Thursday, April 18, 2024

Easter Holiday 2024 Day 3

 

Minggu 31 Maret 2024

 

Aku berencana bangun sebelum jam enam pagi agar aku bisa nyemplung kolam renang tepat jam 6, seperti dulu saat aku masih rajin berenang, aku akan berangkat dari rumah sekitar pukul 05.45 agar sudah sampai di kolam renang Paradise Club sekitar jam 05.55 dan persis jam 06.00 nyemplung kolam renang. Tapi, ternyata aku mager, lol. Aku sampai kolam renang yang mungkin jaraknya sekitar 100 meter dari kamarku, pukul setengah tujuh. Di salah satu bangku yang tersedia, ada seorang perempuan duduk di situ yang sedang sibuk dengan hapenya. Mungkin dia hanya sekedar berjalan-jalan di sekitar situ, dan tidak berniat berenang.

 

Maka, dengan suka cita aku menikmati kolam renang hotel yang berasa kolam renang pribadi, lha aku sendirian saja. Sekitar satu jam kemudian, kulihat Angie menyusulku. Dia tidak ingin berenang sih (she got period one day before), dia hanya berjalan-jalan di sekitar hotel, dan kebetulan pas nyamperin aku, aku memutuskan untuk menyudahi berenangku. No matter what, aku belum berani berenang lama-lama karena terapisku berpesan jangan terlalu memforsir tubuh untuk berenang. Aku boleh berenang dengan gaya bebas, yang berarti kaki tetap lurus hanya bergerak naik turun. Nah, kalau berenang dengan gaya itu, aku ga bisa tahan lama, aku ga bisa mengambil nafas dengan baik jika berenang dengan gaya bebas. Wkwkwkwk … plus aku tidak bisa berenang dengan gaya punggung. Wkwkwkwkwk … payah wis pokoknya.

 

Sekitar pukul setengah 9 kami sudah menuju resto hotel untuk sarapan. Kali ini, kami mendapat seporsi nasi putih, ayam bakar, dan semangkuk lodeh yang meski enak tapi aku tahu itu bukan masakan yang baru matang. :( 

 




 

 

Pukul sebelas kami check out. Saat kamar sedang dicek oleh petugas kebersihan, aku menyempatkan diri meminjam sepeda untuk berputar di halaman situ sebentar. Ternyata, lebih enak jika naik sepeda milik sendiri. Wakakakaka … jadi ingat, 3 tahun yang lalu ada tamu hotel yang ingin meminjam sepedaku mau pun sepeda Ranz, tapi karena resepsionis hotel berpesan agar kami mengunci sepeda, tidak ada tamu yang bisa memakainya.

 

Karena Angie mengantuk, dan butuh asupan kopi, aku memilih rute ke arah jalan Palagan, belok ke jalan Damai, waktu lewat Café Brick, ternyata café belum buka. Aku sengaja mengajak Angie lewat jalan Kaliurang, dan mampir di kedai roti 'O di jakal km 5 untuk beli roti dan minum kopi di situ. Setelah itu, kami menuju Malioboro. Ya, kami merasa perlu membeli oleh-oleh untuk orang rumah. Aku langsung mengajak Angie menuju ujung Malioboro, ke arah pasar Beringharjo, memarkir sepeda motor di dekat situ, kemudian jalan kaki menuju Teras Malioboro 1; membeli oleh-oleh berupa daster untuk seorang tantenya Angie -- Rizka -- dan satu daster untuk seorang adik sepupu. Sedangkan untuk tantenya Angie yang satu, kami belikan vest batik. Aku juga membeli sebuah tas 'cangklong' dengan ukuran cukup besar.

 

Setelah meninggalkan Teras Malioboro, kami mampir di satu kios pasar Beringharjo yang terletak di bagian luar; Angie sebelumnya telah melihat sebuah daster yang dia taksir di situ. Di situ, kami membeli 2 buah daster, yang satu buatku, dan satu lagi setelah atasan dan celana pendek, untuk salah satu adik sepupu Angie.

 

Ga perlu lama-lama, kami langsung meninggalkan Malioboro. Di perempatan, kami belok ke arah Barat, Jl. Ahmad Dahlan, if I am not mistaken. Lurus, sampai satu perempatan, kami belok kanan, aku tidak ngecek gmap, pokoknya manut instink saja, wkwkwkwkwk … sayangnya ketika di satu pertigaan, waktu itu tidak terlihat petunjuk arah yang jelas, aku memilih belok kiri, hingga kami sudah menempuh jarak beberapa ratus meter, dan aku melihat nama jalan yang tertera di beberapa toko, Jl. Godean! Wkwkwkwk … waduw, jadi harusnya tadi di pertigaan, aku seharusnya memilih belok kanan.

