Menengok kolam
renang di tengah hutan
Dua tahun telah
berlalu ketika saya dan Ranz bike-trekking ke Curug Semirang yang terletak di
desa Gogik, Ungaran. Well, bagi saya pribadi -- dan yakin banyak orang lain
lagi yang merasakan hal yang sama -- berjalan di tengah 'hutan' itu ngangenin.
(Memahami 'keluhan' beberapa organ tubuh, saya mengerti bahwa trekking di
tengah 'hutan' sudah cukup buat kebutuhan memanjakan mata dengan hehijauan di
depan mata, dan ga sampai kudu mendaki gunung.)
Sebenarnya keinginan
mengajak Angie trekking ke Semirang telah saya rasakan sejak beberapa bulan
yang lalu. Namun keinginan itu hanya terpendam pada sebatas keinginan di hati,
(atau di pikiran ya? Lol) sekitar 2 minggu yang lalu saya 'menemukan' postingan
menarik di satu akun instagram: gambar sebuah kolam renang yang terletak di
bawah pepohonan nan rimbun. Saya
melengak jauh lebih heran ketika tahu bahwa kolam renang itu terletak di Curug
Semirang. Lah, curug ini kan 'tempat main' saya dan Ranz? (hihihi …
ngaku-ngaku!) Saya langsung 'ngetag' Ranz di postingan itu, dan … sama seperti
saya, Ranz pun penasaran.
Voila … ga perlu
pake nunggu lama, Ranz langsung mengajak saya kesana. Dan karena saya ingin
mengajak Angie, kali ini kita ga 'bike trekking'.
Sabtu 17 Agustus
2019
Pagi itu saya
mengikuti upacara bendera yang diselenggarakan oleh kawan-kawan Semarang Onthel
Community di area Tugumuda. Upacara 'baru' dimulai sekitar pukul 09.00 setelah
'ketua abadi' SOC datang, Om Bob Riza. :)
Pukul 10.50 baru
kita berempat (saya, Ranz, Angie, dan Fitri) berangkat menuju Ungaran. Jalanan
ternyata padat dengan kendaraan bermotor. Kita baru terbebas dari kepadatan itu
setelah belok kanan menuju desa Gogik, setelah meninggalkan jalan utama menuju
Bawen.
Dalam perjalanan
menuju tempat parkir, ow em jiii, saya lupa bahwa jalan yang kita lewati cukup
tinggi tanjakannya dan panjang. Duh, tahun 2015 dan 2017 dulu kok saya bisa ya?
Meski harus beristirahat beberapa kali dalam perjalanan, saya ingat saya tidak
sampai TTB. Kok bisa ya? Hahahahah …
Pukul 12.00 kita
telah sampai di tempat parkir sepeda motor. Melihat banyak motor diparkir
disana, Ranz menyatakan keheranannya. "Tumben ramai nih." Lah, dua
kali terakhir kita kesini, tahun 2015 dan 2017 kita melakukannya di hari Jumat,
'hari kerja' untuk kebanyakan orang. Ya maklum kalau sepi. :)
Jalan setapak dari
tempat parkir menuju loket penjualan tiket masuk telah mengalami perbaikan,
bukan lagi berupa jalan yang dipenuhi dengan batu kerikil kecil-kecil, namun
sudah berpermukaan halus. Di tahun 2017 tiket masuk masih Rp. 5000,00 per
orang. Kali ini harga tiket masuk Rp. 9000,00, naik empat ribu rupiah. Kenaikan
ini saya tengarai disebabkan telah disediakannya kolam renang yang memang
nampak eksotis karena terletak di bawah pepohonan rindang itu.
Setelah membeli
tiket, kita berjalan hanya kurang lebih 25 meter, di sebelah kanan telah
terlihat kolam renang yang menarik perhatian saya itu. Kolam renang yang
kedalamannya mencapai 1 meter itu terlihat lumayan penuh dengan anak-anak yang
bermain air dengan riang gembira.
"Mama itu mau
trekking atau mau berenang?" tanya Angie waktu saya bilang ke dia ingin
mengajaknya ke Semirang karena telah dibangun kolam renang. Aha … tentu saja
saya kesini ingin trekking. Kolam renang bagi saya bukan kancah bermain air,
namun berenang untuk berolahraga. Dengan kondisi kolam yang tidak terlalu luas
namun penuh dengan anak-anak bermain air bukan pilihan saya untuk nyemplung.
Meski, ya, saya ingin sekali melihat kolam ini dengan mata kepala saya sendiri,
dan mengabadikannya di kamera hape yang saya miliki, bukan hanya melihat
fotonya di instagram milik orang. :)
Tidak lama kemudian
kita mulai trekking menuju curug. Di jalan, kita bertemu dengan banyak
rombongan yang sudah dalam perjalanan kembali. Salah satu rombongan itu menyapa
sambil menyemangati, "Hayo semangat mbak … perjalanan masih jauh!"
sambil mengepalkan tangan udara tanda "kamu kuat!"
Berjalan di bawah
pepohonan menuju air terjun Semirang ini menyenangkan; lebih banyak area teduh
ketimbang yang tertimpa sinar matahari yang panas, dikarenakan 'hutan' yang
masih cukup lebat.
Kurang lebih satu
jam kemudian kita sampai di lokasi air terjun alias curug. Sebenarnya jarak
dari tempat parkir menuju air terjun hanya kurang lebih 1 kilometer, namun
karena trek yang naik turun 'tangga' (alami?) tidak mudah dilewati, kita butuh
waktu satu jam.
Sesampai air terjun.
Saya lihat ada dua warung sederhana yang buka. Saya ingat tahun 2017 dulu sama
sekali tidak ada orang jualan, padahal saya dan Ranz kehabisan bekal air minum,
membuat saya 'terpaksa' minum air dari curug karena kehausan dan tidak ingin
dehidrasi. Lol. Kali ini kita membawa bekal 3 botol air minum, dan sedikit
cemilan. Meskipun begitu, kita mampir di satu warung untuk memesan es teh. Usai
minum di warung ini, saya mengajak Ranz dan Angie mendekati air terjun untuk
foto-foto. (Fitri nampaknya sempat terlelap sejenak di bangku panjang warung
itu. Kasihan, mungkin dia benar-benar kurang tidur.) namun tak lama kemudian
Fitri menyusul. Dia bahkan berganti baju dan berendam beberapa saat di air di
bawah air terjun.
Pukul 14.15 kita
mulai berjalan kembali menuju kolam renang. Sesampai sana, Angie mengajak
mampir di satu warung untuk ngemil sesuatu. Kita memesan es florida orange,
Angie juga memesan mie (instan) goreng plus telur. Saya dan Ranz memakan nasi
bungkus yang dibagikan seusai upacara bendera paginya. Sementara Fitri membeli
gendar pecel di warung lain karena di warung tempat kita nongkrong telah
kehabisan gendar pecel.
Lebih dari pukul
16.00 kita telah sampai rumah lagi. Alhamdulillah.
Kapan lagi mengajak
Angie kemana ya?
LG 10.20 19-Aug-2019
No comments:
Post a Comment