Sunday, October 30, 2022

Ke Gumuk Reco 4 September 2022

 


akhir Agustus 2022, mendadak Angie mengajakku dolan ke area Ambarawa - Salatiga. 

 

Angie: "Ma, do you know area Banyubiru?"

aku langsung patah hati rasanya waktu itu, she would go having fun with her besties again. 

Aku: "Iyalah. who are you going with?" tanyaku tak sabar.

Angie: "You."

 

O em jiii ... aku tak jadi merasa yang paling nelangsa di seluruh dunia. ketika aku cerita hal ini ke Angie, ("if you go with your friends, I would feel like to be the most miserable person in the world") dia memandangku dengan sorot mata tidak percaya, sambil bilang, "Oh Mama, itu PMS! Mama PMS!"

 

Oh iya. Kita sempat sarapan dulu di Salatiga. Ini sebelum aku tahu bahwa sebenarnya yang diinginkan Angie 'hanya' bikin vlog di jalan lingkar Ambarawa. Hahahahah. Maka setelah sampai pertigaan Bawen, kita masih terus menuju Salatiga. Baru kemudian balik ke arah Bawen, dan belok ke arah Ambarawa.

 

ini beberapa foto kami berdua saat dolan ke area Banyubiru tanggal 4 September 2022. Ternyata Angie tuh 'cuma' pengen bikin vlog pendek di jalan lingkar Ambarawa. Sudah. itu tok, lol. Maka setelah memutari jalan lingkar itu, ketika dia bertanya padaku aku ingin kemana lagi, aku bilang, "Telomoyo Yang." 

 

voila ... jadilah kami ke Gumuk Reco - Sepakung, Banyubiru. Thanks to google map! Yippeee. Saat disana, ada orang yang memprovokasi kami untuk lanjut ke puncak Telomoyo, tapi aku bilang ke Angie ga usah saja. Lha trek ke Gumuk Reco saja sudah bikin tratapan je. wkwkwkwkwkwk ...




















foto-foto berikut ini di Bukit Cinta - Banyubiru.










Monday, May 23, 2022

Ke Cirebon Mei 2022

 

di depan rumah Tangkil

Setelah 3 tahun berlalu, aku dan keluarga tidak bisa dolan ke Cirebon -- disebabkan pandemi covid 19 tentu saja -- akhirnya bulan Mei 2022 ini kami sekeluarga bisa meluangkan waktu untuk kesana; tentu saja agenda utama kami menengok makam kakak tercinta, Yusdi Podungge.

 

Sabtu 14 Mei 2022

 

Pagi-pagi aku menyiapkan bekal untuk kita santap di jalan; menu yang mudah saja dan semua suka: mie goreng, telur dadar dan ayam goreng.

 

Sekitar pukul 08.10 kami sekeluarga meninggalkan rumah. Satu hal yang lupa kami lakukan: membiarkan satu lampu di dalam rumah -- misal di ruang tengah -- untuk tetap menyala agar tidak ketahuan bahwa rumah kosong. Tapi, 'untungnya' Sabtu malam itu ada acara syawalan yang diselenggarakan di depan rumah persis. Jadi lumayan 'aman' lah untuk malam itu. Dan, beda dengan saat kami ke Cirebon tahun 2019, kami menginap 2 malam disana, kali ini kami hanya menginap disana semalam.

 

Alhamdulillah perjalanan kami lancar. Kami sengaja mampir di satu rest area, yang dikenal sebagai Rest Area 260B Heritage-Banjaratma. Selain butuh meluruskan kaki, ke toilet, yang paling utama -- bagiku dan Angie -- adalah foto-foto. Yeay. Lol. Sayangnya dua keponakan sedang kurang enak badan, jadi mereka tidak ikut jalan-jalan di bagunan eks pabrik gula itu. Kami juga memakan bekal yang kami bawa disini.

 




 

 

Setelah merasa cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan ke Cirebon. Karena tak satu pun dari kami yang mengenal jalan di Cirebon, lol, setelah keluar dari jalan tol, dengan menggunakan bantuan gmap, pelan-pelan kami mencari arah menuju tempat tinggal (eks) istri kakak di daerah Tangkil.