 

Menjelang sampai Jombor, aku sudah bilang ke Angie, untuk mengirim barang bawaan kami ke Semarang via travel, agar selama perjalanan balik, kami tidak dibebani barang. Itu sebab aku beli tas 'cangklong' yang cukup besar untuk tempat barang-barang yang kami beli. Di di travel, barang yang kami kirim cukup ringkas: satu tas pannier, milikku, satu backpack milik Angie, dan satu tas cangklong. Sekitar 10 kg, dan kami membayar Rp. 65.000.00. waktu berada di pool travel Joglo***** itu hujan deras turun. Aku sudah lega karena barang bawaan kami sudah aman dari curahan hujan karena telah kami titipkan di travel.

 

Meskipun begitu, untunglah, hujannya ga pakai lama. 15 menit kemudian kami melanjutkan perjalanan tanpa perlu mengenakan mantel. Belum jauh kami melaju, Angie sudah mengajak berhenti di rest area Candi Mas, Muntilan. Dia sudah perlu minum kopi lagi! Aku menyempatkan diri pipis di situ, padahal waktu di pool travel, aku ya sudah pipis. Tapi, aku belum butuh minum kopi lagi. Haha …

 

Alhamdulillah perjalanan lancar, kadang mendung, kadang sinar matahari terasa cukup terik. Ketika sampai di Banaran 9, aku mengajak Angie mampir. Aku mulai merasa mengantuk, dan Angie lelah. Kami benar-benar butuh istirahat. Tapi, kami berdua sama-sama tidak memesan kopi, Angie memesan es jeruk, aku pesan apa ya? Lupa, lol, tapi yang pasti bukan kopi.

 

Saat kami istirahat di Banaran 9 ini, hanya ada kami berdua di resto situ, selain seorang lelaki berusian paruh baya. Sepi sekali. Itu sekitar pukul empat sore. Gerimis mulai turun. Kami istirahat sekitar 20 menit. Angie sendiri ga berani lama-lama di situ, khawatirnya jika semakin sore kami melanjutkan perjalanan ke Semarang, jalan akan lebih crowded dengan kendaraan berbadan besar.

 

Untunglah ketika kami melanjutkan perjalanan, jalanan tidak terlalu dipadati kendaraan berbadan besar, seperti yang dikhawatirkan oleh Angie. Gerimis yang sempat turun saat kami beristirahat di Banaran 9 pun berhenti saat kami melanjutkan naik sepeda motor.

 

Menjelang jam 6 sore kami sudah sampai di area Tugumuda. Kami memutuskan untuk menuju pool travel menunggu kedatangan barang kami. Dari pada kami pulang sampai rumah terlebih dahulu, kemudian keluar lagi mengambil barang, khawatirnya kami bakal mager, lol. Barang kami baru datang sekitar pukul 18.50.

 

Kami sampai rumah sekitar pukul 19.15. alhamdulillaaah.

 

Sampai bertemu di kisah dolan kami selanjutnya! Yeay!

 

PT56 15.23 13/04/2024

 

Easter Holiday 2024 Day 2

 


Sabtu 30 Maret 2024

 

Kami memulai kegiatan hari ini dengan berjalan kaki di sekitar hotel: kami keluar dari hotel sekitar pukul enam pagi, menyusuri sawah-sawah yang sebagian telah menguning, namun sebagian lain masih hijau belum siap dipanen. Suara tenggeret terdengar dengan keras dari arah sawah-sawah itu, meski sudah mulai banyak penduduk sekitar yang nampak lalu lalang. Pukul setengah enam kami sudah kembali ke hotel dan mandi kemudian sarapan.

 

To my disappointment, ternyata sarapan disediakan a la carte, bukan buffet seperti pengalamanku bersama Ranz tiga tahun lalu. Mungkin karena (1) itu bulan puasa (2) tamu yang menginap di hotel sangat sedikit. Pagi itu kami mendapatkan nasi goreng, lauk ayam goreng, dan semangkuk sup yang tidak jelas sup apa, lol. Untuk minum, kami disediakan 2 gelas teh. Itu sebabnya, setelah kembali ke kamar, aku bikin 2 mug cappuccino. Aku sengaja membawa 2 sachet cappuccino karena tahu Angie tidak bisa minum kopi hitam yang biasanya disediakan di kamar hotel.

