"Grouping" alias membagi siswa dalam kelompok-kelompok tertentu merupakan sesuatu yang gampang-gampang mudah. Gampang jika kemampuan siswa dalam satu kelas rata-rata, guru bisa tinggal 'merem' aja waktu melakukannya; sulit jika kemampuan siswa sangat bervariasi, apalagi jika 'gapping'nya sangat terasa jauh.
Sebelum mulai masuk kelas 3 untuk mengajar mata pelajaran SPELLING, beberapa rekan kerja telah 'membekaliku' dua nama di kelas itu yang biasanya dianggap 'pupuk bawang' alias hanya penggembira saja di kelas, kemampuan mereka berada jauh di bawah rata-rata kelas. Sang wali kelas juga telah 'wanti-wanti' agar aku tidak memaksa keduanya untuk menyelesaikan tugas di kelas; biarkan saja mereka menganggapnya sebagai pe-er, dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Kebetulan minggu yang lalu, waktu pertama kali membahas "common roots" untuk membuat kosa kata baru, dua anak ini pas kujadikan satu kelompok. Bisa dibayangkan jika anak-anak dari kelompok lain berebutan untuk maju ke depan, dua anak itu duduk anteng di tempat duduk masing-masing; sama sekali tidak terprovokasi untuk ikut rebutan menulis jawaban di 'whiteboard'. Waktu ada beberapa anak yang bilang, "Miss Nana, when two of them have to work together, they will produce nothing Miss ..." aku diam saja, karena kupikir nanti mereka akan kuminta mengerjakan tugas di buku di rumah. (Dengan harapan di rumah mereka akan dibantu oleh orang tua atau mungkin guru privat mereka.)
Tadi siang, aku masuk kelas 3, dengan topik review "common roots". Sebelum memulai 'grouping' salah seorang siswa bilang, "Miss, if you ask those two students work together again, they will not do anything again!" Tapi tadi siang, aku membagi anak-anak menjadi empat kelompok, satu kelompok berisi 3 anak. Waktu sibuk motong-motong kertas kecil-kecil, untuk kemudian kubagi-bagi, apakah anak-anak akan bergabung di kelompok A, B, C, atau D (ada 12 siswa di kelas 3), anak yang sama bilang, "Oh Miss ... please don't make me work with two of them in one group! That means, I will work alone! I am dead!" Dan ada beberapa anak lain yang mengucapkan hal yang sama. Kedua anak itu sendiri bersikap cuek bebek. Aku sendiri waktu mendengarnya malah terbahak-bahak, sambil berkata, "Oh please class, everybody must be able to work with everybody else! You cannot choose with whom. It will depend this lucky draw."
But hal ini mengingatkanku pada satu peristiwa waktu Angie masih duduk di bangku TK. Satu kali waktu acara 'parent-teacher interview' guru wali kelas Angie 'melaporkan' padaku bahwa ada seorang anak perempuan yang sok menangis ketika diminta bekerja bersama Angie dengan alasan Angie bersikap tidak bersahabat dengannya. Tentu saja hal ini mengherankan bagiku karena ga biasanya Angie bersikap seperti itu. Sesampai rumah, aku konfirmasikan ke Angie; jawabannya, "Ah, Angie ga suka bekerja satu kelompok dengannya karena dia tuh lelet Ma. Disuruh ngapa-ngapain ga bisa!" GUBRAKKK!!! Darimana dia belajar seperti itu ya? hihihihi ...
Sewaktu lulus SD, dan ternyata Angie dan si teman itu sama-sama masuk SMP yang sama, dan aku ingatkan 'kejadian' waktu TK itu, Angie bilang, "Masak sih Angie kayak gitu Ma? pantas aja dia nampak takut-takut gitu waktu liat Angie di sekolah." wakakakakaka ...
Like mother like daughter? Kayaknya engga deh. Suwer!!! haghaghaghag ...
And trust me, Angie is a very sweet friend now. ^_^
PT28 18.38 140311
Sebelum mulai masuk kelas 3 untuk mengajar mata pelajaran SPELLING, beberapa rekan kerja telah 'membekaliku' dua nama di kelas itu yang biasanya dianggap 'pupuk bawang' alias hanya penggembira saja di kelas, kemampuan mereka berada jauh di bawah rata-rata kelas. Sang wali kelas juga telah 'wanti-wanti' agar aku tidak memaksa keduanya untuk menyelesaikan tugas di kelas; biarkan saja mereka menganggapnya sebagai pe-er, dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Kebetulan minggu yang lalu, waktu pertama kali membahas "common roots" untuk membuat kosa kata baru, dua anak ini pas kujadikan satu kelompok. Bisa dibayangkan jika anak-anak dari kelompok lain berebutan untuk maju ke depan, dua anak itu duduk anteng di tempat duduk masing-masing; sama sekali tidak terprovokasi untuk ikut rebutan menulis jawaban di 'whiteboard'. Waktu ada beberapa anak yang bilang, "Miss Nana, when two of them have to work together, they will produce nothing Miss ..." aku diam saja, karena kupikir nanti mereka akan kuminta mengerjakan tugas di buku di rumah. (Dengan harapan di rumah mereka akan dibantu oleh orang tua atau mungkin guru privat mereka.)
Tadi siang, aku masuk kelas 3, dengan topik review "common roots". Sebelum memulai 'grouping' salah seorang siswa bilang, "Miss, if you ask those two students work together again, they will not do anything again!" Tapi tadi siang, aku membagi anak-anak menjadi empat kelompok, satu kelompok berisi 3 anak. Waktu sibuk motong-motong kertas kecil-kecil, untuk kemudian kubagi-bagi, apakah anak-anak akan bergabung di kelompok A, B, C, atau D (ada 12 siswa di kelas 3), anak yang sama bilang, "Oh Miss ... please don't make me work with two of them in one group! That means, I will work alone! I am dead!" Dan ada beberapa anak lain yang mengucapkan hal yang sama. Kedua anak itu sendiri bersikap cuek bebek. Aku sendiri waktu mendengarnya malah terbahak-bahak, sambil berkata, "Oh please class, everybody must be able to work with everybody else! You cannot choose with whom. It will depend this lucky draw."
But hal ini mengingatkanku pada satu peristiwa waktu Angie masih duduk di bangku TK. Satu kali waktu acara 'parent-teacher interview' guru wali kelas Angie 'melaporkan' padaku bahwa ada seorang anak perempuan yang sok menangis ketika diminta bekerja bersama Angie dengan alasan Angie bersikap tidak bersahabat dengannya. Tentu saja hal ini mengherankan bagiku karena ga biasanya Angie bersikap seperti itu. Sesampai rumah, aku konfirmasikan ke Angie; jawabannya, "Ah, Angie ga suka bekerja satu kelompok dengannya karena dia tuh lelet Ma. Disuruh ngapa-ngapain ga bisa!" GUBRAKKK!!! Darimana dia belajar seperti itu ya? hihihihi ...
Sewaktu lulus SD, dan ternyata Angie dan si teman itu sama-sama masuk SMP yang sama, dan aku ingatkan 'kejadian' waktu TK itu, Angie bilang, "Masak sih Angie kayak gitu Ma? pantas aja dia nampak takut-takut gitu waktu liat Angie di sekolah." wakakakakaka ...
Like mother like daughter? Kayaknya engga deh. Suwer!!! haghaghaghag ...
And trust me, Angie is a very sweet friend now. ^_^
PT28 18.38 140311
No comments:
Post a Comment