Wednesday, June 07, 2023

Ke Cirebon Juni 2023

 

di gerbang masuk Keraton Keprabonan

Ini adalah kunjungan kami sekeluarga yang ketiga setelah kakak / pakdenya Angie meninggal di tanggal 21 Mei 2019.

 

Kami sengaja tidak melakukan ini di saat booming hari Lebaran karena pasti jalan tol penuh kendaraan orang yang sedang mudik, meski mungkin arah kami berangkat ke Cirebon dan pulang ke Semarang berkebalikan dari mereka yang mudik, yang sebagian besar datang dari arah DKI Jakarta dan sekitarnya ke arah Jawa Tengah / Jawa Timur.

 

Kamis 1 Juni 2023

 

Kebetulan tanggal 1 Juni adalah hari libur Nasional -- hari lahir Pancasila -- dan di hari Jumat 2 Juni 2023 dipilih oleh pemerintah sebagai cuti bersama Waisak. Kami sekeluarga memilih 2 tanggal ini untuk ke Cirebon.

 

Kami berangkat dari Semarang lebih dari pukul 09.00 karena Rani -- keponakan terbesar, anak Riska, adik ragil -- bertugas menjadi petugas upacara hari lahir Pancasila di sekolah. Rani duduk di bangku kelas 6 SD, sehingga ini adalah tugas yang bakal memorable karena merupakan tugasnya yang terakhir di SD Bojong Salaman.

 

Angie took the pic

Kami sampai di rest area 260 B Banjaratma Brebes sekitar pukul 11.30. Seperti tahun lalu, kami mampir untuk ke toilet, jalan-jalan di dalam area eks Pabrik Gula, dan makan siang. Meski ini termasuk long weekend, tidak nampak penumpukan pengunjung di rest area ini.

 

Pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Cirebon.  Seperti biasa, kami langsung menuju Tangkil, tempat tinggal mbak Tien. Kali ini kami sampai lebih sore ketimbang tahun lalu, karena kami juga berangkat dari Semarang lebih siang ketimbang tahun lalu. Maka, jika tahun lalu setelah kami sampai Tangkil, ngobrol sebentar, kemudian mbak Tien mengantar kami ke hotel yang telah kami booking, baru sorenya berangkat ke makam Kasinengan, kali ini, dari Tangkil, kami langsung ke makam. Dari makam, baru kami check-in hotel.

 

Setelah sampai di hotel yang terletak di Jl. Kusnan - Kesenden, mbak Tien bilang dia dan almarhum kakak pernah menginap di hotel ini saat rumah kebanjiran untuk beberapa hari, sekian tahun yang lalu. Karena ada yang harus dia lakukan, mbak Tien tidak stay lama, dia buru-buru pulang.

 

Selepas maghrib, kami keluar untuk mencari makan malam. As usual, kami menuju ke RM Nasi Jamblang Ibu Nur. Tidak jauh kami meninggalkan hotel, ternyata kami 'terjebak' di satu daerah dimana di situ banyak sekali orang yang berjualan berbagai jenis makanan. Lah, tahu gitu, ga perlu kami pergi jauh-jauh, cukup keluar jalan kaki, cari makan di daerah situ. Meskipun begitu, kami tetap melanjutkan perjalanan, dengan catatan, jika RM Ibu Nur tutup, kami balik ke hotel untuk makan di sini.

 


Ternyata RM yang kami tuju masih buka. Untuk mengambil makan pun, kami tetap harus antri. And … to our disappointment -- meski sudah bisa kuprakirakan -- persediaan lauk pauk jelas tidak selengkap jika kami datang di pagi/siang hari. Karena tidak lagi ada ayam goreng, Adek memilih tidak mau makan. Kata ibunya, kalau sedang perjalanan jauh begini, Adek memang lebih memilih ngemil ketimbang makan besar.

 

Maka pulangnya, kami tidak langsung ke hotel, kami berhenti di satu minimarket yang terletak di kawasan ramai yang jualan berbagai jenis makanan yang kami lewati dari hotel tadi, untuk mencari ayam goreng untuk makan Adek, lol. Dan, ternyata, setelah makan sambal di Ibu Nur, lambungnya Angie bermasalah. Angie pun mengajak cari cemilan untuk 'menyelamatkan' lambung.

 

Malam itu kami berdua berjalan lumayan jauh. Setelah Angie beli kebab, kami berjalan ke arah alun-alun Kejaksan, aku melihat ada ATM BC* di sana. I needed some cash. Setelah itu, mampir ke satu mini market, aku kebelet pipis, lol, dan Angie butuh beli minum untuk dia minum setelah ngemil kebab.

 

Lebih dari pukul 21.00 kami baru balik ke hotel.

 

Jumat 2 Juni 2023

 

Sekitar jam 6 aku dan Angie masih leyeh-leyeh di dalam kamar, adik-adikku dan kedua keponakan sudah pamit mau jalan-jalan untuk mencari sarapan. Waktu aku tanya apa Angie ga kepengen jalan-jalan ke Alun-alun Kejaksan di pagi hari, sambil berburu sarapan, dia ga mau. Mager betul dia, lol.

