Thursday, April 07, 2011

Angie's birthday 2011


the pic taken in Feb 2015

 
Today is the birthday of my Lovely Star -- Angie, my one and only daughter.

Last night I successfully helped her junior high school friends to give her a surprise. They came to my house almost midnight, Angie was in her deep slumber. I opened the house door, let the two girls come in, and enter the bedroom with a very cute brownies cake and 2 candles on it, one candle is number 2, and the other one is number 0. 
 
 
After I turned on the lamp inside the bedroom, we sang 'happy birthday to you', and Angie absolutely woke up! She directly covered her head with a pillow and tried to shoo her friends away, because she was too shy! SHE DIDN'T WEAR PROPER CLOTHES! She of course also directly covered her body with her blanket properly.

Angie indeed did not pay attention to some 'trivial' things I did in our warm loving bedroom to prepare her friends' coming to surprise her! ha ha ha ... well, such as put things on their decent place, tried to make our bedroom look tidier (a bit!) xixixixixixi ...

And in fact ... Angie herself prepared her surprise for me! Gosh!!! This morning, when I got down of the motorcycle at the foot of Gombel hill -- and Angie continued her journey to campus in Tembalang -- she gave me a small box, with the name of one quite popular bakery in Semarang. I thought she bought some cookies for her college friends, but in fact, she gave the box to me.

"For you Mom!" she said.

I was surprised, but I didn't ask her anything since I was almost late to arrive at school. I was wondering what was inside, and why my most loved one even gave me a surprise on her birthday? After entering my classroom, I slowly opened it, and found a little note with Angie's handwriting.

April 8.
I'd like to say a few things today.

Thanks for being a great Mom and do everything for me
Thanks for all the effort you did for us since I was born
Thanks for feeding me, clothing me, sending me to college, and everything
but ...
I'm sorry I haven't done anything to make you proud
I am sorry I am failing in many classes. I am sorry I've been lazy every time
I am sorry I always speak rough to you or even yell at you
I am sorry I always disappoint you
I am sorry for every bad thing I've done
I will try my best and I need you to remind me when I don't do well
I love you, Mom. Do you know that? I suck at expressing my feelings to you cause you're always showering me with your love and it's hard to reply that great love and I always stay silent instead.
Oh, please, when you meet me after reading this letter, please act as if you never read this letter. Thinking about that makes me shy already.
And also I hate us conversing in English, I do it only for this letter.
Please don't expect me to speak English to you after this.

Thanks for everything, Mom. Angie is now 20! ^^

And ... I was shedding some tears when reading it. I have been always loving you, my sweetheart. and I will always love you.

GL7 08.10 080411
 

 

Wednesday, March 16, 2011

Break Up ...

 

Putus merupakan hal yang sangat jamak terjadi di kalangan mereka yang sedang menjalin hubungan. Yang sudah dipersatukan dalam tali perkawinan saja bisa bercerai apalagi hanya mereka yang baru dalam taraf pacaran.  Pertanyaannya kemudian adalah: "sampai taraf manakah 'putus' ini direlakan saja untuk terjadi?"

Seberapa lama atau pendek waktu yang menunjukkan 'usia' hubungan bukanlah hal yang penting untuk dijadikan patokan. Misal, jika hubungan berlangsung baru beberapa minggu atau bulan maka biarkan sajalah untuk putus; sedangkan yang sudah tahunan sebaiknya jangan. Akan lebih 'wise' jika kita menganalisis penyebab hubungan tidak berjalan dengan baik.

