Tuesday, July 15, 2008

Tahun Ajaran 2008/2009


Hari Sabtu 12 Juli 2008 Angie seharusnya berangkat ke sekolah untuk mengembalikan raport. Selain itu, para siswa juga sekaligus melihat pengumuman mereka masuk ke kelas yang mana. Bagi banyak anak, juga Angie, ternyata hal ini bisa jadi merupakan saat-saat yang mendebarkan hati karena merasa excited siapa saja yang akan menjadi teman sekelas mereka di tahun ajaran baru.
Waktu pertama kali masuk sekolah di SMA N 3 Semarang, Angie sangat senang tatkala tahu bahwa dia satu kelas dengan Nana, sobatnya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Angie dan Nana pun pernah satu kelas waktu duduk di kelas 2 SMP N 1 Semarang. Naik kelas 2 pada tahun ajaran 2007/2008, Angie masuk kelas XI IA 1, satu kelas dengan Mita, yang telah dia kenal sejak tahun 2004, tatkala mereka berdua belajar Bahasa Inggris di English Course tempat aku bekerja.
Di tahun ajaran 2008/2009, akankah Angie ‘seberuntung’ seperti dia duduk di kelas X dan XI karena ‘menemukan’ seseorang yang dia kenal cukup baik tatkala memulai tahun ajaran baru, agar merasa ‘secure’ sebelum akhirnya dia menjalin persahabatan dengan teman-teman sekelas yang lain?
Beberapa hari sebelum tanggal 12 Juli, my Mom berpesan pada Angie agar tinggal di rumah pada hari Sabtu itu karena semua orang harus pergi, padahal di rumah masih ada tukang yang membetulkan ini itu. Aku dan kedua adikku masuk kerja di pagi hari Sabtu, dan kebetulan my Mom ada arisan dengan teman-teman pensiunan Bank Bapindo (my late dad’s workplace). Terpaksa Angie tidak berangkat ke sekolah. Seorang teman sekelasnya di kelas XI IA 1 berbaik hati datang ke rumah untuk membawakan raport Angie ke sekolah, plus membayarkan uang BP3 yang ternyata harus sudah dibayar sebelum memasuki tahun ajaran baru 2008/2009.
Sabtu malam, sepulang aku dari kantor, aku disambut Angie dengan wajah cemberutnya.
“Masak ga ada teman-teman “es conelo” yang sekelas dengan Angie nanti di kelas XII!!!” keluh Angie.
(FYI, anak-anak kelas XI IA 1 SMA N 3 Semarang tahun ajaran 2007/2008 mempunyai ‘nickname’ untuk kelas kesayangan mereka, yakni ‘es conelo’. Unfortunately, aku lupa ‘es conelo’ itu singkatan apa.)
Aku tidak menanggapi keluhan Angie ini dengan serius. Aku hanya bilang, “You will meet new friends honey. Who knows you will get some kind, good, and nice new best friends you never get in touch before?”
“Angie sekelas dengan SB!” katanya lagi.
SB adalah nama cewe yang kebetulan naksir berat gebetan Angie. Bahkan konon mereka pernah ‘jadian’, walaupun usia ‘jadian’ mereka hanya dalam hitungan minggu. Aku berpikir mungkin Angie akan ill feel pada SB sehingga ga mungkin Angie mau duduk sebangku dengannya.
“Tapi ada seorang teman sekelas SB waktu kelas XI yang sekelas dengan dia, jadi mereka berdua akan duduk sebangku,” lanjut Angie.
“Oh? Is it possible for you to sit at the same bench and desk with SB after what has happened lately?” tanyaku heran.
I couldn’t interpret what her facial expression meant when hearing me say so. Tapi kemudian Angie bilang, “Daripada duduk sebangku dengan seseorang yang sama sekali ga Angie kenal. Duduk dengan SB pun ga papalah...”