 

Setelah menimbang-nimbang bersama kami akan dolan kemana pagi itu, akhirnya kami memutuskan untuk ke Obelix Village yang menurut gmap jaraknya tak lebih dari 5 km dari hotel. Tiket masuk Rp. 30.000,00 per orang. Tentu saja suasananya sepi karena itu bulan Ramadan, mana matahari bersinar begitu terik. Goshong dah! Lol.

 

Di Obelix Village ini ada mini zoo, dengan beberapa macam binatang, misal keledai, bebek, ayam yang ekornya nampak sangat mengembang cantik sekali, kambing, biri-biri, dll. Selain mini zoo, ada juga flower garden dengan bunga matahari sebagai atraksi utama. Sayangnya, baru bulan Desember kemarin kami ke Rainbow Garden Trawas Mojokerto yang bunga mataharinya besar-besar, sementara di Obelix Village ini ukuran bunga mataharinya tidak sebesar itu, sehingga Angie tidak terlihat se-excited seperti waktu kami dolan ke Mojokerto bulan Desember lalu.

 

Selain itu, masih ada lagi tempat bersantai di pinggir sungai yang lumayan adhem buat nongkrong. Namun, karena sepi, tempat itu nampak kurang menarik. Hoho …

 


Kami mampir ke Petit Paris demi ngadhem setelah kepanasan di luar. Di sini, kami nunut beli minuman, aku beli something like jus jeruk, Angie beli apa ya, aku sudah lupa, lol. Maklum, terlalu lama aku ga segera menuliskan kisah ini. Yang pasti, untuk dua jenis minuman ini, aku harus merogoh kocek Rp. 58.000,00.

 

Setelah meninggalkan Petit Paris, kami ke toilet. Nah, ini, toiletnya cuantik! Dan karena masih terhitung baru, jadi bersih sekali, sangat menyenangkan untuk foto-foto. Tak jauh dari toilet, aku baru ingat lagi bahwa ada kantin di sekitar situ untuk makan siang. Di Petit Paris hanya ada minuman dan rerotian. Namun, aku sudah bilang ke Angie kalau aku ingin makan siang di Ledok Sambi, so kami ga mampir untuk makan di situ.

 

Meninggalkan Obelix Village, kami langsung menuju Ledok Sambi. Jarak tempuhnya sekitar 19 kilometer. Kok lumayan jauh juga ya. Meski lumayan jauh, untunglah, cukup mudah bagi kami untuk menemukan lokasi Ledok Sambi dengan bantuan google map. Setelah memarkir motor di tempat parkir, kami berjalan menuruni tangga. Saat menuruni tangga ini, aku ingat tangga turun menuju Curug Gendhing Asmara :) mirip-mirip seperti itu lah. Cuma, yang bakal kita 'temui' di bawah sana berbeda.

 


 

Ledok Sambi adalah sort of destinasi wisata yang sebenarnya merupakan tempat makan yang terletak di sisi sungai yang lumayan panjang. Karena terletak di sekitar Jalan Kaliurang km. 19 bisa dibayangkan air sungai ini dingin. Sungai ini memanjang, dan oleh pengelola, di pinggiran sungai disediakan meja kursi atau tikar-tikar yang bisa dipakai oleh pengunjung untuk duduk-duduk menikmati pemandangan sungai yang berair jernih, sementara anak-anak atau sanak saudara bermain air.

 


 

Aku dan Angie sama-sama tidak tertarik untuk nyebur sungai. Aku mengajak Angie ke sini karena penasaran lokasinya nampak menarik saat kulihat di IG, dan makan di pinggir sungai dengan 'hiburan' suara gemericik air dari sungai yang jernih airnya lumayan menarik. Kami hanya makan, duduk-duduk sambil membaca buku, dan menyempatkan berjalan kaki memutari area itu.

 

Sekitar pukul 15.00 aku mengajak Angie meninggalkan Ledok Sambi. Masih ada satu destinasi lagi yang akan kami kunjungi: Blue Lagoon. Aku berkunjung ke sini tanpa sengaja pertama kali di bulan Desember 2020, saat aku dan Ranz bersepeda turun dari Tlogo Putri. Waktu itu, kami hanya main air dengan menyeburkan kaki secukupnya. Kali ini, aku sengaja membawa baju renang!

 


 

Sayangnya, on the way menuju Blue Lagoon, ban belakang Angie mendadak kena paku, dua biji pula pakunya! 'untungnya' tempat kami kebanan itu, tak jauh dari lokasi satu tambal ban, di satu perempatan, entah apa ya namanya, I don't understand. Pokoknya, aku manut google map saja, waktu perjalanan dari Ledok Sambi ke Blue Lagoon. Berhubung lobangnya dua, kena dua paku, si bapak tambal ban menyarankan untuk ganti ban dalam saja. Ya wis, manut. Harganya Rp. 60.000,00.

