Tuesday, April 20, 2021

Ultah Angie 2021

 


Tidak selalu kami sekeluarga mengadakan acara spesial untuk merayakan ulang tahun, meski acara 'spesial' itu hanya makan-makan di luar. Kebetulan tahun ini ada kisah yang bisa kubagikan. :)

 

Angie berulangtahun pada tanggal 8 April. Tahun ini tanggal 8 April jatuh pada hari Kamis. Dan aku mengajak seluruh anggota keluarga untuk eating out di hari Sabtu siang. Mumpung ada mobil nganggur di rumah, aku mengajak keluarga ke Kampung Jawa Sekatul, Limbangan Boja, Kendal. Terakhir aku mengajak keluargaku kesana di bulan September 2018, hampir 3 tahun yang lalu.

 

Kampung Jawa Sekatul adalah satu destinasi wisata yang cukup komplit, pada zamannya (baca => sebelum pandemi covid 19). Ada restoran yang menawarkan menu masakan Jawa, ada area outbound, berenang, berkemah, juga penginapan. Aku pertama kali kesini dengan Ranz naik sepeda di bulan Oktober 2013.

 

Aku dan keluarga berangkat dari rumah sekitar pukul 12.30. jarak rumah - Sekatul 25 kilometer dengan mengambil rute Pusponjolo - Bunderan Kalibanteng - pasar Jrakah belok kiri ke arah Ngaliyan - BSB - Mijen - Boja - Cangkiran - Sekatul. Bagi yang suka menantang diri dengan trek-trek tanjakan, bolehlah mencoba bersepeda kesini, apalagi sesampai sini kita bisa memilih menu masakan dan minuman yang bisa mengganti energi yang telah kita keluarkan.

 

Sungguh tidak kusangka ternyata setelah pandemi menghantam dunia lebih dari satu tahun, Sekatul pun nampak mengalami dampak pandemi ini. Jika dulu sesampai lokasi, kita agak kesulitan mencari tempat parkir, (terutama yang naik mobil, kalau naik sepeda motor atau sepeda onthel masih mudah. ) kali ini, ruang parkir itu nampak luas sekali karena jarang yang datang kesini. Ketika keluargaku sampai, disana aku melihat tidak lebih dari 7 mobil yang diparkir.

 

Setelah masuk, aku sempat panik ketika tahu bahwa bangunan di balik pendopo tempat dulu orang-orang memesan makanan tutup. Loh, kok tutup? Dimana sekarang kita bisa memesan makanan? Ternyata o ternyata, sekarang para diners bisa memesan makanan di satu area yang merupakan bagian dari pendopo yang terletak di sebelah persis tempat parkir mobil.

 

Meski sepi, kita bisa memesan semua jenis masakan yang tertera di menu makanan. Pihak Sekatul tetap menyediakan semua jenis masakan yang ada di menu. Dan karena lokasinya sepi, aku dan keluarga pun bisa leluasa memilih mau duduk di gazebo sebelah mana, tanpa perlu bersaing dengan para diners lain. Ketika memilih mau duduk di gazebo mana, aku hanya melihat 2 gazebo yang telah diduduki pengunjung lain. Yang lain masih kosong. Ini satu hal yang menyenangkan buat pengunjung seperti aku dan keluarga, tapi tentu tidak begitu menyenangkan bagi pengelola ya. :(

 

Karena sepi, aku melihat kolam renangnya tidak dirawat dengan baik. Dari jauh saja aku melihat kolamnya kotor, air hanya ada sedikit. Aku tidak sempat berjalan-jalan mengitari area, tapi Angie dengan kedua adik sepupunya yang berjalan-jalan, melaporkan ada beberapa area yang tertutup, tidak bisa dilewati.

 



 

 

Untuk tujuh orang, aku memesan satu paket family untuk 4 orang, isinya ayam goreng, nasi, dan satu teko teh, kita bisa memilih hangat atau dingin. Selain itu, aku juga pesan satu kilogram ikan nila goreng (isinya 3 ekor), dan satu teko wedang jeruk hangat.

 



 

 

Sekitar pukul setengah empat kita meninggalkan Sekatul, terutama karena kita mulai merasa titik-titik gerimis turun. Kita lupa membawa payung, tentu kita tidak mau kehujanan saat berjalan kaki keluar dari dalam area menuju tempat parkir.