Aku kemudian bercerita bagaimana Angie kecil dulu begitu pede memasuki sebuah komunitas baru, tanpa perlu mengenal seseorang terlebih dahulu. Waktu masuk TK Nasima tahun 1995, dia terlihat begitu menikmati hari-hari awal dia masuk sekolah, tanpa terlihat attached kepadaku. Lulus TK, sebelum mulai tahun ajaran baru di SD, selama liburan dia kumasukkan ke sebuah kursus Bahasa Inggris khusus anak-anak yang terletak di kawasan perumahan Semarang Indah. Aku hanya mengantarnya sampai di depan gedung sebelum pukul 08.00, kemudian aku harus segera kabur ke tempat kerja, aku harus mengajar jam 08.00. Kursus Angie selesai pukul 09.30. Namun berhubung aku selesai mengajar pukul 10.00, aku selalu datang menjemputya setelah pukul 10.00. Angie tidak pernah terlihat bete karena dia menikmati kegiatan-kegiatan yang disediakan oleh Lembaga Pengembangan Anak itu bagi anak-anak yang belum dijemput oleh orang tuanya.
Waktu masuk SD (aku sengaja tidak memasukkannya ke SD Nasima yang waktu itu masih brand new, belum ketahuan mutu yang dimiliki, sementara uang BP3 cukup mahal bagi kantongku waktu itu), Angie pun terlihat ‘baik-baik’ saja, kecuali sedikit keluhan karena SD N Siliwangi tidak memiliki gedung ‘seindah’ dan sebersih TK tempat Angie bersekolah.
“Where is that Angie, honey?” tanyaku ke Angie.
Angie hanya mengangkat bahunya. Wajahnya terlihat heran, seolah-olah bertanya, “Was little Angie that confident and secure in any new community? Why am I not like that anymore?”
Semalaman itu, sebelum tidur, Angie terus menerus mengeluh, “Angie ga mau masuk sekolah Ma! Gimana sih cara sekolah membagi siapa masuk kelas mana? Masak ga ada satu pun teman ‘es conelo’ yang satu kelas dengan Angie?”
Menjelang pukul 9pm, akhirnya aku berpikir mungkin teman Angie hanya nggodain Angie dengan mengatakan bahwa hanya dia seorang anggota ‘es conelo’ yang masuk kelas XII IA 10.
“I think you need to see the announcement by yourself, honey! Siapa tahu ‘Rampink’ sedang keluar isengnya untuk ‘ngerjain’ Angie.” Kataku.
“Ada berapa anak di kelas XI IA 1? Kalau ada 40 siswa, dibagi menjadi 10 kelas, bukankah seharusnya minimal ada 3 sampai 4 anak ‘es conelo’ di tiap-tiap kelas, kalau pembagiannya merata!” kataku lagi.
Harapan Angie muncul lagi, walaupun hanya tipis. Berhubung waktu telah menunjukkan pukul 9pm, aku tidak menawari Angie ke sekolahnya untuk melihat pengumuman itu sendiri. (FYI, aku belum bisa sepenuhnya menghilangkan kebiasaan ‘jam malam’ yang dimulai pukul 9pm di PT56.)
Namun ternyata malam itu Angie tidak bisa tertidur lelap sampai pukul 2 dini hari.
*****
Hari Minggu 13 Juli 08 aku dan adikku ikut ‘fun bike’ yang diselenggarakan oleh sebuah pasar swalayan di Semarang dalam rangka memperingati ulang tahun pasar swalayan tersebut yang ke30. Kita meninggalkan rumah pukul 05.45, Angie masih mendengkur di tempat tidur.
Pukul 09.30 aku dan adikku sudah ramai berkicau di ruang tamu PT56, bercerita to our dearest Mom tentang pengalaman kami berdua mengikuti ‘fun bike’ yang jarak tempuhnya mencapai 12,5 kilometer. Sampai akhirnya aku ingat Angie yang ingin melihat pengumuman pembagian kelas itu sendiri.
Sekalian olah raga dan ngirit bensin, aku dan Angie ke SMA N 3 naik sepeda, aku naik WINNER, Angie naik POLYGON PREMIERE milik adikku.
Ternyata ...
Rampink tidak sedang iseng ngerjain Angie. Angie memang satu-satunya anak ‘es conelo’ di kelas XII IA 10 tahun ajaran 2008/2009.
Angie pun terlihat gusar.
“Honey, believe me, you will find new good friends later. Okay?” Begitu aku terus menerus meyakinkannya.
LL 12.04 140708