 


 

Kami sampai Blue Lagoon sekitar pukul 16.10. Angie heran ketika tahu bahwa di tempat parkir, hanya terlihat beberapa sepeda motor, dan suasana sepi sekali. Harga tiket Rp. 15.000,00 per orang. Dengan harga sekian, kami mendapatkan 1 botol air mineral 600 ml dan satu jenis cemilan, aku memilih klethikan sejenis peyek, duh apa ya namanya, lupa, lol.

 

Setelah berjalan sampai di area di mana orang biasa berenang di Blue Lagoon ini, akhirnya kami melihat ada beberapa orang yang sedang asyik berenang maupun main air. Karena menurut petunjuk yang ada Blue Lagoon tutup jam 17.00, awalnya aku pikir aku ga jadi nyemplung.  Namun, begitu melihat Angie melepas sepatunya, dan mulai turun ke air setelah menggulung bagian bawah celana jeans-nya, aku jadi bersemangat untuk ganti baju renang dan nyemplung. Haha … better swim for a while than nothing lah.

 

Airnya lumayan dingin, dan bening! Meski aku tidak memakai kacamata berenang (gosh! Aku lupa memasukkan goggles ke dalam tas yang kubawa), mataku tidak terasa terlalu perih saat berenang.

 

Pukul 17.00 kami sudah siap ke luar dari Blue Lagoon. Yang penting aku sudah punya foto berenang di sini. Ha ha … tentu saja otw balik ke hotel, aku perlu mantengin google map, meski sebenarnya kupikir aku cukup mengandalkan intuisi menuju Jakal, lalu turun ke Jl. Damai, di Jakal km. 9. lalu belok ke arah Barat, lurus hingga sampai Jalan Palagan. Akan tetapi, aku ingat, semalam setelah makan bakmi jawa, saat kembali ke hotel, dari area jl. Damai, kami masih terus menuju Utara, lumayan jauh je, so, kupikir, ga perlu turun sampai ka Jakal km. 9 deh, saat ada jalan menuju arah Barat, aku meminta Angie belok situ, dan mengikuti jalan itu.

 

Dan … ternyata, kami nyaris tersesat! Lol. Saat sampai di jl. Palagan, yang ternyata tidak begitu kukenali, aku malah belok ke arah Utara, kalau diteruskan bakal sampai Pakem! Wkwkwkwk … kami tahu waktu kami berhenti untuk beli sate ayam buat makan malam Angie. Si bapak tukang sate yang memberi tahu kami harus kembali ke arah yang benar, wkwkwkwk …

 

Sebelum pukul tujuh malam kami sudah sampai penginapan. Saat mandi, kemudian istirahat.

 

To be continued.

 

Easter Holiday 2024 Day 1

 


Sejak dolan ke Jogja bersama Ranz di bulan Maret 2021 dan menginap di Java Village, aku sudah sangat ingin mengajak Angie menginap di hotel yang sama. Syukurlah, akhirnya kesempatan itu datang juga.

 

Jumat 29 Maret 2024

 

Hari ini adalah hari libur Nasional: Jumat Agung a.k.a. Good Friday. Angie libur! A perfect time! Pagi itu kami sahur sekitar pukul 03.45. Usai sahur, Angie molor lagi, sementara aku memilih mandi kemudian duduk-duduk di kursi di dalam kamar. Sekitar puku 07.10 Angie ke luar kamar, mandi. Angie bilang dia ingin berangkat dari rumah pukul 08.00, quite early, mengingat kami baru bisa check in jam 14.00, menurut info di web. Tapi, kalau berangkat kesiangan, rasanya kok males, lol, apa lagi jika cuaca panas, matahari bersinar sangat terang, misalnya.

 

Kami jadinya meninggalkan rumah sekitar pukul 08.15. terakhir kami turing naik motor ke Solo tanggal 24-25 Juni 2023, 9 bulan yang lalu. Angie nampak rada grogi karenanya, but I told her, "kita nyantai saja sayang, ga usah buru-buru. Toh waktu check in hotel juga jam 2 siang." Alhamdulillah perjalanan lancar sampai di Banaran 9, Pingit. Aku bilang ke Angie sebelumnya bahwa aku akan mengajaknya istirahat di situ. Kami sampai di sana sekitar menjelang pukul 10.00. Namun ternyata di bulan Ramadan, Banaran baru buka jam 12.00 siang.

