Monday, May 20, 2019

Ke Cirebon

Terakhir ke Cirebon bersama para cewe pelor -- minus Tami -- di bulan Desember 2016, berlima kita bersepeda dari Semarang menuju Cirebon, dan jarak sekitar 265 kilometer kita bagi menjadi 3 etape, karena ingin ngepit nyante. Sekitar bulan Maret 2017 aku berencana mengajak Angie kesana, tapi ga jadi karena Angie malah mengajakku ke tempat lain. Pertimbangan Angie waktu itu Pakdenya baru pergi ke Bengkulu, yang pastinya butuh dana banyak. Angie tidak ingin Pakdenya mengeluarkan dana yang lebih banyak lagi jika kita kesana. Akhirnya kita ke Jogja waktu itu, menginap dua malam, di hotel, jadi rada boros. Pertama di Limaran, kedua di Kaliurang.

Hari Jumat 17 Mei 2019 kemarin mendadak aku dan Angie ke Cirebon. Kali ini kita bukan ingin berlibur namun mengunjungi Pakdenya yang jatuh sakit (parah) lagi. :( Jika tahun 2009 lalu waktu Yusdi kena stroke (yang pertama) aku dan Angie tidak sempat ke Cirebon (seingatku Nunuk dan Riska yang kesana), kali ini justru Riska yang belum sempat ke Cirebon. Bisa dipahami sih karena sekarang dia sibuk ngopeni dua anaknya. Tahun 2009 dulu dia masih 'lega' belum bersuami belum punya anak.

Noek yang sudah berangkat ke Cirebon hari Rabu 15 Mei 2019, mendadak memintaku datang kesana untuk 'sekedar' menemaninya. Semenjak Noek sampai sana, Mba Tien jarang di RS, keluh Noek. Well, sebenarnya bisa dipahami sih, Mba Tien yang telah merawat Yusdi sendiri sejak penyakit Yusdi memarah bulan Maret lalu tentu lelah. Dan karena Mba Tien mengaku lelah ini, dan ingin berbagi dengan adik-adik iparnya merawat suaminya ini lah yang membuat Noek kian ingin aku ke Cirebon. Kita butuh membahas beberapa hal untuk menimbang-nimbang apa yang sebaiknya kita lakukan, pembahasan yang tentu lebih nyaman dilakukan jika kita bertemu langsung, tidak hanya lewat WA/telpon.

Aku dan Angie berangkat ke Cirebon naik KA Ciremai Express hasil Angie browsing di web traveloka. Noek sebenarnya memintaku datang hari Sabtu, tapi pertimbanganku dan Angie jika kita datang hari Sabtu kemudian hari Minggu langsung balik Semarang lagi, kita stay di Cirebon less than 24 hours. Rasanya kok ga begitu meringankan beban Noek dan Mba Tien ya. Untunglah Angie 'nemu' jadual pemberangkatan KA Ciremai itu, pukul 17.46 dari Poncol, waktu yang cukup ideal, Angie sudah pulang dari kerja jadi dia ga perlu mbolos, dan itu tidak terlalu malam. Kita sampai di stasiun Cirebon paling lambat pukul 21.00, belum dihitung larut.

Perjalanan lancar, alhamdulillah. Setelah tahu bahwa jarak stasiun menuju RS Sumber Kasih tempat Yusdi dirawat hanya kurang lebih 600 meter, kita memutuskan untuk jalan kaki kesana. (Semula aku sempat berpikir untuk menginap di satu penginapan dekat hotel agar kita bisa full istirahat dengan nyaman sebelum harus berjaga di RS dengan alert. namun ga jadi, karena Noek bilang kita bisa beristirahat di RS, plus juga untuk menghemat uang yang kudu kita keluarkan.) Noek pun terkesan sangat senang waktu tahu aku dan Angie bakal sampai RS Jumat malam itu, dari ekspektasi dia kita nyampe sana Sabtu siang/sore kan ya.