 

Bye bye Sekatul, kapan-kapan, kita dolan kesini lagi. insyaAllah.

 

19042021

Thursday, April 08, 2021

Dolan Klaten, mengapa tidak?

 


Kisah ini adalah lanjutan dari kisah yang kutulis di link ini.

 

Jika 4 tahun lalu saat aku mengajak Angie dolan ke Jogja, dia menolak kuajak ke Tebing Breksi, kali ini waktu kutawari, "Mau ke Tebing Breksi?" kemudian dia cek di instagram, spontaneously dia langsung mau. Hahaha … ya pucuk dicinta ulam tiba lah, aku memang kepengen ke Tebing Breksi lagi, karena aku kesini bersama para gadis pelor itu 5 tahun yang lalu. Sudah lamaaa.

 

Sabtu 03 April 2021

 

Aku bangun sekitar pukul 05.50 dan langsung mikir untuk jalan-jalan di sekitar penginapan. Aku berjalan ke arah Barat (so I thought), keluar dari gang dimana penginapan kita terletak, sekitar 500 meter, dan … aku melihat sebuah warung makan. Alhamdulillaaah … AKU LAPAR!  Maka, aku mampir, dan sarapan.

 

my first breakfast

 


 

Usai sarapan, aku berjalan ke arah Selatan, dan melihat ada MAN 1 Klaten, yang nampak sedang bersiap-siap untuk simulasi pelajaran tatap muka. Kemudian, aku balik berjalan ke arah Timur, dan kembali ke penginapan. Sesampai sana, Angie dan Fitri sedang nongkrong di halaman samping.

 

 

my second breakfast

 

Menjelang pukul 09.00 Fitri pamitan untuk kembali ke Semarang, karena dia ada undangan kondangan siang itu. Pukul 09.30 aku dan Angie meninggalkan penginapan, menuju arah Prambanan. Aku mengajak Angie mampir sarapan di RM Jatayu, tempat aku dan Ranz pernah mampir makan dua kali (pertama tahun 2011 ketika pertama kali kita bersepeda Solo - Jogja, yang kedua tahun 2013 saat kita dalam perjalanan menuju Purwokerto.)

 

Seingatku rumah makan ini menyediakan berbagai macam sayuran dan lauk, dan diner bebas mengambil sendiri. Tapi, aku lupa, pandemic has changed everything! :( jenis sayuran dan lauk terbatas, dan kita bebas memilih, namun tidak mengambilnya sendiri. Pegawai di rumah makan ini yang mengambilkan.

 

Karena aku sudah sarapan sebelumnya, disini, aku hanya memesan ayam bakar dan teh panas, sedangkan Angie memesan nasi + sayur daun pepaya + cumi dan ikan nila.

 

Sekitar pukul 11.30 aku dan Angie sudah sampai di Tebing Breksi. Sempat bingung dimana tempat parkirnya, lol, akhirnya aku 'menemukan' area yang aku familiar, lol, yang kukunjungi bersama para gadis pelor 5 tahun yang lalu.

 

Sebelum menjelajah area, aku dan Angie kompakan ingin minum iced cappuccino dulu. Ada beberapa area food court disini, kita tinggal memilih. Ada area yang bertuliskan KOPI BREKSI, yang kupikir mungkin itu special untuk pehobi kopi, ternyata masih tutup, lol. Akhirnya, kita berdua memilih satu lapak secara random, asal ada iced cappuccino yang bisa kita pesan.

 


 

 

Setelah itu, kita mulai berjalan-jalan. Suasana kadang brightly sunny, kadang mendung, ga mesti. Tebing Breksi tidak seramai yang kubayangkan (karena aku melihat cukup banyak bus pariwisata yang diparkir di tempat parkir) meski juga tidak sesunyi yang kuharapkan. Di 'puncak' tebing, berjajar spot spot instagrammable untuk orang-orang yang ingin berfoto dengan background spot buatan, yang sama sekali bukan seleranya Angie, lol. Jadi? Ya kita Cuma jalan-jalan, Angie minta difoto di titik-titik yang bukan berupa spot-spot instagrammable tersebut.

 

Setelah merasa cukup berjalan-jalan, kita kembali nongkrong di satu lapak food court, kita minum es teh kali ini. Kita sama-sama masih merasa kenyang jadi tidak tergoda untuk pesan makan siang.