 

(Semula aku berencana otw ke Jogja mampir di Banaran 9 ini. Beberapa kali bersepeda melewati tanjakan Jambu yang berkelak-kelok ini, aku dan Ranz belum pernah mampir ke sini. Hanya sekali di tahun 2013 kami mampir di Kopi Eva. Baliknya, dari Jogja ke Semarang, aku mau mengajak Angie mampir di Kopi Eva, untuk istirahat.)

 

Karena Angie sudah merasa tangannya gemetar, lol, kami nunut duduk-duduk di kursi yang ada di area parkir Banaran 9. seorang satpam menghampiri kami, memberi info sambil minta maaf bahwa Banaran 9 belum buka. Di bulan Ramadan, para pegawai baru berdatangan pukul 11.00, dan resto buka jam 12.00. 15 menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan. Aku bilang ke Angie nanti cari tempat istirahat di satu minimarket saja.

 

Setelah melewati terminal bus Secang, akhirnya Angie memilih satu minimarket untuk mampir beristirahat.

 


(FYI, aku selalu senang melewati rute Semarang - Jogja via Secang - Magelang ini karena daerah-daerah tertentu mengingatkanku pada masa-masa awal kuliah S1 di UGM Jogja. Bus (ekonomi) yang kunaiki selalu mampir di terminal Secang, meski mungkin hanya sebentar. Kemudian masuk kota Magelang, lewat Jl. Jendral Sudirman - Jl. Pemuda, karena pada waktu itu, terminal bus Magelang masih terletak di Jl. Pemuda, sebelum pertigaan Artos itu. Berasa aku masih berusia di akhir belasan tahun, lol. Aku belum lulus kuliah S1 saat kemudian terminal bus Magelang dipindah ke area luar.)

 

Di minimarket ini, kami memutuskan untuk membatalkan puasa, toh kami adalah musafir, lol. (FYI, ini adalah perjalanan turing kami pertama di bulan Ramadan!) aku memesan iced cappuccino, sedangkan Angie membeli kopi 'brewed' yang sudah tersedia di kulkas, yang ada tulisan 'kopi baper' alias kopi untuk dibawa pergi, lol. Untuk cemilan, aku memilih brownies, sementara Angie mengambil donat.

 

Setelah merasa sudah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan, sekitar pukul 11.15. Angie bertanya butuh waktu berapa lama lagi untuk sampai di hotel yang telah kami buking? Aku pikir mungkin sekitar 1,5 jam lagi. "Loh, masih jauh to Ma?" tanya Angie. Kujawab, "well, menurut gmap sih cukup 58 menit sih sayang, tapi ini kan tergantung how fast/slow you ride the motorcycle?" lol.

 

Saat melewati pertigaan Mungkid, aku baru ngeh bahwa 'bunderan' di daerah situ sudah tidak ada. Aku ga ingat apakah 'bunderan' itu sudah hilang saat kami lewat situ waktu otw balik ke Semarang, dari Tebing Breksi, 3 tahun yang lalu? Meski seingatku saat bersepeda ke Magelang mengikuti event ultah C-5 di tahun 2019, jalan di area situ sudah lebar, sampai sudah ada 'pulau jalan'.

 

Aku bilang ke Angie kalau Java Village terletak di Sleman, jadi kami belum masuk kota Jogja. Ternyata, setelah lewat gapura selamat tinggal Jawa Tengah, Angie sudah membayangkan akan segera sampai, lol. Angie sempat bertanya, "Ma, dari tadi kita sudah berada di Sleman, tapi kita kok ga sampai-sampai?" lol. "Sleman itu luas yang. Seperti ketika Mama ikut J150K, lewat Bantul kok terasa Bantul itu luaaaaaaas banget." Angie Cuma mesem, lol.

 

Akhirnya, kami pun sampai lapangan Denggung, Sleman, dimana di sebelah kiri jalan ada Sleman City Mall. Aku ingat di samping mall ini, kami harus belok kiri alias ke arah Timur. Setelah belok ke jalan ini, sekitar 500 meter, aku meminta Angie berhenti sebentar, aku butuh ngecek gmap. Tak jauh dari situ, ada perempatan dimana kami harus belok ke arah kiri, di situ Jalan Griya Taman Asri. Waktu melihat masjid yang terletak tepat di sebelah Timur perempatan itu, aku langsung ingat, itu masjid yang kujadikan 'ancar-ancar' untuk belok.

 


Kami sampai di lobby Java Village pukul 12.30. setelah mengurus administrasi di meja resepsionis, kami diminta untuk menunggu kamar untuk siap dihuni. Pukul 13.00, kami sudah boleh check in. kami mendapatkan kamar 310, di lantai 3. kali ini kami dapat harga Rp. 850.500,00 untuk dua malam, plus sarapan.