Kita sampai RS sekitar pukul 21.30. Noek langsung mengajak kita berdua masuk ke ruang ICU untuk melihat kondisi Yusdi. Respon Yusdi malam itu cukup bagus, meski seperti kata Noek, dia sudah tidak bisa mengeluarkan suara yang berbentuk berbicara sesuatu. Dia melambaikan tangan ke arahku, seperti ingin bersalaman denganku. Aku genggam tangan kanannya yang melambai ke arahku, tubuhnya juga nampak dia gerakkan ke arah dimana aku berdiri -- di sebelah kirinya. Setelah genggaman tanganku kulepas, dia melambaikan tangan ke arah dimana Angie berdiri. Angie pun menyambut tangannya. Yusdi nampak ingin berbicara sesuatu, namun ... ya begitulah, dia sudah tak mampu. :(

Malam itu aku dan Angie beristirahat di satu ruang yang ada tulisan 'ruang tunggu ICU', satu ruangan yang sama sekali tidak private karena disitu banyak orang lalu lalang, entah pegawai RS entah anggota keluarga pasien yang rawat inap. sangat tidak 'safe' sebenarnya untuk barang-barang berharga yang ada di kita, tapi mau bagaimana lagi? aku letakkan tasku (yang bertuliskan 'pesepeda') di antara tubuhku dan Angie berbaring, kemudian kututupi dengan jaket yang kupakai untuk selimut. Noek semula 'tidur' di dalam ruang ICU (note: ruang ICU di RS ini tidak terlalu 'rigid' dijaga agar tak satu pun pengunjung masuk di jam-jam selain jam berkunjung memang.) dengan menjejerkan dua buah kursi di samping tempat tidur Yusdi. Namun sesekali Noek keluar, ikutan berbaring di atas lantai bareng kita. (Mba Tien membawa karpet yang cukup tebal untuk alas kita berbaring.) Untung meski tidak ada AC, malam itu kita tidak kepanasan dan tidak ada nyamuk.

Sabtu 18 Mei 2019

Pagi itu Mba Tien sampai RS sekitar pukul 08.00. Kemudian kita bertiga (aku, Noek, dan Angie) berjalan ke satu warteg yang terletak kurang lebih 400 meter untuk sarapan. Usai sarapan, kita berjalan balik ke RS. sesampai sana, banyak orang yang datang berkunjung menengok, mereka ngobrol dengan Mba Tien di ruang tunggu. Ketika Noek pamit mau pulang ke rumah Mba Tien di Tangkil, Angie ikut, mau nunut mandi. Aku yang semula ga kepikiran untuk kesana, memutuskan untuk ikut serta, ketimbang mandi di kamar mandi RS. Kita ke Tangkil naik go car.

Seusai mandi, ternyata aku dan Angie tergoda ikutan Noek berbaring di bed. aku ga bisa tertidur, meski malamnya juga aku ga bisa tertidur karena banyaknya orang yang lalu lalang, plus suara bayi menangis sepanjang malam. :( Sekitar pukul 13.00 aku mengajak Angie kembali ke RS. Noek bilang dia mau nyusul agak sorean.

Siang itu aku sempat nungguin Yusdi di ruang ICU. Honestly, aku bingung dia sebenarnya tidur atau terjaga :( mau ngajak ngobrol, aku ga tau mau ngomong apa. :( sementara waktu itu Mba Tien mengajak Angie pergi membeli mie ayam untuk makan siang. tak lama kemudian seorang kawan Mba Tien datang. suster jaga membolehkannya masuk meski sebenarnya jam bezoek sudah habis. perempuan yang kemudian kuketahui bernama Dewi ini nampak berdoa sambil menangis. Setelah selesai, aku memperkenalkan diri sebagai adiknya Yusdi yang baru datang dari Semarang. Dewi keukeuh menunggu di ruang tunggu sampai Mba Tien datang. Syukurlah akhirnya Mba Tien datang sekitar pukul 14.45. Tak lama kemudian Noek datang.