 

Sekitar pukul 13.00 kita berdua telah meninggalkan tempat parkir Tebing Breksi. Aku tidak menawari Angie mampir ke Candi Ijo karena paling-paling dia kurang tertarik, dan kita harus mengejar waktu untuk segera kembali ke Semarang. Honestly, aku menawari Angie menginap semalam di Watu Tapak Camp Hill Tebing Breksi, atau semalam di satu hotel di Jogja, tapi Angie ga mau 'bermasalah' dengan tante-tantenya yang kadang sok nganu, lol. Janji Cuma nginep semalam di luar kota, kok jadi 2 malam, lol.

 

Aku sempat ngecek google map, dari Tebing Breksi menuju Semarang lebih dekat lewat Klaten. Jatinom, Boyolali dan seterusnya, atau lewat Jogja, Muntilan, Magelang, dan seterusnya. Ternyata hampir sama, Cuma beda sekitar 2 menit (lebih jauh lewat Jogja).

 

"Lewat mana saja terserah, pokoknya yang Mama sudah familiar dengan jalannya," kata Angie.

 

Akhirnya aku memilih ke arah Jogja. Cuaca ternyata dengan cepat berubah menuju mendung pekat. Biasanya sih aku meminta Angie untuk membawa jas hujan yang bisa dipakai untuk 2 orang (jas hujan model 'jubah' ala batman dengan 2 lubang kepala), namun karena aku berangkat meninggalkan rumah sehari lebih awal ketimbang Angie, dan aku lupa mengingatkannya, aku ga yakin apakah dia membawa jas hujan untuk 2 orang ini.

 

Sesampai fly over Janti, sudah terlihat banyak orang meminggirkan motor untuk berteduh atau untuk mengenakan mantel. Aku meminta Angie untuk melanjutkan perjalanan, aku berharap bisa menemukan satu minimarket sebelum gerimis berubah menjadi hujan deras, siapa tahu aku bisa beli satu mantel.

 

Hingga sampai di area Ambarrukmo Plaza, Angie melihat satu minimarket, dia langsung minggir, memarkir motor, kemudian kita masuk ke minimarket. Sayangnya di rak yang bertuliskan JAS HUJAN tak terlihat satu pun jas hujan yang tersisa. Semua sudah dibeli orang. :( dan, ketika kita keluar dari minimarket, hujan telah turun dengan begitu deras! Saat itu jaket yang kupakai belum basah, demikian juga jaketnya Angie. Namun karena hujan turun begitu deras, Angie memutuskan untuk mengenakan jas hujan sebelum melanjutkan perjalanan. Dan ternyata benar kecurigaanku: Angie tidak mengganti jas hujannya dengan jas hujan yang bisa dipakai untuk 2 orang! Hmfttt … alamat aku basah kuyub dah.

 

Perjalanan jauh yang akan kita tempuh tentu bakal tidak nyaman jika aku harus duduk di boncengan Angie dengan menundukkan kepala terus menerus di balik jas hujan yang dipakai Angie. Aku tetap duduk tegak di belakang Angie, dan menutupkan jubah jas hujan ke tubuhku di bagian depan. Oh ya, untuk melindungi tas yang kubawa, aku telah membungkus 2 tasku (tas cangklong dan tas pannier) dengan tas kresek hitam besar agar tidak basah.

 

Aku menawari Angie untuk mampir makan di rumah makan ayam bakar Taliwang, di Jl. Professor Yohannes, namun dia bertanya, "Mama sudah lapar?" well, belum sih. Akhirnya kita pun terus melaju. Aku memilih dari Jl. Laksda Adi Sucipto, terus menuju Jl. Solo (duh, nama jalannya yang baru apa yak?) kemudian belok kanan ke Jl. Cik Di Tiro, lalu belok kiri, dan belok kanan lagi menuju Jl. Kaliurang. Hujan tetap deras, jaketku sudah basah kuyub. :(

 

Sesampai Jakal km 5, aku memberi aba-aba Angie untuk mampir ke Gading Mas, satu minimarket tempat aku dulu belanja saat kuliah S1 maupun S2; minimarket ini terletak di antara Gang Megatruh dan Gang Mijil. Ternyata disini pun persediaan jas hujan tinggal 2 untuk orang dewasa, 3 untuk anak-anak.