 

Ternyata Angie lelah, lol. Setelah melihat-lihat kamar, dia memilih untuk tidur. Aku ikut leyeh-leyeh.

 

Sore pukul 16.00 kami keluar, Angie butuh ngemil sesuatu sebelum berenang. Kami menemukan seorang penjual takjil di Jl. Gito-Gati. Kami jajan lemper isi ayam, sosis solo, klepon dan roti bolu. It cost Rp. 21.000,00 altogether. Kemudian mampir ke satu toko kelontong beli air mineral 600 ml, harganya Rp. 3.000.00. wah, murah!

 

Kami kembali ke hotel, sampai di kolam renang sekitar pukul 16,30. di sana sudah ada satu keluarga yang sedang bermain air (bukan berenang! Lol) ayah-ibu dan 2 anak laki-laki yang kutaksir usianya masih di bawah 10 tahun. Mereka meninggalkan kolam renang mungkin sekitar pukul 17.15. aku dan Angie meninggalkan kolam renang pukul 17.45.

 

Malam itu, kami keluar lagi, Angie lapar. Angie sempat mencari di gmap orang yang berjualan bakmi Jawa. (Semula aku mau mengajaknya ke Café Brick. Tapi, Angie memilih mencari yang lain.) kirain lokasinya tidak jauh dari hotel, ternyata, setelah mengikuti arah di gmap, kami malah sampai Jl. Magelang, kemudian masuk satu gang yang nampak sunyi. Lah, aku malah khawatir. Lol. Angie kuajak kembali ke jalan raya, Jl. Magelang, dan mencari warung bakmi yang bisa kita pilih untuk makan.

 


 

Karena perutku kenyang, kami hanya memesan 1 porsi bakmi rebus. Kami pesan wedang jeruk 2 gelas, yang kenyataannya hanya kami minum 1 gelas. Yang 1 gelas kami minta dibungkus. (ternyata setelah balik ke hotel, ga sempat kami minum sampai keesokan hari, dan kuputuskan untuk kubuang saja. Hiksss.)

 

Ternyata, ketika meninggalkan warung bakmi itu menuju arah Selatan, ga lama kemudian kami sudah sampai flyover Jombor! Angie pun kuajak lewat ring road, hingga Monjali, belok ke arah Utara, Jl. Palagan. Kami mampir beli roti bakar, Angie khawatir jika dia tidak mampu menahan asam lambungnya jika mendadak dia lapar dan kami ga punya cemilan apa pun di hotel.

 


Setelah membeli roti bakar, kami langsung kembali ke hotel. Setelah masuk hotel, tak lama kemudian gerimis turun. Wah! 

 

To be continued

 

Wednesday, March 13, 2024

Nyepi Holiday Day 2: Kampung Batik Laweyan

 

in action di depan Cafe 1956

11 Maret 2024 ~ Senin

 

Ini adalah hari libur Nyepi. Fitri pulang terlebih dahulu, sekitar jam 08.00 meninggalkan rumah Ranz, sementara aku masih mlungker di kamar, lol. How nice ya, tapi kurang sehat, lha kurang gerak. Hahahaha …

 

Jam 08.30 aku mandi, setelah itu gantian Angie yang mandi. Aku sempat bilang ke Ranz aku ingin mengajak Angie makan di RM Kusuma****. Namun akhirnya kami 'hanya' ke Saudagar Laweyan, kami cukup tinggal jalan kaki saja. Kali ini Ranz mengajakku blusukan ke kampung-kampung yang di sana masih ada rumah-rumah lawas. Sebenarnya Ranz juga ingin menunjukkan rumah yang ada bunker-nya, tapi dia sendiri lupa letaknya di mana.

 

Aku dan Angie pulang naik travel arag*n pukul 16.00.

 

PT56 11.20 13/03/2024

 




satu masjid lawas yang dibangun tahun 1945 di kawasan Kampung Batik Laweyan

di lantai 2 Saudagar Laweyan







kampung pembuatan ledre pisang

Tuesday, March 12, 2024

Nyepi Holiday Day 1: Lokananta

Musik Indonesia, dari Masa ke Masa



Gegara melihat postinganku dolan ke Lokananta bulan Februari 2024, Fitri bilang ke Angie pengen berkunjung ke Lokananta juga. Sebenarnya yang pertama ingin ke Lokananta itu Lala, rekan kerja Angie. Tahun lalu Angie sudah menemani Lala ke Solo, mereka hanya dolan berdua saja, tanpa aku. Tapi karena sesuatu dan lain hal, mereka membatalkan rencana itu, mereka pergi ke tempat lain. 

