Sunday, January 03, 2021

Piknik Podungge family akhir tahun 2020

 

background: paviliun Bougenville tempat kita menginap

Background:

 

Lebaran 2019 mungkin adalah 'dolan keluar kota' pertama kita bersama: aku dan Angie, adikku Nunuk, dan adik ragilku Riska bersama suami dan dua anaknya. Tujuan kita waktu itu ke Cirebon dengan dua agenda utama (1) menengok makam kakakku, yang meninggal pada tanggal 21 Mei 2019 dan dimakamkan di pemakaman umum 'Kasinengan' tak jauh dari Trangkil, dimana kakakku pernah tinggal bersama istrinya sejak menikah tahun 2005. (2) menjaling silaturahmi dengan (eks?) kakak iparku.

 

Tentu kita berencana untuk melakukan hal yang sama lagi saat libur Lebaran 2020 datang. Akan tetapi seperti yang kita tahu semua bahwa pandemi covid 19 yang kasus pertamanya ditemukan di Bogor di awal bulan Maret 2020 telah mengubah banyak hal. Sejak pertengahan bulan Maret pemerintah menghimbau masyarakat untuk lebih sering tinggal di rumah, ketimbang 'keluyuran' keluar rumah dan mungkin terpapar/menularkan virus corona. Maka, saat Lebaran 2020 tiba, aku dan keluarga anteng saja tinggal di rumah, tidak kemana-mana. Bahkan kita tidak pergi ke 'lapangan' untuk melaksanakan shalat Ied.

 

Pemerintah waktu itu berjanji untuk tetap memberikan cuti libur kepada ASN (terutama) dan karyawan swasta di akhir tahun, dengan harapan bahwa setelah 3 - 5 bulan, kasus covid 19 akan berkurang. Sayangnya, 'penerawangan' ini kurang tepat. Libur weekend panjang di bulan Oktober -- yang membuat banyak orang berpergian antar kota/propinsi -- ternyata meningkatkan kasus covid 19. jumlah pasien yang diketahui positif covid 19 terus meningkat, meski jumlah pasien yang sembuh juga meningkat, namun tetap belum bisa menghentikan kasus covid 19 di Indonesia.

 

Dengan berat hati, pemerintah membatalkan memberikan cuti libur di akhir tahun. Bahkan dengan kasus covid 19 yang kian meningkat, pemerintah malah melakukan pemantauan yang kian ketat pada orang-orang yang tetap akan melakukan traveling antar kota antar propinsi: orang-orang wajib test antigen / swab sebelum melakukan perjalanan.

 

Riska semula berencana pergi mengunjungi kawannya yang tinggal lumayan jauh dari rumah dengan keluarga kecilnya. Untuk itu, dia menyewa sebuah mobil. Namun, setelah menyewa mobil, ternyata kawannya itu tidak berani menerima tamu karena baru saja ada tetangga rumahnya yang positif covid dan meninggal.  Sebagai ganti, dua adikku berencana untuk ke Cirebon. Sudah sempat berkomunikasi dengan kakak ipar yang tinggal di Cirebon, dia sudah bilang oke. Namun ketika pemerintah mengeluarkan pengumuman akan mengadakan test antigen secara random di jalan-jalan, plus ternyata kasus covid 19 di kitaran tempat tinggal kakak iparku juga meningkat, kita terpaksa membatalkan pergi ke Cirebon.

 

Kemudian dua adikku berencana untuk 'plesiran' pergi ke Bandungan/Gedong Songo dan menginap semalam disana, demi mendapatkan suasana yang berbeda, karena di Semarang biasa terpapar hawa panas, lol. Nah, aku yang ternyata tetap belum bisa move on dari Jogja pun mengusulkan untuk dolan ke Jogja, apalagi Kaliurang memang sedang sepi-sepinya. Plus ada seorang kawan medsos yang bilang bahwa Gembira Loka cukup sepi di masa covid begini. Dan … begitulah, akhirnya pada tanggal 26 - 27 Desember kita bertujuh dolan ke Jogja.

 

26 Desember 2020

 

Aku bangun sebelum jam 5 pagi, nyiapin sarapan sederhana dan bekal di perjalanan. Kita berangkat menjelang pukul setengah delapan, terlambat dari rencana kita semula, pukul 7. :)  Kita menuju Jogja melewati jalan 'biasa', bukan jalan tol, menghindari bertemu dengan pasukan test antigen, (who knows?) yang katanya mungkin akan memeriksa mereka yang lewat jalan tol, secara random.