Beberapa 'kasus' temanku yang terekam ingatanku.
  • Ada seorang mantan rekan kerja yang pacaran sampai sekitar sepuluh tahun -- dari waktu duduk di bangku SMA, sampai lulus kuliah dan bekerja -- akhirnya putus, karena si laki-laki ga juga 'berani' memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang berikutnya, sementara temanku sudah 'kebelet' untuk menikah, mungkin juga mengingat 'umur'. Kebetulan pada waktu itu ada laki-laki lain yang mendekati temanku itu dan berniat untuk segera menikahinya.
  • Seorang rekan lain pacaran selama kurang lebih sepuluh tahun pula. Namun berhubung pacarnya tinggal di kota lain dengan temanku ini mengaku tidak bisa hidup tanpa memiliki pacar, di kota tempat tinggalnya pun dia punya pacar lain, silih berganti, dengan catatan sepengetahuan dan seijin pacarnya. Mengaku sempat tergoda dengan 'pacar-pacar mainan' lain itu, toh akhirnya temanku ini menikahi pacar yang dengan sabar 'membolehkannya' main hati.
Beberapa saat lalu Angie sempat cerita tentang teman kuliahnya yang putus setelah pacaran dua tahun. Sebagai teman baik, Angie berusaha 'hanya' menjadi pendengar yang baik, dan tidak 'menghakimi' apakah keputusan untuk putus itu layak atau tidak dilakukan. Namun tatkala teman-teman lain berkomentar, ""Waddduuuuhhh sayang dong kok putus? Memang udah ga bisa diperbaiki lagi? Ibarat kalau kamu mau berangkat ke kampus, kamu tuh sudah sedikit lagi sampai, tapi kenapa harus patah hati hanya gara-gara terantuk batu kerikil kemudian pulang?" Angie sempat hampir saja komen sesuatu. Darimana tuh teman-teman yang 'sok' perhatian tahu bahwa si X ini telah akan sampai tujuan?

Angie hampir saja mengucapkan hal yang ternyata ada di benakku (like mother like daughter beneran ternyata kita berdua, hihihihi ...) ketika kemudian X berucap, "Terus terang dalam perjalanan aku telah jatuh berulang kali, teratnutk batu kerikil kecil, batu besar, terjerembab ke dalam selokan, berdarah-darah. Masak dalam keadaan seperti ini aku harus melanjutkan perjalanan? Bukankah lebih baik aku pulang saja?"

Angie juga bilang 'feeling' dia mengatakan bahwa X's ex boyfriend pasti telah cheated on her. Dan beberapa saat kemudian, memang terbukti laki-laki itu telah berkhianat.

"He deserves to get a second chance?"

Hmmm ... tergantung yang menjalanilah. Toh X telah memutuskan untuk mengusaikan hubungan itu. Dan sebagai teman yang baik, ya "just lend ears" tanpa "judging". 

Aduhhh keselnya aku waktu mendengar analogi "sudah mau nyampe kok bla bla bla ..." How pathetic that analogy is.  Sangat amat mendingan putus daripada berdarah-darah dilanjutin hubungan itu, apalagi berlanjut sampai pernikahan. Putus toh tidak berarti dunia berhenti berputar kan?
Anyway, I am proud of my Lovely Star lah ...

PT28 20.15 160311

Monday, March 14, 2011

Grouping in a classroom

"Grouping" alias membagi siswa dalam kelompok-kelompok tertentu merupakan sesuatu yang gampang-gampang mudah. Gampang jika kemampuan siswa dalam satu kelas rata-rata, guru bisa tinggal 'merem' aja waktu melakukannya; sulit jika kemampuan siswa sangat bervariasi, apalagi jika 'gapping'nya sangat terasa jauh.

Sebelum mulai masuk kelas 3 untuk mengajar mata pelajaran SPELLING, beberapa rekan kerja telah 'membekaliku' dua nama di kelas itu yang biasanya dianggap 'pupuk bawang' alias hanya penggembira saja di kelas, kemampuan mereka berada jauh di bawah rata-rata kelas. Sang wali kelas juga telah 'wanti-wanti' agar aku tidak memaksa keduanya untuk menyelesaikan tugas di kelas; biarkan saja mereka menganggapnya sebagai pe-er, dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

Kebetulan minggu yang lalu, waktu pertama kali membahas "common roots" untuk membuat kosa kata baru, dua anak ini pas kujadikan satu kelompok. Bisa dibayangkan jika anak-anak dari kelompok lain berebutan untuk maju ke depan, dua anak itu duduk anteng di tempat duduk masing-masing; sama sekali tidak terprovokasi untuk ikut rebutan menulis jawaban di 'whiteboard'. Waktu ada beberapa anak yang bilang, "Miss Nana, when two of them have to work together, they will produce nothing Miss ..." aku diam saja, karena kupikir nanti mereka akan kuminta mengerjakan tugas di buku di rumah. (Dengan harapan di rumah mereka akan dibantu oleh orang tua atau mungkin guru privat mereka.)