 

 

10 Maret 2024 ~ Minggu

 

Fitri mengajak kami berangkat ke Solo naik KA Banyubiru. Well, sesekali ya gapapa lah, untuk pengalaman naik kereta. (Sudah cukup lama juga aku ga naik kereta api lewat jalur Grobogan - Sragen), meski kalau dihitung-hitung jika dengan naik travel, biaya yang kami keluarkan ya hanya beda sedikit.

 


Pukul 07.00 aku mengingatkan Angie untuk mendaftarkan diri di link pendaftaran Lokananta yang bisa kita dapatkan di akun IG Lokananta. Jam 07.15 kami memesan taksi online, yang baru datang 7 menit setelah itu. Untunglah perjalanan lancar, tidak ada kemacetan. Cuaca cukup cerah. Kami sampai stasiun Tawang sekitar pukul 07.35, kami turun di pintu masuk / tempat ada palang di mana pengendara kendaraan akan menekan tombol untuk mencatatkan jam kedatangan di tiket parkir. Aku mampir beli roti O terlebih dahulu untuk sarapan. Sampai di lobby jam 07.45, kami sudah dihimbau untuk masuk ke dalam. Aku buru-buru masuk sementara Angie masih menunggu kedatangan Fitri. Untunglah ketika aku sudah siap naik tangga untuk masuk gerbong 02, mereka berdua sudah berada di belakangku. Saat kami duduk, kereta berangkat. Really ON TIME. :)

 

masjid Syaikh Zayed yang sedang in di Solo

Perjalanan lancar dan kami sampai di stasiun Balapan sesuai jam yang tertera di jadual: 09.55. Keluar dari stasiun, Fitri mengajak mampir ke satu warung makan untuk sarapan. Aku dan Angie sudah sarapan di rumah, jadi kami hanya menemani, sambil ngemil satu biji tahu bakso.

 

Setelah itu, kami menimbang-nimbang untuk naik BST alias Bus Solo Transit, semacam Trans Semarang, menuju Kerten. Sebenarnya lebih mudah bagi kami untuk naik taksi online, tapi, Fitri mengajak naik BST, dan kupikir, gapapalah mencoba naik bus kota di Solo. Seumur-umur aku belum pernah je. Aku pun mengirim kabar ke Ranz. Belum ada 5 menit kami menunggu bus, Ranz menelpon bilang dia mau menjemput.

 


Menjelang pukul 11.00 kami sudah sampai di Lokananta. Kami langsung menuju ke halaman belakang Lokananta, foto-foto. Pukul 12.00 kami masuk. Tiket masuk naik limaribu rupiah, dibandingkan di bulan Februari.

 

Ternyata, ada satu ruangan baru yang belum dibuka di bulan Februari, namanya dari Ngak Ngik Ngok sampai Dheg Dheg Plas. Wahhh … mungkin itulah sebabnya harga tiket naik limaribu rupiah.

 

Setelah sesi bersama tour guide, kami bertiga masih berfoto-foto di beberapa ruangan. Ranz dan Deven ke luar, menunggu kami sambil jajan di halaman belakang Lokananta. Setelah kami bertiga selesai, Fitri memisahkan diri, dia menuju ke satu kedai kopi, entah aku lupa namanya. Semula aku mengajak Angie ke halaman belakang. Spaghetti yang kumakan di bulan Februari kemarin lumayan enak rasanya. Namun, ternyata kedai yang jualan spaghetti masih tutup. Aku pun mengajak Angie ke deretan kedai di depan.

 

dari dapur Oma, my lunch, Angie: sapi asap

Sawah*ta tempat aku dan Angie maksi

Pukul 15.00 kami sudah sampai rumah Ranz. Sementara itu, Angie dan Fitri lanjut dolan ke Pasar Klewer dengan pinjam motor mbak Niken.

 

Malamnya, kami makan di satu warung penyetan di dekat rumah Ranz. Setelah itu, Ranz menawariku apakah aku ingin ke pak Basuki namun perutku terlalu penuh, ga mampu lagi kuisi meski hanya segelas teh nasgitel yang yummy. Aku mengajak yang lain jalan-jalan sekedar menunggu isi perut untuk turun, sebelum balik ke rumah.