 

Kita melanjutkan perjalanan setelah aku mengenakan jas hujan minimalis itu, well, paling tidak, bisa sedikit melindungiku dari curah hujan yang cukup tinggi, meski bahan jas hujannya tipis. Meski kurasakan setelah meninggalkan Gading Mas, curah hujan sedikit menurun, tidak sederas sebelumnya.

 

Angie terus menggeber sepeda motor yang dia kemudikan. Setelah sampai area Muntilan, Angie bertanya dimana kita akan makan siang. Aku menyerahkan pilihan ke dia. Malam sebelumnya saat di Klaten Angie dan Fitri makan malam mie ayam, aku yakin dia akan memilih menu lain. But I was wrong, Angie menghentikan motornya di satu warung makan bakso dan mie ayam. Haduw, piye to Nok, mbokmu kon maem apa? Karbo tok? Lol. Angie memilih mie ayam dan bakso, aku akhirnya memilih bakso 'kosongan', tanpa mi kuning maupun mihun/soun.

 

Usai makan, aku baru kepikiran untuk berganti baju dan tak lagi mengenakan jaketku yang sudah basah kuyub, kebetulan memang hujan telah berhenti sesampai kita di Muntilan. Untung di tas pannier, aku masih punya satu sweater lengan panjang, aku memakai itu, dan melipat kaos dan jaket yang telah basah kuyub.

 

Dari Muntilan tempat kita mampir makan siang, sampai rumah, Angie sama sekali tidak mengajak berhenti untuk beristirahat. Sudah perkasa dia, eh? Lol. (biasanya dari Semarang ke Solo atau sebaliknya, kita beristirahat sekali somewhere di Salatiga.) Tapi, eh, sesampai area eks terminal lama Magelang, kita mampir satu toko oleh-oleh untuk beli oleh-oleh. Ketika akan melanjutkan perjalanan, Angie bertanya, "Nanti kita lewat Temanggung, Ma?" ketika kujawab "iya", kulihat dia menghela nafas panjang, lol.

 

awan di langit, kujepret di daerah Jambu

 

Setelah melewati area Jambu, Angie bertanya, "Kita sudah sampai Salatiga belum Ma?" ketika kujawab, "belum", dia menghela nafas panjang lagi, lol. Akhirnya aku bilang, "Kita kan ga lewat Salatiga, Sayang. Setelah ini, kita akan sampai Ambarawa, setelah itu kita akan sampai Bawen." Mendengar kata 'Bawen' Angie nampak bersemangat lagi. Lol.

 

6 jam telah berlalu dari saat kita meninggalkan Tebing Breksi, hingga akhirnya kita pun sampai rumah. Safe and sound. Alhamdulillah. Satu pengalaman mengenal jalan antar kota antar propinsi (untuk Angie) telah berlalu. Yeay!

 

PT56 14.26 08/04/2021

 




Sunday, January 03, 2021

Piknik Podungge family akhir tahun 2020

 

background: paviliun Bougenville tempat kita menginap

Background:

 

Lebaran 2019 mungkin adalah 'dolan keluar kota' pertama kita bersama: aku dan Angie, adikku Nunuk, dan adik ragilku Riska bersama suami dan dua anaknya. Tujuan kita waktu itu ke Cirebon dengan dua agenda utama (1) menengok makam kakakku, yang meninggal pada tanggal 21 Mei 2019 dan dimakamkan di pemakaman umum 'Kasinengan' tak jauh dari Trangkil, dimana kakakku pernah tinggal bersama istrinya sejak menikah tahun 2005. (2) menjaling silaturahmi dengan (eks?) kakak iparku.

 

Tentu kita berencana untuk melakukan hal yang sama lagi saat libur Lebaran 2020 datang. Akan tetapi seperti yang kita tahu semua bahwa pandemi covid 19 yang kasus pertamanya ditemukan di Bogor di awal bulan Maret 2020 telah mengubah banyak hal. Sejak pertengahan bulan Maret pemerintah menghimbau masyarakat untuk lebih sering tinggal di rumah, ketimbang 'keluyuran' keluar rumah dan mungkin terpapar/menularkan virus corona. Maka, saat Lebaran 2020 tiba, aku dan keluarga anteng saja tinggal di rumah, tidak kemana-mana. Bahkan kita tidak pergi ke 'lapangan' untuk melaksanakan shalat Ied.