Kita bertiga memakan mie ayam yang dibelikan Mba Tien siang itu di lantai 1. (cuma 2 porsi, tapi cukuplah dimakan bertiga.) Usai makan, Noek langsung kembali ke ruang ICU di lantai 2, sementara aku dan Angie ngobrol. Angie mengajak memesan tiket KA untuk kembali ke Semarang. dia lihat di traveloka (lagi!) ada KA Ciremai Express yang akan ninggalin stasiun Cirebon pukul 10.35. Ini berarti kita berangkat dan pulang naik KA yang sama. Setelah memesan tiket secara online, kita berjalan ke Bank Man**** yang terletak di samping RS untuk transfer. dari sana, kita menyeberang jalan menuju alun-alun Cirebon. Aku ingin memotret masjid yang terletak disana. dari sana baru kita berjalan balik ke RS.



sementara itu, Noek ngabari lewat WA kalau Yusdi bisa meninggalkan ruang ICU pindah ke bangsal perawatan biasa, di ruang Jimbaran nomor 12. Alhamdulillah.

Malam itu, kita bertiga tidur bersama Yusdi. Kita menggelar karpet tebal di kamar yang cukup sempit itu, dengan AC kita set di angka 21 yang cukup dingin. Tentu kita tidak bisa tidur dengan nyenyak, perawat secara rutin datang untuk ngecek infus, 'menyuapi' Yusdi (dia makan 'makanan yang sudah dicairkan' melalui hidung tiap empat jam sekali). Semalaman Noek yang berbaring dekat pintu sering bangun dan ikut berdiri memandang perawat melakukan beberapa hal. Aku dan Angie tetap berbaring. :(

Minggu 19 Mei 2019

Seorang perawat laki-laki datang sekitar pukul setengah tujuh untuk 'menyeka' tubuh Yusdi dengan air hangat (alias 'mandi'). Noek membantunya. Angie sedang keluar ke toilet. Sementara aku hanya terpaku berdiri memandang Noek dan perawat itu menyeka tubuh kakakku satu-satunya. hiks :( aku ga tau apa yang harus kulakukan. :(

Mba Tien datang sekitar pukul 08.00. Dia membawa roti sobek untuk pengganjal perut kita yang butuh sarapan. sekitar pukul 08.30 aku mengajak Angie untuk meninggalkan RS menuju stasiun. saat kita pamitan.

Aku kembali mengajak Angie berjalan kaki ke stasiun. Kita sempat ngobrol mau sarapan dimana. waktu ninggalin stasiun jumat malam lalu, aku melihat deretan orang berjualan makanan, salah satunya memasang tulisan 'nasi jamblang'. kita pun 'gambling' melewati warteg yang kita lewati untuk cari sarapan di stasiun, (dengan resiko mungkin tutup karena ini bulan Ramadhan) atau mampir ke warteg saja langsung. keputusannya adalah kita akan mencari sarapan di satu warung makan di stasiun. :) dan ... ternyata ... kita tidak menemukan satu pun warung yang buka! lol. akhirnya, kita pun berjalan kembali ke arah warteg.

waktu sarapan, Noek datang. dia bercerita habis mencari informasi di receptionist RS, kira-kira butuh biaya berapa jika kita menyewa ambulance untuk membawa Yusdi ke Semarang. ternyata mahal sekali untuk ukuran kantong kita. :( per kilometer kita kudu membayar Rp. 20.000,00. dan karena kita prakirakan Yusdi masih butuh infus dll saat meninggalkan RS kita juga butuh menyewa seorang perawat. untuk itu, biayanya Rp. 10.000,00 per kilometer. it means kita harus membayar minimal tujuh setengah juta rupiah. mahal. :(

usai sarapan, Noek balik RS, aku dan Angie lanjut berjalan kaki ke stasiun.



KA Ciremai datang sekitar pukul 10.27, sesuai jadwal, KA ninggalin stasiun Cirebon pukul 10.35 sesuai jadual juga. KA sampai di stasiun Poncol sekitar pukul 13.34. Karena KA berhenti sebentar, dan aku + Angie sudah siap melompat turun, kita pun turun di Poncol, bukan di stasiun Tawang. Syukurlah kita bisa berhenti disini, jarak tempuh ke rumah lebih dekat, jadi bisa naik go car dengan biaya sewa yang lebih murah.

Kita sampai rumah sekitar pukul 13.50.

LG 12.17 20/05/2019