Sekitar 2 tahun yang lalu, saat Ranz mengajakku dolan ke Ngawi, aku juga mengajak Angie untuk ikut. Waktu itu, Angie menolak, khawatir jika pulang dari Ngawi sesampai Solo terlalu malam, lalu kita berdua tidak bisa langsung pulang ke Semarang. Padahal Angie harus masuk kerja di hari Senin pagi. Meski aku yakinkan bahwa kita bisa mengatur waktu agar kita tetap bisa pulang ke Semarang hari Minggu malam, Angie tetap menolak.
Kali ini, aku dan Ranz berencana dolan ke Ngawi hari Sabtu, yang berarti kami ga harus buru-buru balik ke Solo dari Ngawi. Mungkin karena inilah Angie mau ikut aku dan Ranz dolan ke Ngawi di tahun ini. But ya jelas, aku harus meyakinkan dia bahwa di hari Minggu, kami sudah akan sampai rumah paling lambat jam 22.00.
Aku berangkat terlebih dahulu ke Solo hari Jumat 11 April 2025 dengan naik travel pukul 10.00. Angie yang harus masuk kerja di hari itu, menyusulku dengan naik travel pukul 19.00
Sabtu 12 April 2025
Kami berempat -- aku, Angie, Ranz, dan Deven -- berangkat menuju stasiun Balapan jam 08.10 naik taksi online. Sesampai stasiun Balapan, kami langsung menuju peron 7/8, yang letaknya berbeda dari peron 1 - 6. untuk pertama kali kami menginjakkan kaki di area stasiun Balapan yang nampak modern! :) Kami naik KA BIAS menuju Ngawi.
KA BIAS yang kami tumpangi meninggalkan stasiun Balapan pukul 08.58, dan kami sampai di stasiun Ngawi pukul 10.05. FYI, jika ingin memesan taksi online di sini, kita harus ke luar dulu dari stasiun, berjalan sekitar 200 - 300 meter, baru lokasi kita bisa dibaca oleh aplikasi taksi online. Semula, kami hanya berencana untuk menengok (kembali) Benteng Van den Bosch. Namun, aku tiba-tiba juga ingin ke Srambang Park. Ketika aku mengatakan hal ini kepada Ranz, dan kami ngecek biaya sewa taksi online ke Srambang Park, Ranz setuju. Setelah mendapatkan satu taksi online, kami menawar harga sewa. Si sopir setuju dengan harga Rp. 350.000,00. Tujuan pertama kami adalah Benteng Van den Bosch. Tiket masuk: Rp. 10.000,00 per orang. Untuk mobil, kami kudu membayar Rp. 5.000,00.
Yang pertama kami lakukan sesampai Benteng Van den Bosch adalah mampir di salah satu kantin yang ada: Angie belum sarapan! (aku, Ranz dan Deven sudah sempat sarapan bubur ayam sebelum berangkat.) di sini Angie memesan mie ayam, sedangkan Deven memesan satu pop mie. Kami baru masuk ke dalam area benteng sekitar pukul 11.30.
Aku sama sekali pangling dengan penampakan Benteng yang sekarang, jika dibandingkan dengan kondisi Benteng di tahun Desember 2019, saat pertama kali aku dan Ranz ke sini. Meskipun begitu, honestly, ternyata meski telah direnovasi dan bangunan benteng nampak modern, vibes kunonya masih terasa kok.
Sekitar pukul 13.00 kami ke luar. Sopir taksi yang kami sewa telah menunggu kami di tempat parkir mobil. (FYI, setelah mengantar kami ke Benteng, dia pamit untuk mengantar anaknya pulang ke rumah terlebih dahulu. Si anak ternyata naik KA BIAS yang sama dengan kami, dia bersekolah di satu sekolah swasta di daerah Kerten, Solo.) dari sana, kami langsung menuju Srambang Park, yang terletak kurang lebih 33 kilometer dari pusat kota Ngawi.
Sesampai tempat parkir Srambang Park, aku rada heran: tumben sepi. Aku dan Ranz -- diantar mas Martin dan mbak Niken -- ke sini tahun 2023, waktu itu, mencari tempat parkir saja lumayan susah. Apa karena masih sering turun hujan ya? Di beberapa lokasi, ada kejadian pohon tumbang dan menimpa turis (bukan di Srambang sih setahuku). Bisa saja hal ini membuat orang tidak berani berkunjung ke destinasi wisata yang berupa hutan. Dari tempat parkir, kami naik ojek menuju pintu masuk. Seperti biasa, satu motor kami membayar Rp. 5000,00. kami menyewa 3 motor, aku sendiri, Angie sendiri, Ranz dan Deven satu motor. Tiket masuk Srambang Rp. 20.000,00 per orang.
Bisa dibayangkan jika tempat parkir saja sepi, suasana di dalam juga sepi. Setelah berjalan-jalan di dalam, aku baru ingat, di banyak tempat, pengelola memberikan peringatan: "JIKA TURUN HUJAN, HARAP SEGERA KEMBALI." peringatan ini khususnya untuk mereka yang terus berjalan menuju air terjun. Aku suka 'trekking' di sini karena treknya mudah :) meski mudah (jika dibandingkan dengan trek menuju air terjun Semirang atau Curug Lawe/Benowo), ini tetaplah trekking di tengah hutan dengan pohon-pohon yang tinggi-tinggi, sungai yang airnya bening dan dingin.
Syukurlah sampai kami memutuskan untuk ke luar dari area Srambang Park pukul 15.30, hujan tidak turun. Hujan turun saat kami on the way menuju stasiun Ngawi. Kami sampai di stasiun Ngawi sekitar pukul 16.30. KA BIAS yang kami naiki berangkat dari stasiun pukul 16.50. kami sampai di stasiun Balapan pukul 18.00.
Dari sana, Ranz mengajak kami makmal di WE GOT STEAK. See? Jika aku sedang bepergian begini, tatanan makanku yang biasanya hanya dua kali sehari (sarapan dan maksi) jadi berantakan. Hiksss … mau ga ikut makan, kok eman-eman, lha ditraktir je, lol.
Mungkin kami sampai rumah Ranz sekitar pukul 21.00.
Guess what? Aku dan Ranz masih mau dolan ke Ngawi lagi! Hohoho … Ranz menyesal karena dia tidak kepikiran untuk sekalian ke Srambang, maka dia pesan tiket KA BIAS yang jam 08.58. andai sejak awal berencana begitu, dia akan memesan tiket yang lebih pagi lagi, agar kami bisa lebih puas eksplore Benteng Van den Bosch.
PT56 14.02 22 April 2025
The same story can be read here too.
![]() |
penampakan benteng Van den Bosch Desember 2019 |
Sabtu 12 April 2025 |