 


 















Monday, March 04, 2024

BERSUKARIA WALK 3 MARET 2024

 

kami berempat di teras rumah NH Dini

Di hari Minggu 3 Maret 2024, aku mengajak Angie, Rani -- keponakan -- dan Noek adikku untuk ngikut acara 'Bersukaria Walk' yang diadakan oleh komunitas 'Bersukariawalk' yang bekerja sama dengan Collabox yang mengadakan event bertajuk "Dini, Kita, Nanti" untuk memperingati tanggal ulang tahun NH Dini yang jatuh pada tanggal 29 Februari.

 

Kami berkumpul di Thamrin Square pukul 09.00. setelah menunggu beberapa peserta yang datang agak belakangan, rombongan kami (rombongan kedua, yang pertama sudah berangkat tepat jam 09.00), pun memulai berjalan sekitar pukul 09.15. yang pertama kami kunjungi adalah relief yang menceritakan tentang pembangunan Masjid Taqwa, Sekayu, yang legendaris. Menurut relief yang ada, masjid -- yang konon awal mula dibangun 'hanya' berupa surau, jadi ukurannya lebih kecil dari masjid pada umumnya -- pertama kali dibangun pada tahun 1413 oleh Kyai Jamal, murid Sunan Gunung Jati. Kyai Jamal membangun surau ini untuk tempat singgah dalam perjalanannya menuju Demak, untuk membangun Masjid Agung Demak. Praktis, usia surau yang terletak di kampung Sekayu ini lebih tua ketimbang Masjid Agung Demak.

 

(Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang Masjid Taqwa ini, sila klik link ini.)

 

Dari relief itu, kami menuju Masjid Taqwa yang sekarang terletak di tengah perkampungan yang padat penduduknya. Konon sekian abad lalu, tempat itu dipenuhi pohon-pohon besar. Dari masjid legendaris ini kami menuju rumah tinggal NH Dini saat masih kecil. Alhamdulillah ketika kami tiba, seorang perempuan yang sudah nampak cukup senior usianya mempersilakan kami masuk ke halaman, dan berfoto-foto di teras rumah yang sejuk itu, meski di luar cukup panas.

 

Dari sini, kami kembali menuju Masjid Taqwa, namun di belakangnya, dimana ternyata di situ ada 2 makam, yang satu makam Nyai Jamal -- istri Kyai Jamal -- dan satu makam lagi, yang konon biasa membantu Nyai Jamal. Makam Kyai Jamal sendiri mungkin berada di Cirebon, mengingat dia dari Cirebon. Kemudian kami lanjut berjalan ke arah gang yang terletak di samping Paragon Mall, lalu menyeberang Jl. Pemuda yang di zaman Belanda namanya Jl. Bodjong.

 

Oleh tour guide -- nama panggilannya Surya, mahasiswa jurusan Komunikasi UNDIP -- kami diajak lewat Basahan, jalan 'pintas' untuk menuju Jl. Pierre Tendean. Aku baru tahu bahwa pahlawan revolusi satu ini pernah tinggal di kota Semarang setelah di ujung Jl. Pierre Tendean dibangun taman dengan patung Kapten Pierre Tendean. Surya bilang, gereja yang terletak di Jl. P Tendean itu dulunya adalah rumah tempat tinggal P Tendean ketika tinggal di Semarang saat duduk di bangku SMP dan SMA. Dia bersekolah di SMP N 1 dan SMA N 1 Semarang.

 

Dari sana, Surya mengajak kami mampir di 3 bangunan yang terletak berjejer, yakni 'Griya Wulan', (Wulan = warga lanjut usia), namun tidak banyak informasi yang bisa disediakan oleh Surya, kemudian kami juga berhenti di depan Radjawali Semarang Cultural Center, di mana aulanya bisa disewa untuk mengadakan berbagai macam event, plus satu lagi gedung, tapi, aku lupa, lol.

 

Setelah beristirahat sebentar di depan satu minimarket di ujung Jl. Pierre Tendean -- sekalian memberi kesempatan peserta yang butuh ke toilet atau jajan sesuatu di minimarket itu -- kami menyeberang menuju Jl. Indraprasta. Tujuan pertama kami adalah Sentra Kuliner Abimanyu. Kami beristirahat lagi di taman yang terletak di samping gerbang masuk, sambil menunggu mereka yang jajan-jajan.

 

Dari sini, kami diajak berputar menuju Jl. Sadewa di mana kata Surya duluuu terletak stasiun kereta (barang?) yang datang dari arah Barat (Cirebon), namun sekarang sudah tidak ada jejaknya sama sekali, sudah dipindah ke Stasiun Poncol. Dari area Sadewa, kami berjalan menuju Collabox.

 

Demikianlah kisah kami berjalan-jalan sambil bersukaria di kota sendiri.

 

PT56 15.11 4 Maret 2024