 

Masuk kota Jogja lewat Jl. Magelang, kita belok ke Jl. Diponegoro setelah sampai perempatan Pingit. Aku sengaja mengajak lewat Malioboro untuk sekedar melihat suasana. Dan, benar, jalanan macet seperti biasa meski di sepanjang para pedagang kaki lama belum terlihat tumpukan orang-orang yang ingin belanja. Banyak kereta wisata di pinggir-pinggir dengan kuda-kuda dalam variasi ukuran. 2 keponakanku takjub ketika melihat beberapa kuda dalam ukuran yang sangat besar. :)

 

Sesampai titik 0, kita belok kiri. Untuk sampai Gembira Loka kita harus melewati traffic light di sepanjang jalan ini dan semuanya pas berwarna merah saat kita sampai di titik traffic light. :D Kesan bahwa Jogja itu padat pengunjung saat liburan tetap terlihat, meski di tengah-tengah masa pandemi, dan pemerintah kota Jogja berusaha untuk meredakan laju covid 19.

 

background: kandang onta :)



Ternyata sekarang pengunjung ke Gembira Loka memiliki dua pilihan untuk masuk, pintu masuk Barat untuk mereka yang akan membeli tiket secara cash, sedangkan pintu masuk Timur untuk mereka yang membeli tiket non cash. Kita memilih pintu masuk Barat. Sebelum masuk, kita menghabiskan dulu bekal kita untuk mengisi perut agar tidak terlalu kosong saat berjalan-jalan di dalam kawasan kebun binatang yang cukup luas itu.

 

Aku dan keluarga masuk GL sekitar pukul 11.45. Tata cara sebelum beli tiket: pertama kita ke loket pendaftaran. Disini kita akan ditanyai nomor WA juga menunjukkan KTP (salah satu anggota rombongan sudah cukup). Kemudian kita ke loket pembelian tiket. Disini kita diminta menunjukkan 'message' yang dikirim ke nomor WA yang kita berikan kepada petugas di loket pendaftaran. Sebelum masuk, kita akan diminta mencuci tangan dan suhu badan kita dicek oleh petugas.

 

Harga tiket Rp. 75.000,00 per orang. Anak yang tinggi badannya lebih dari 80 cm harus sudah membeli tiket sendiri. Fasilitas yang diberikan adalah naik kapal/perahu wisata dan kereta wisata di dalam kawasan Gembira Loka secara gratis. Kita boleh naik berulang kali sampai bosan, lol. Jika ingin naik speed boat di dalam 'telaga' di dalam kawasan masih harus bayar lagi ya, entah berapa karena aku tidak naik itu.

 





Kereta wisata ini terasa sangat membantu mereka yang malas berjalan kaki mengitari kawasan wisata GL. Ada beberapa halte dimana kita bisa naik/turun sesuai keinginan/kebutuhan.

 

Sayangnya hujan turun sekitar pukul 13.20. saat itu aku, Angie dan Nunuk adikku sedang masuk area kucing-kucing. Sedangkan Riska dengan suami dan 2 anaknya jalan-jalan di tempat lain. Kebetulan area kucing-kucing ini berada di dekat halte 'Cakar' yang tidak jauh dari pintu keluar Barat. Aku meminta Riska untuk naik kereta dan menyusulku di halte Cakar. Setelah mereka sampai, hujan benar-benar menderas membuat kita tidak bisa kemana-mana. Kebetulan yang ingat membawa payung hanya Angie :D pagi sebelum berangkat, aku sudah sempat memegang payung, tapi waktu melihat Cantiq, kucing peliharaan kita, aku letakkan kembali payung itu, untuk memberi makan Cantiq sebelum berangkat. Dan … kemudian aku lupa.

 

Untunglah menjelang pukul 14.00 hujan sedikit mereda. Kita pun nekat berjalan keluar. Payung dibawa Riska, dia berpayungan berdua dengan Adek, si bungsu. Nunuk melindungi dirinya dan Rani dengan jaketnya yang waterproof. Aku, Angie, dan suami Riska berjalan melenggang. Untung kita bertiga mengenakan topi sehingga lumayan melindungi kepala.

 

Setelah keluar, untung ada area yang terlindung 'atap', disini kita menunggu mas Ari, suaminya Riska, berjalan ke mobil dan menjemput kita.

 

Keluar dari Gembira Loka, aku mengarahkan mas Ari menuju jalan yang ada SMA N 8 di ujung (aku lupa nama jalannya) dimana setelah kita belok kiri, di ujung perempatan ada Balaikota; kita belok kanan ke Jl. Timoho. Keluar dari Jl. Timoho, kita sampai Jl. Solo / Laksa Adi Sucipto. Kita mengambil arah belok ke Jl. Gejayan, kemudian melipir di pinggir Selokan Mataram, kemudian masuk ke Jl. Kaliurang.