 

Pemerintah waktu itu berjanji untuk tetap memberikan cuti libur kepada ASN (terutama) dan karyawan swasta di akhir tahun, dengan harapan bahwa setelah 3 - 5 bulan, kasus covid 19 akan berkurang. Sayangnya, 'penerawangan' ini kurang tepat. Libur weekend panjang di bulan Oktober -- yang membuat banyak orang berpergian antar kota/propinsi -- ternyata meningkatkan kasus covid 19. jumlah pasien yang diketahui positif covid 19 terus meningkat, meski jumlah pasien yang sembuh juga meningkat, namun tetap belum bisa menghentikan kasus covid 19 di Indonesia.

 

Dengan berat hati, pemerintah membatalkan memberikan cuti libur di akhir tahun. Bahkan dengan kasus covid 19 yang kian meningkat, pemerintah malah melakukan pemantauan yang kian ketat pada orang-orang yang tetap akan melakukan traveling antar kota antar propinsi: orang-orang wajib test antigen / swab sebelum melakukan perjalanan.

 

Riska semula berencana pergi mengunjungi kawannya yang tinggal lumayan jauh dari rumah dengan keluarga kecilnya. Untuk itu, dia menyewa sebuah mobil. Namun, setelah menyewa mobil, ternyata kawannya itu tidak berani menerima tamu karena baru saja ada tetangga rumahnya yang positif covid dan meninggal.  Sebagai ganti, dua adikku berencana untuk ke Cirebon. Sudah sempat berkomunikasi dengan kakak ipar yang tinggal di Cirebon, dia sudah bilang oke. Namun ketika pemerintah mengeluarkan pengumuman akan mengadakan test antigen secara random di jalan-jalan, plus ternyata kasus covid 19 di kitaran tempat tinggal kakak iparku juga meningkat, kita terpaksa membatalkan pergi ke Cirebon.

 

Kemudian dua adikku berencana untuk 'plesiran' pergi ke Bandungan/Gedong Songo dan menginap semalam disana, demi mendapatkan suasana yang berbeda, karena di Semarang biasa terpapar hawa panas, lol. Nah, aku yang ternyata tetap belum bisa move on dari Jogja pun mengusulkan untuk dolan ke Jogja, apalagi Kaliurang memang sedang sepi-sepinya. Plus ada seorang kawan medsos yang bilang bahwa Gembira Loka cukup sepi di masa covid begini. Dan … begitulah, akhirnya pada tanggal 26 - 27 Desember kita bertujuh dolan ke Jogja.

 

26 Desember 2020

 

Aku bangun sebelum jam 5 pagi, nyiapin sarapan sederhana dan bekal di perjalanan. Kita berangkat menjelang pukul setengah delapan, terlambat dari rencana kita semula, pukul 7. :)  Kita menuju Jogja melewati jalan 'biasa', bukan jalan tol, menghindari bertemu dengan pasukan test antigen, (who knows?) yang katanya mungkin akan memeriksa mereka yang lewat jalan tol, secara random.

 

Masuk kota Jogja lewat Jl. Magelang, kita belok ke Jl. Diponegoro setelah sampai perempatan Pingit. Aku sengaja mengajak lewat Malioboro untuk sekedar melihat suasana. Dan, benar, jalanan macet seperti biasa meski di sepanjang para pedagang kaki lama belum terlihat tumpukan orang-orang yang ingin belanja. Banyak kereta wisata di pinggir-pinggir dengan kuda-kuda dalam variasi ukuran. 2 keponakanku takjub ketika melihat beberapa kuda dalam ukuran yang sangat besar. :)

 

Sesampai titik 0, kita belok kiri. Untuk sampai Gembira Loka kita harus melewati traffic light di sepanjang jalan ini dan semuanya pas berwarna merah saat kita sampai di titik traffic light. :D Kesan bahwa Jogja itu padat pengunjung saat liburan tetap terlihat, meski di tengah-tengah masa pandemi, dan pemerintah kota Jogja berusaha untuk meredakan laju covid 19.

 

background: kandang onta :)



Ternyata sekarang pengunjung ke Gembira Loka memiliki dua pilihan untuk masuk, pintu masuk Barat untuk mereka yang akan membeli tiket secara cash, sedangkan pintu masuk Timur untuk mereka yang membeli tiket non cash. Kita memilih pintu masuk Barat. Sebelum masuk, kita menghabiskan dulu bekal kita untuk mengisi perut agar tidak terlalu kosong saat berjalan-jalan di dalam kawasan kebun binatang yang cukup luas itu.