Tadi siang, aku masuk kelas 3, dengan topik review "common roots". Sebelum memulai 'grouping' salah seorang siswa bilang, "Miss, if you ask those two students work together again, they will not do anything again!" Tapi tadi siang, aku membagi anak-anak menjadi empat kelompok, satu kelompok berisi 3 anak. Waktu sibuk motong-motong kertas kecil-kecil, untuk kemudian kubagi-bagi, apakah anak-anak akan bergabung di kelompok A, B, C, atau D (ada 12 siswa di kelas 3), anak yang sama bilang, "Oh Miss ... please don't make me work with two of them in one group! That means, I will work alone! I am dead!" Dan ada beberapa anak lain yang mengucapkan hal yang sama. Kedua anak itu sendiri bersikap cuek bebek. Aku sendiri waktu mendengarnya malah terbahak-bahak, sambil berkata, "Oh please class, everybody must be able to work with everybody else! You cannot choose with whom. It will depend this lucky draw."

But hal ini mengingatkanku pada satu peristiwa waktu Angie masih duduk di bangku TK. Satu kali waktu acara 'parent-teacher interview' guru wali kelas Angie 'melaporkan' padaku bahwa ada seorang anak perempuan yang sok menangis ketika diminta bekerja bersama Angie dengan alasan Angie bersikap tidak bersahabat dengannya. Tentu saja hal ini mengherankan bagiku karena ga biasanya Angie bersikap seperti itu. Sesampai rumah, aku konfirmasikan ke Angie; jawabannya, "Ah, Angie ga suka bekerja satu kelompok dengannya karena dia tuh lelet Ma. Disuruh ngapa-ngapain ga bisa!" GUBRAKKK!!! Darimana dia belajar seperti itu ya? hihihihi ...

Sewaktu lulus SD, dan ternyata Angie dan si teman itu sama-sama masuk SMP yang sama, dan aku ingatkan 'kejadian' waktu TK itu, Angie bilang, "Masak sih Angie kayak gitu Ma? pantas aja dia nampak takut-takut gitu waktu liat Angie di sekolah." wakakakakaka ...
Like mother like daughter? Kayaknya engga deh. Suwer!!! haghaghaghag ...

And trust me, Angie is a very sweet friend now. ^_^
PT28 18.38 140311

Tuesday, February 15, 2011

Angie, my lovely daughter


 
Memiliki anak "hanya" seorang, berjenis kelamin sama pula, 'seyogyanya' aku dan Angie menjadi best buddies yak?

Dan, nampaknya begitulah adanya. At least,itulah 'pemandangan' yang biasa dikatakan oleh para rekan kerjaku, juga sobat-sobat Angie.

Namun, benarkah apa yang nampak selalu seperti yang 'sebenarnya' terjadi?

~ well, tulisan ini bisa dikatakan sebagai curhat terbuka seorang nyokap kepada anak semata wayangnya perhaps she is gonna kill me after reading this ~

Pertama, I was not the first 'contact' on her list when eventually she signed up on FB. hahaha ... Sekian bulan setelah tak bergeming sedikit pun dengan godaan FB, sampai teman-teman sejawatnya malah terhubung denganku, namun tidak dengannya karena dia sempat keukeuh ga mau punya akun di FB, meski sebelum FB merebak luas, dia tergantung pada FS untuk selalu terhubung dengan sohib-sohibnya, akhirnya memang Angie punya akun di FB. Dan aku tahunya telat. (better late than never yah? ) ketika aku complain, "Why didn't you add me, honey?" dia bilang, "But you MUST promise not to often bother me, there! let's say commenting on my statuses, or any other thing! Don't post trivial things on my wall, such as telling me that you love me or miss me or whatever!" haghaghaghaghag ...

Pablebuat? Terpaksa aku tunduk pada aturan mainnya.

Kedua, karena tak mau terhubung secara intensif di FB, maka dia pun mengaku hampir tak pernah membaca note-note yang kuunggah di sana. Padahal kadang dia kutag tulisan yang kupikir akan beneficial baginya kalau tahu, such as women or spiritual stuff. Nampaknya untuk hal ini dia akan lebih suka kalau kita memperbincangkannya langsung dalam kehidupan kita sehari-hari. So, jika dia ga setuju dia akan langsung protes, atau kita bisa langsung diskusi yang lebih mendalam.

Ketiga,, dia selalu komplain kalau untuk profile picture, aku pilih foto kita berdua. "My college mates will know that you are my mom!" komplainnya. haghaghaghag ... I dunno the background of this, kecuali biasanya dia komplain kalau orang bilang we really look like twins, cuma beda 24 tahun. Padahal kalau aku 'laporan' ke dia kalau ada teman sekampusnya add aku, dia akan bilang, "Yeah, well, she said you were a cool mom! Perhaps that's why she added you!" wakakakakaka ...