 

You know how I felt? Meski aku termasuk jarang menengok kakak di Cirebon -- jika dibandingkan dengan dua adikku -- entah mengapa aku merasa seperti going back home. Apalagi setelah sampai rumah yang ditinggali kakak dan istrinya -- setelah rumahnya sendiri dikontrakkan dan kemudian dijual -- aku benar-benar merasa seperti pulang ke rumah sendiri. Tapi, kedua adikku memutuskan tidak ingin merepotkan mbak Tien -- nama (eks) kakak -- maka kami malam itu tidak menginap disana, kami telah booking 3 kamar hotel yang terletak di daerah Jl. Siliwangi.

 

Setelah beramah-tamah sebentar, mbak Tien mengantar kami ke hotel tempat kami menginap agar kami bisa beristirahat dan mandi.

 


 

 

Sekitar pukul 16.00 mbak Tien menjemput kami dan menemani kami ke makam Kasinengan. Dari sana, kami ke RM nasi jamblang Ibu Nur. Masih bernuansa lebaran, jadi ya maklum jika situasinya ramai. Tapi tak seramai saat kami kesini di tahun 2019, yang antri ambil makan sampai mengular keluar gedung, hingga kami pindah ke nasi jamblang di Pelabuhan.

 



 

 

Usai makan sore, kami ke alun-alun Kejaksan, karena dua keponakan pingin bermain-main. Nah, kesempatan aku dan Angie berfoto-foto. Hihihi … Tapi kami tidak lama disini. Sekitar pukul 18.00 mbak Tien sudah mengantar kami balik ke hotel.

 

Minggu 15 Mei 2022

 

Sekitar pukul 06.30 mbak Tien menjemput kami dan mengantar kami ke stadion BIMA, dimana biasanya orang-orang Cirebon berolahraga -- jogging di track yang mengitari stadion -- atau sekalian belanja karena disana banyak juga orang-orang berjualan berbagai macam barang plus sarapan.

 

Pagi itu mbak Tien mengajak sarapan di satu warung lesehan yang berjualan nasi pecel, lontong opor dan nasi gudeg. Aku memilih menu nasi pecel, Riska pesan nasi gudeg, yang lain lontong opor, termasuk Angie.

 

Usai sarapan dan jalan-jalan di track jogging secukupnya, sekitar pukul 08.00 kami pulang ke hotel, untuk istirahat, mandi, dan packing.

 








 

 

Pukul 12.00 kami sudah meluncur ke arah Tangkil, pamitan dengan mbak Tien. Pukul 14.00 kami sudah otw ke Semarang, setelah makan siang di satu rumah makan sebelum masuk jalan tol.

 

Otw, kami mampir di rest area Gringsing Kendal untuk 'buang hajat' di toilet. :)

 

Menjelang maghrib kami telah sampai rumah, safe and sound. Alhamdulillah.

 

PT56 11.51 24/05/2022

 

Tuesday, January 04, 2022

Dolan Kulon Progo

 

Ini merupakan kisah lanjutan dari yang kuunggah disini.

 

25 Desember 2021

 

Pagi itu cuaca mendung. Aku dan Ranz ke rooftop untuk melihat situasi kolam renang dan mengabadikan pemandangan sekitar apartment. Melihat kolam renang kosong sampai pukul 06.15, aku gatal pingin berenang. Aku pikir pasti yang sudah booking kolam renang mager nih. Setelah maju mundur, akhirnya aku bilang ke petugas yang menjaga apakah dia membolehkanku berenang. Ternyata boleh. Maka, aku dan Ranz buru-buru balik ke kamar, aku persiapan pakai baju berenang, dan balik lagi ke rooftop. To my disappointment, jam 06.23 sudah ada yang nyemplung kolam renang, orang yang reservasinya pukul 06.30. ya sudahlah, belum rezekiku bisa berenang pagi ini.