 

Aku dan keluarga masuk GL sekitar pukul 11.45. Tata cara sebelum beli tiket: pertama kita ke loket pendaftaran. Disini kita akan ditanyai nomor WA juga menunjukkan KTP (salah satu anggota rombongan sudah cukup). Kemudian kita ke loket pembelian tiket. Disini kita diminta menunjukkan 'message' yang dikirim ke nomor WA yang kita berikan kepada petugas di loket pendaftaran. Sebelum masuk, kita akan diminta mencuci tangan dan suhu badan kita dicek oleh petugas.

 

Harga tiket Rp. 75.000,00 per orang. Anak yang tinggi badannya lebih dari 80 cm harus sudah membeli tiket sendiri. Fasilitas yang diberikan adalah naik kapal/perahu wisata dan kereta wisata di dalam kawasan Gembira Loka secara gratis. Kita boleh naik berulang kali sampai bosan, lol. Jika ingin naik speed boat di dalam 'telaga' di dalam kawasan masih harus bayar lagi ya, entah berapa karena aku tidak naik itu.

 





Kereta wisata ini terasa sangat membantu mereka yang malas berjalan kaki mengitari kawasan wisata GL. Ada beberapa halte dimana kita bisa naik/turun sesuai keinginan/kebutuhan.

 

Sayangnya hujan turun sekitar pukul 13.20. saat itu aku, Angie dan Nunuk adikku sedang masuk area kucing-kucing. Sedangkan Riska dengan suami dan 2 anaknya jalan-jalan di tempat lain. Kebetulan area kucing-kucing ini berada di dekat halte 'Cakar' yang tidak jauh dari pintu keluar Barat. Aku meminta Riska untuk naik kereta dan menyusulku di halte Cakar. Setelah mereka sampai, hujan benar-benar menderas membuat kita tidak bisa kemana-mana. Kebetulan yang ingat membawa payung hanya Angie :D pagi sebelum berangkat, aku sudah sempat memegang payung, tapi waktu melihat Cantiq, kucing peliharaan kita, aku letakkan kembali payung itu, untuk memberi makan Cantiq sebelum berangkat. Dan … kemudian aku lupa.

 

Untunglah menjelang pukul 14.00 hujan sedikit mereda. Kita pun nekat berjalan keluar. Payung dibawa Riska, dia berpayungan berdua dengan Adek, si bungsu. Nunuk melindungi dirinya dan Rani dengan jaketnya yang waterproof. Aku, Angie, dan suami Riska berjalan melenggang. Untung kita bertiga mengenakan topi sehingga lumayan melindungi kepala.

 

Setelah keluar, untung ada area yang terlindung 'atap', disini kita menunggu mas Ari, suaminya Riska, berjalan ke mobil dan menjemput kita.

 

Keluar dari Gembira Loka, aku mengarahkan mas Ari menuju jalan yang ada SMA N 8 di ujung (aku lupa nama jalannya) dimana setelah kita belok kiri, di ujung perempatan ada Balaikota; kita belok kanan ke Jl. Timoho. Keluar dari Jl. Timoho, kita sampai Jl. Solo / Laksa Adi Sucipto. Kita mengambil arah belok ke Jl. Gejayan, kemudian melipir di pinggir Selokan Mataram, kemudian masuk ke Jl. Kaliurang.

 

Sempat mampir di satu minimarket untuk belaja beberapa jenis cemilan dan air mineral untuk bekal, di Jakal km. 9. setelah itu, kita lanjut sampai Tlogo Putri. Rencanaku mau mengajak keluarga menginap di Hotel Srikandi, tempat aku menginap seminggu sebelumnya bersama Ranz, Angie, dan Fitri. Sayangnya, sesampai hotel yang kita tuju, semua kamar sudah terisi. Untungnya ga pakai sulit, kita menemukan hotel yang mirip2 hotel Srikandi, yakni Graha Kinasih, yang terletak di Jl. Boyong, sekitar 1,5 kilometer dari Tlogo Putri. Oleh si pengelola, kita diberi satu paviliun dengan 2 kamar, satu kamar untuk dua orang, satu kamar lagi bisa untuk 4 orang. Ada dapur dan meja/kursi makan, plus ruang tamu. Harganya sangat bersahabat: hanya Rp. 600.000,00. di dapur, kita disediakan kompor gas, air mineral dalam dispenser, piring, gelas sendok, dan beberapa sachet kopi. Alhamdulillaaah.