Keempat, tiap kali aku berkunjung ke blognya di http://freezinghearty.blogspot.com/ aku selalu menemukan satu atau dua hal tentangnya yang aku belum pernah dengar langsung dari mulutnya. (FYI, aku lumayan JARANG nyambangi blognya.) Well, untunglah dia telah 'tercemari' hobbyku yang satu ini -- blogging -- jadi aku bisa tahu beberapa hal tentangnya yang mungkin dia pikir ga penting-penting amat untuk 'dilaporkan' ke nyokap. ("Ah, kan cuma tentang MINHO Ma?" gitu kali excuse yang bakal dia ucapkan. "And you don't like any Korean thing, do you?" barangkali begitu tambahannya.) i just visited her blog and found her 'note' about herself that she thought that MinHo was a the coolest guy in the world and she wanted to marry him. And this is not a new thing for me anyway, dia sudah pernah bilang ke aku tentang hal ii. Namun toh bagiku ini tetaplah surprising, karena dengan gembira-rianya dia tulis hal itu tentangnya.

Well, so far, empat hal di atas udah cukup yah? Disambung lain kali lagi.

GL7 12.16 160211

Sunday, January 02, 2011

Teenagers versus parents

Angie in 2007

 
Barusan baca postingan seorang online buddy di networking site sebelah. Dia curhat anak remajanya nampaknya mulai naksir, dan ... begitulah, dia mulai deg deg sir, khawatir yang engga-engga. (entah apa aja itu yang 'engga-engga') tapi lantas dia mengingat pengalamannya sendiri di waktu remaja, yang bertingkah seperti anak remajanya, yang tidak mau terlalu dikhawatiri oleh orang tuanya, karena selalu merasa, "I am okay. I know what I am doing. You, parents, live in a different generation, so please ..." bla bla bla ...

Jadi ingat pertama kali Angie mulai naksir cowo, masih duduk di bangku SD. ha ha ... LOL. Aku tidak merasa khawatir atau bagaimana, hanya curious! Cowo kayak apa ya yang bikin Angie tertarik? :-) Akhirnya aku pun tahu what he looked like ketika anak laki-laki itu ngapel ke rumah. Ya, NGAPEL ke rumah!!! ha ha ... he looked good. heheheh ... Pinter main volley, kata Angie. (wedew, cerpen zaman lapanpuluhan banget yah? wkwkwkwk ...) But ... ada but nya ... tapi, ah ... ga usah kutulis di sini ajalah but-nya. LOL. Bisa didiemin sehari semalam entar. hahahaha ...

Jika engkau ingin tahu bagaimana aku membesarkan Angie, dan aku merasa ga perlu khawatir tatkala dia mulai tertarik kepada lawan jenis ~ apalagi sesama jenis LOL ~ aku membiasakan dia bicara terbuka tentang apa aja kepadaku, dan dia tidak perlu merasa khawatir bahwa aku tidak akan bisa memahaminya. Aku selalu berusaha membuatnya merasa 'secure' berbicara tentang apa saja. Sex? go ahead. Apa sajalah.

Dan aku selalu berusaha menempatkan diri pada tempatnya; ikut heboh kala dia cerita tentang cowo yang dia taksir, LOL, ikut heboh juga tatkala dia cerita tentang teman-temannya yang sedang naksir cowo, tentu juga ikut kesel waktu temannya ikutan naksir cowo yang ditaksir Angie (pengalaman zaman SMA nih), dll dll ...

By the way busway, kayaknya dulu aku sering banget nulis kayak ginian buat Angie? Kalau hanya masalah 'teenagers versus parents' tentu juga telah kutulis. Dulu ... zaman Angie belum ngeblog,

Barusan tadi siang (atau kemarin yak?) aku ngomong ke Angie, "I am wondering if I can raise other kids just the way I raised you, to be someone like you." (read it => have a close relationship with me, so that we are just like sisters or best friends) Resiko punya anak 'cuma' satu, ga bisa ngerasain, "Oh, kalau yang pertama tuh begini begini begini; anak kedua begitu begitu begitu; bla bla bla ..."

Ga usah terlalu panjang ah. :)

PT56 22.50 02.1.11