 

Sempat mampir di satu minimarket untuk belaja beberapa jenis cemilan dan air mineral untuk bekal, di Jakal km. 9. setelah itu, kita lanjut sampai Tlogo Putri. Rencanaku mau mengajak keluarga menginap di Hotel Srikandi, tempat aku menginap seminggu sebelumnya bersama Ranz, Angie, dan Fitri. Sayangnya, sesampai hotel yang kita tuju, semua kamar sudah terisi. Untungnya ga pakai sulit, kita menemukan hotel yang mirip2 hotel Srikandi, yakni Graha Kinasih, yang terletak di Jl. Boyong, sekitar 1,5 kilometer dari Tlogo Putri. Oleh si pengelola, kita diberi satu paviliun dengan 2 kamar, satu kamar untuk dua orang, satu kamar lagi bisa untuk 4 orang. Ada dapur dan meja/kursi makan, plus ruang tamu. Harganya sangat bersahabat: hanya Rp. 600.000,00. di dapur, kita disediakan kompor gas, air mineral dalam dispenser, piring, gelas sendok, dan beberapa sachet kopi. Alhamdulillaaah.

 

Usai check in, kita keluar mencari makan siang/sore. Ternyata, dari paviliun Bougenville (nama paviliun yang kita tempati) ke RM Pak Parto dekat banget! Tapi karena waktu itu rumah makan sedang tutup (kayaknya sedang ada acara keluarga semacam pengajian) kita ke tempat lain: ke lokasi seberang RM Pak Parto dimana ada gerobag berderet-deret yang berjualan bakso, sate, dll. Sore itu, Angie dan Riska memesan mie bakso, sedangkan yang lain memesan sate ayam plus lontong.

 

Selesai makan, Riska dan keluarganya kembali ke penginapan, sedangkan Aku, Angie, dan Nunuk jalan2 ke Tlogo Putri. Cuaca masih sangat mendung, kadang gerimis tipis, tapi masih oke untuk jalan-jalan.

 

Menjelang maghrib kita sudah kembali ke penginapan. Karena perut terasa cukup kenyang, kita tidak perlu keluar untuk cari makan lagi.

 

Malam itu, aku tidur di kamar yang besar bersama Angie, Nunuk dan Rani. Di kamar yang satunya dipakai Riska, mas Ari, dan Adek.

 

Minggu 27 Desember 2020

 

Liburan itu paling enak bangun agak siangan, lol. Meskipun begitu, pukul enam aku sudah mengajak 2 keponakanku keluar jalan-jalan, bersama Angie dan Nunuk. Meski trek naik turun tajam, 2 keponakanku senang-senang saja tentu karena hawa yang sejuk dan matahari belum terlihat bersinar.

 




Pukul tujuh kita mulai antri mandi. :D sekitar pukul 8 kita keluar, untung RM Pak Parto sudah buka, jadi kita sarapan disini. Pagi itu RM Pak Parto nampak ramai sekali dengan gerombolan para motoris. Mungkin memang para motorist itu biasa mampir makan disitu ya jika mereka 'turing' ke Kaliurang.

 

Setelah sarapan, kita ke Tlogo Putri, ada area main anak-anak dimana kita bisa masuk tanpa perlu membeli tiket. :D kali ini suasana Tlogo Putri cukup ramai, dibandingkan seminggu sebelumnya saat aku, Ranz, Angie dan Fitri menginap. Banyak jeep untuk tour yang mengadu peruntungan datang. Tapi, memang lumayan banyak juga orang-orang yang nampak naik jeep. Aku tidak berani mengajak 2 keponakanku naik jeep. Lagian, toh, 3 tahun sebelumnya aku dan Angie sudah pernah naik sampai Bunker Kali Adem.

 





Dari Tlogo Putri, aku mengajak masuk Taman Kaliurang, hanya berlima. Aku mempersilakan Riska dan mas Ari pulang terlebih dahulu ke penginapan untuk istirahat.

 




Pukul 12.30 kita meninggalkan penginapan. Karena Nunuk ingin melihat 'Stonehenge' KW itu seperti apa, kita kesana. Sempat digoda hujan on the way kesana, untunglah ketika kita sampai, hujan berhenti, memberi kita kesempatan untuk foto-foto. Dari sini, kita turun ke Jakal km 15 untuk makan siang.

 





On the way keluar Jogja, aku mengajak mampir Café Brick, karena aku ingin banget nunjukin Angie café yang bangunannya ala-ala British ini. :D dari sini, Angie mengajak lewat Jl. Palagan, tempat dia lewat seminggu sebelumnya bersama Fitri. Mereka sempat mampir ngopi di La Luna Resort waktu itu.

 

Jam lima sore kita sampai Jl. Magelang, siap meninggalkan kota Jogja. Perjalanan lancar, meski ada sedikit kemacetan di beberapa titik. Kita mampir di satu toko oleh-oleh sebelum keluar Magelang.

 

Kita sampai rumah sekitar pukul 21.30, setelah makan malam di satu warung makan di kawasan Pusponjolo.

 

Semoga di tahun 2021 ini kita berkesempatan traveling bareng lagi. Amiiiin.

 

PT56 09.26 03-Januari-2021

 

Friday, January 01, 2021