Ini merupakan kisah lanjutan dari
yang kuunggah disini.
25 Desember 2021
Pagi itu cuaca mendung. Aku dan Ranz
ke rooftop untuk melihat situasi kolam renang dan mengabadikan pemandangan sekitar
apartment. Melihat kolam renang kosong sampai pukul 06.15, aku gatal pingin
berenang. Aku pikir pasti yang sudah booking kolam renang mager nih. Setelah
maju mundur, akhirnya aku bilang ke petugas yang menjaga apakah dia
membolehkanku berenang. Ternyata boleh. Maka, aku dan Ranz buru-buru balik ke
kamar, aku persiapan pakai baju berenang, dan balik lagi ke rooftop. To my
disappointment, jam 06.23 sudah ada yang nyemplung kolam renang, orang yang
reservasinya pukul 06.30. ya sudahlah, belum rezekiku bisa berenang pagi ini.
Sekitar jam 07.00 aku dan Ranz balik
ke kamar. Ternyata Angie dan Fitri sudah kelaparan, lol. So, tanpa mandi
terlebih dahulu, lol, kami keluar cari sarapan. Angie pingin bubur ayam. Ya,
yang lain manut deh. :)
Setelah sarapan, aku mengajak
anak-anak mampir ke Radit, pinjam helm agar aku dan Ranz bisa ngikut Angie dan
Fitri yang ternyata ingin dolan ke Kulon Progo. Untunglah Radit ada di kos, dan
dia bisa meminjami kami 2 helm sekaligus.
Sebelum pukul 10.00 kami sudah
meninggalkan apartment untuk menuju Kulon Progo. Tujuan pertama: Pantai Glagah.
Ternyata lumayan jauh ya dari Jakal
km 5. hihihi … jaraknya hampir 50 kilometer. Well, sekilas sih pantai Glagah
ini tidak jauh berbeda dari pantai Parangtritis, pasirnya hitam dan garis
pantainya panjang. Yang membedakan tentu saja ada 'laguna' di pantai Glagah.
Namun karena laguna penuh dengan perahu-perahu yang disewakan dan orang-orang
yang antri ingin naik perahu, kami malas 'berkeliaran' disitu; kami langsung
menuju pantai dimana ada 'timbunan' pemecah ombak yang cukup terkenal sebagai
objek foto.
Angie didn't let me 'pose' :D |
Karena kondisi kaki kananku yang sedang tidak ramah untuk dipakai berjalan kaki jauh, (cedera lutut kanan) aku hanya mengajak Ranz foto-foto
di pinggir pantai, kemudian duduk-duduk di bawah satu payung yang disewakan.
Kami sempat menikmati es kelapa muda.
Dari pantai Glagah, ternyata Angie
dan Fitri ingin ke NYIA, bandara Jogja yang baru, yang terletak di sebelah
Barat dari pantai Glagah. Wow. Pantas, kawan2 pesepeda Jogja 'cukup' bersepeda
ke NYIA untuk 'sekedar' bergrandfondo. Hahahaha …
Honestly, sempat ga pede loh aku dan
Ranz: boleh ga sih (hanya) berwisata ke NYIA karena kami tidak perlu naik
pesawat terbang? Ternyata boleh! Hahahaha …
Dari NYIA, kami ke Waduk Sermo. Nah,
ini adalah keinginan terpendamku sejak sekian tahun yang lalu: penasaran sekali
ingin bersepeda kesini. Di perjalanan mendekati waduk, aku melihat cukup banyak
orang yang bersepeda kesini, rombongan. Treknya mirip Gunung Pati, rolling yang
bakal cukup bikin ngos ngosan, hahahaha …
Saat hampir sampai waduk, kami harus
mendaki tanjakan kemudian turun tanjakan. Ini berarti menuju waduk maupun saat
akan meninggalkan waduk, pesepeda harus tetap ngos ngosan. Hahahahaha …
Ternyata di Waduk Sermo tidak banyak
pilihan untuk kulineran, tidak seperti yang dekat waduk Gajahmungkur. Angie,
Fitri, dan Ranz sempat jajan cilok, satu jenis jajanan yang aku tidak bisa
turut menikmati. Maka, ketika Fitri shalat, aku mengajak Ranz mlipir ke satu
warung mie ayam. Perut hanya terisi bubur ayam sejak pagi.
Dari Waduk Sermo, kami langsung balik
menuju Jogja. Alhamdulillah sudah ada google map yah jadi ga perlu
sering-sering turun untuk bertanya kepada orang yang kita lewati harus menuju
rute mana.
Destinasi terakhir adalah kafe Kebon
Ndalem yang terletak di ujung perempatan dekat Tugu Jogja. Ini juga aku yang
ingin mampir.
Alhamdulillah hari ini aku sudah
mengunjungi 2 lokasi yang ingin kukunjungi: Waduk Sermo dan Kafe Kebon nDalem.
Sekitar pukul tujuh malam kami sampai
ke apartment. Setelah mandi, aku menemani Ranz keluar beli makmal. Kebetulan
tidak jauh dari apartment ada angkringan yang jualan bakmi Jawa. Angie dan
Fitri sudah molor di kamarnya.
To be continued.
Kelanjutan kisah ada di link ini.
PT56 08.18 02/01/2021
No comments:
Post a Comment