 

Jam tujuh, aku mengambil inisiatif untuk mandi dan mulai packing, agar Angie ga kian lama mager, lol. Kami sekeluarga memutuskan untuk dolan ke keraton, sebelum meninggalkan Cirebon.

 

lontong sayur Rp. 12.000,00

bakwannya enaaak, apalagi masih hangat, satu seribu rupiah

bubur ayamnya juga enak, Rp. 12.000,00

Jam delapan aku dan Angie ke luar untuk cari sarapan. Tak jauh dari hotel, aku lihat ada rumah makan yang menawarkan bubur ayam, di lapak yang sama, ada penjual lain yang menawarkan lontong sayur. Ternyata Angie pengen lontong sayur. Jadi, kami sarapan satu porsi bubur ayam dan satu porsi lontong sayur. Untuk minum, Angie memilih teh panas manis, aku memilih es jeruk peras.

 

Jam setengah 9 kami sudah balik ke hotel, dan packing. Jam sembilan kami sudah check out.

 

Tahun 2016 dulu aku dan para gadis pelor dolan ke Keraton Kasepuhan. Aku tahu ada satu keraton lagi, yakni Keraton Kanoman. Namun, ternyata ketika googling, di Cirebon itu ada 4 keraton! Selain nama dua keraton yang sudah kusebut, masih ada 2 keraton lagi, yakni keraton Keprabonan dan keraton Kacirebonan. Secara iseng, aku memilih untuk berkunjung ke Keraton Keprabonan terlebih dahulu.

 

gang sempit menuju bangunan Keraton Keprabonan

 

To our shock, ternyata rada susah menemukan lokasi Keraton Keprabonan. Bangunan keraton satu ini terletak 'agak tersembunyi'; untung waktu lewat area pasar Kanoman, aku sempat menoleh ke arah kiri, dan melihat ada gang sempit menuju satu lokasi dan aku melihat tulisan "KERATON KEPRABONAN." nah lo. Maka, kami segera mencari lokasi untuk memarkirkan mobil, dan berjalan kaki menuju Keraton Keprabonan.

 

Yang kaget ga hanya kami yang 'dewasa' karena Adek pun heran; bayangannya keraton sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya, pastinya satu bangunan yang besar, megah, dan (mungkin) mewah. Bangunan Keraton Keprabonan jauh dari tiga hal yang ada di benak Adek.

 

Saat kami datang, seorang abdi dalem (so I thought) menyambut kami dengan sangat ramah; seolah-olah saking jarangnya orang berpikir untuk berkunjung ke Keraton Keprabonan, maka kedatangan kami adalah satu bukti bahwa Keraton Keprabonan tetap dianggap satu lokasi penting untuk dikunjungi.

 


di dalam museum, di belakang kami itu kereta Singa Barong

yang motret bapak guide, jadi semua masuk frame

Dari Keraton Keprabonan, aku putuskan kami langsung saja ke Keraton Kasepuhan, tidak perlu ke Keraton Kanoman maupun Kacirebonan. Maybe next time. Jika masuk Keraton Keprabonan gratis, untuk masuk Keraton Kasepuhan ada 3 jenis harga tiket masuk. Jika hanya ingin ke keraton, harga tiket Rp. 15.000,00. jika ingin sekaligus ke museum, harga tiket Rp. 20.000,00. yang satu lagi, aku lupa, lol. Adek memilih untuk ke museum juga selain ke keraton.

 


Jika aku mood, next time mungkin aku akan menulis penjelasan yang diberikan oleh guide yang menemani kami tour di dalam museum dan keraton Kasepuhan.

 

Kami keluar dari keraton jam 12.00. dan, kami memarkir mobil tak jauh dari masjid. Ini membuat mobil kami 'terjebak' tidak bisa keluar, sehingga kami terpaksa menunggu shalat Jumat selesai dilaksanakan.

 




 

Sekitar pukul 13.00 kami baru bisa meninggalkan lokasi. Aku kembali mengajak ke RM Ibu Nur karena belum puas makan di sana semalam, lol, meski untuk itu kami harus ngantri. Kali ini kami kudu ngantri dari sejak dari luar gedung! Hoho … Baru terasa long weekend ini: RM Nasi Jamblang dikunjungi banyak orang dari luar kota Cirebon. :)

 

Kami usai makan sekitar pukul 14.15. dan karena kami anggap sudah terlalu sore, sangat terpaksa kami tidak bisa mampir ke Tangkil lagi. Kami langsung menuju luar kota, area Kanci untuk masuk jalan tol.

 

Kami mampir di satu rest area untuk pipis. Setelah itu langsung menuju Semarang.

 

Semoga kami semua ada umur panjang, sehingga tahun depan kami semua bisa dolan ke Cirebon lagi. Amin.

 

PT56 14.15 07.06.2023