 






Sekitar jam 07.00 aku dan Ranz balik ke kamar. Ternyata Angie dan Fitri sudah kelaparan, lol. So, tanpa mandi terlebih dahulu, lol, kami keluar cari sarapan. Angie pingin bubur ayam. Ya, yang lain manut deh. :)

 

Setelah sarapan, aku mengajak anak-anak mampir ke Radit, pinjam helm agar aku dan Ranz bisa ngikut Angie dan Fitri yang ternyata ingin dolan ke Kulon Progo. Untunglah Radit ada di kos, dan dia bisa meminjami kami 2 helm sekaligus.

 

Sebelum pukul 10.00 kami sudah meninggalkan apartment untuk menuju Kulon Progo. Tujuan pertama: Pantai Glagah.

 

Ternyata lumayan jauh ya dari Jakal km 5. hihihi … jaraknya hampir 50 kilometer. Well, sekilas sih pantai Glagah ini tidak jauh berbeda dari pantai Parangtritis, pasirnya hitam dan garis pantainya panjang. Yang membedakan tentu saja ada 'laguna' di pantai Glagah. Namun karena laguna penuh dengan perahu-perahu yang disewakan dan orang-orang yang antri ingin naik perahu, kami malas 'berkeliaran' disitu; kami langsung menuju pantai dimana ada 'timbunan' pemecah ombak yang cukup terkenal sebagai objek foto.

 


Angie didn't let me 'pose' :D


Karena kondisi kaki kananku yang sedang tidak ramah untuk dipakai berjalan kaki jauh, (cedera lutut kanan) aku hanya mengajak Ranz foto-foto di pinggir pantai, kemudian duduk-duduk di bawah satu payung yang disewakan. Kami sempat menikmati es kelapa muda.

 

Dari pantai Glagah, ternyata Angie dan Fitri ingin ke NYIA, bandara Jogja yang baru, yang terletak di sebelah Barat dari pantai Glagah. Wow. Pantas, kawan2 pesepeda Jogja 'cukup' bersepeda ke NYIA untuk 'sekedar' bergrandfondo. Hahahaha …

 





Honestly, sempat ga pede loh aku dan Ranz: boleh ga sih (hanya) berwisata ke NYIA karena kami tidak perlu naik pesawat terbang? Ternyata boleh! Hahahaha …

 

Dari NYIA, kami ke Waduk Sermo. Nah, ini adalah keinginan terpendamku sejak sekian tahun yang lalu: penasaran sekali ingin bersepeda kesini. Di perjalanan mendekati waduk, aku melihat cukup banyak orang yang bersepeda kesini, rombongan. Treknya mirip Gunung Pati, rolling yang bakal cukup bikin ngos ngosan, hahahaha …

 

Saat hampir sampai waduk, kami harus mendaki tanjakan kemudian turun tanjakan. Ini berarti menuju waduk maupun saat akan meninggalkan waduk, pesepeda harus tetap ngos ngosan. Hahahahaha …







 

Ternyata di Waduk Sermo tidak banyak pilihan untuk kulineran, tidak seperti yang dekat waduk Gajahmungkur. Angie, Fitri, dan Ranz sempat jajan cilok, satu jenis jajanan yang aku tidak bisa turut menikmati. Maka, ketika Fitri shalat, aku mengajak Ranz mlipir ke satu warung mie ayam. Perut hanya terisi bubur ayam sejak pagi.

 

Dari Waduk Sermo, kami langsung balik menuju Jogja. Alhamdulillah sudah ada google map yah jadi ga perlu sering-sering turun untuk bertanya kepada orang yang kita lewati harus menuju rute mana.

 






Destinasi terakhir adalah kafe Kebon Ndalem yang terletak di ujung perempatan dekat Tugu Jogja. Ini juga aku yang ingin mampir.

 

Alhamdulillah hari ini aku sudah mengunjungi 2 lokasi yang ingin kukunjungi: Waduk Sermo dan Kafe Kebon nDalem.

 

Sekitar pukul tujuh malam kami sampai ke apartment. Setelah mandi, aku menemani Ranz keluar beli makmal. Kebetulan tidak jauh dari apartment ada angkringan yang jualan bakmi Jawa. Angie dan Fitri sudah molor di kamarnya.

 

To be continued.


Kelanjutan kisah ada di link ini.

 

PT56 08.18 02/01/2021