 

Usai check in, kita keluar mencari makan siang/sore. Ternyata, dari paviliun Bougenville (nama paviliun yang kita tempati) ke RM Pak Parto dekat banget! Tapi karena waktu itu rumah makan sedang tutup (kayaknya sedang ada acara keluarga semacam pengajian) kita ke tempat lain: ke lokasi seberang RM Pak Parto dimana ada gerobag berderet-deret yang berjualan bakso, sate, dll. Sore itu, Angie dan Riska memesan mie bakso, sedangkan yang lain memesan sate ayam plus lontong.

 

Selesai makan, Riska dan keluarganya kembali ke penginapan, sedangkan Aku, Angie, dan Nunuk jalan2 ke Tlogo Putri. Cuaca masih sangat mendung, kadang gerimis tipis, tapi masih oke untuk jalan-jalan.

 

Menjelang maghrib kita sudah kembali ke penginapan. Karena perut terasa cukup kenyang, kita tidak perlu keluar untuk cari makan lagi.

 

Malam itu, aku tidur di kamar yang besar bersama Angie, Nunuk dan Rani. Di kamar yang satunya dipakai Riska, mas Ari, dan Adek.

 

Minggu 27 Desember 2020

 

Liburan itu paling enak bangun agak siangan, lol. Meskipun begitu, pukul enam aku sudah mengajak 2 keponakanku keluar jalan-jalan, bersama Angie dan Nunuk. Meski trek naik turun tajam, 2 keponakanku senang-senang saja tentu karena hawa yang sejuk dan matahari belum terlihat bersinar.

 




Pukul tujuh kita mulai antri mandi. :D sekitar pukul 8 kita keluar, untung RM Pak Parto sudah buka, jadi kita sarapan disini. Pagi itu RM Pak Parto nampak ramai sekali dengan gerombolan para motoris. Mungkin memang para motorist itu biasa mampir makan disitu ya jika mereka 'turing' ke Kaliurang.

 

Setelah sarapan, kita ke Tlogo Putri, ada area main anak-anak dimana kita bisa masuk tanpa perlu membeli tiket. :D kali ini suasana Tlogo Putri cukup ramai, dibandingkan seminggu sebelumnya saat aku, Ranz, Angie dan Fitri menginap. Banyak jeep untuk tour yang mengadu peruntungan datang. Tapi, memang lumayan banyak juga orang-orang yang nampak naik jeep. Aku tidak berani mengajak 2 keponakanku naik jeep. Lagian, toh, 3 tahun sebelumnya aku dan Angie sudah pernah naik sampai Bunker Kali Adem.

 





Dari Tlogo Putri, aku mengajak masuk Taman Kaliurang, hanya berlima. Aku mempersilakan Riska dan mas Ari pulang terlebih dahulu ke penginapan untuk istirahat.

 




Pukul 12.30 kita meninggalkan penginapan. Karena Nunuk ingin melihat 'Stonehenge' KW itu seperti apa, kita kesana. Sempat digoda hujan on the way kesana, untunglah ketika kita sampai, hujan berhenti, memberi kita kesempatan untuk foto-foto. Dari sini, kita turun ke Jakal km 15 untuk makan siang.

 





On the way keluar Jogja, aku mengajak mampir Café Brick, karena aku ingin banget nunjukin Angie café yang bangunannya ala-ala British ini. :D dari sini, Angie mengajak lewat Jl. Palagan, tempat dia lewat seminggu sebelumnya bersama Fitri. Mereka sempat mampir ngopi di La Luna Resort waktu itu.

 

Jam lima sore kita sampai Jl. Magelang, siap meninggalkan kota Jogja. Perjalanan lancar, meski ada sedikit kemacetan di beberapa titik. Kita mampir di satu toko oleh-oleh sebelum keluar Magelang.

 

Kita sampai rumah sekitar pukul 21.30, setelah makan malam di satu warung makan di kawasan Pusponjolo.

 

Semoga di tahun 2021 ini kita berkesempatan traveling bareng lagi. Amiiiin.

 

PT56 09.26 03-Januari-2021