternyata sampai sana, warung belum buka. Ya sudah. Kami jalan-jalan dulu di sekitar situ.

 

Kapan-kapan kami jalan-jalan lagi, dalam rangka mengenal kota sendiri.

 

PT56 12.09 10/05/2024