Ini
adalah kisah lanjutan "Gamago Virtual Ride 2020".
Aku dan
Ranz sampai di Hotel Srikandi, kawasan Tlogo Putri Kaliurang sekitar pukul tiga
sore; sedangkan Angie dan Fitri sampai sini sekitar pukul dua siang. Aku
sengaja meminta mereka berdua ke Tlogo Putri terlebih dahulu dan mencari
penginapan. Syukurlah mereka dengan mudah mendapatkan dua kamar kosong di Hotel
Srikandi. Sewa satu kamarnya Rp. 200.000,00. Not bad, eh? :)
Kebetulan
ketika kita sampai di penginapan, gerimis turun. Dengan lega -- karena telah
sampai penginapan dan mendapatkan penginapan yang lumayan cantik dengan harga
murah -- aku dan Ranz buru-buru menurunkan Austin dan Astro dari bagasi mobil,
dan barang2 lain. Tak lama kemudian, Angie dan Fitri pamit untuk jalan-jalan ke
Tlogo Putri. Saatnya aku dan Ranz istirahat, duduk-duduk di teras kamar sambil
memandang gerimis tipis dan menikmati 2 gelas teh panas manis.
Angie dan
Fitri balik ke penginapan sekitar menjelang maghrib. Saatnya kita makan
malam. Kita keluar dengan naik motor, mencari tempat makan. Untunglah tak jauh
dari destinasi "Taman Kaliurang" ada beberapa gerobak dimana ada
orang-orang yang berjualan bakso, sate ayam / kelinci, dll. Namun kita memilih
satu RM yang terletak di ujung jalan Boyong, RM Pak Parto. Jika semula ketika
di hotel aku membayangkan sepiring mie godog hangat nan lezat, ternyata setelah
sampai rumah makan, aku malah memesan capcay (bukan capcay sih sebenarnya,
karena varian sayurnya hanya ada 4: pakcoy, wortel, daun bawang a.k.a unclang
dan sledri. :D) Angie pesan sate bakar ayam, Fitri sate goreng ayam, sedangkan
Ranz memesan sate kambing.
Usai
makan, kita 'turun' mencari minimarket untuk membeli air mineral dan cemilan.
Kita sempat salah jalan, bukannya 'turun' di Jalan Kaliurang (jalan utama),
kita malah turun di Jalan Boyong yang sepi dan gelap, lol. FYI, Jalan Boyong
ini jalan yang kulewati bersama Ranz ditemani Radit di bulan Oktober 2020.
Kita
balik ke penginapan menjelang pukul delapan malam. Ranz sebenarnya menawari
ngopi di satu warung kopi di seberang hotel, aku menawari Angie terlebih
dahulu, tapi dia bilang, "Angie sih mau, tapi lihat, mata Mama merah,
terlihat bahwa Mama lelah." hmmm … iya sih, aku memang merasa mataku
lelah, meski tubuh tidak terasa begitu.
Ranz yang
baru pertama kali menginap di Kaliurang berulang kali menyatakan keheranannya
mengapa area ini sepi sekali; nyaris tidak terdengar ada suara mobil lewat di
depan hotel. Dia membandingkan Tawangmangu yang tetap ramai meski di malam
hari. Hmm … ya iyalah, Tawangmangu itu satu spot yang bisa dilewati orang-orang
yang akan ke destinasi selanjutnya: kota Magetan atau ke Sarangan. Kaliurang?
Area ini terletak di bawah kaki gunung Merapi persis, bukan 'spot' yang
dilewati orang yang ingin pergi ke tujuan lain.
Usai
melakukan 'ritual' di kamar mandi, aku memilih memejamkan mata dan mencoba
tidur.
Minggu 20
Desember 2020
Aku
bangun jam enam pagi. Ranz masih tidur, dua gadis di kamar samping juga belum
nampak batang hidungnya, lol. Aku pun jalan-jalan di halaman hotel yang cukup
luas. Jam tujuh, saat aku menikmati the panas, Angie dan Fitri keluar dari
kamar. Fitri meminjam sepeda sedangkan Angie lebih memilih sepertiku:
jalan-jalan di sekitar halaman hotel sambil melakukan 'stretching' dan memotret
beberapa spot.
Jam
sembilan kita sudah di RM Pak Parto untuk sarapan. Aku memilih nasi goreng
ayam; aku memakannya bersama Ranz. Angie dan Fitri berbagi sepiring mie godog.
Saat itu, suasana RM lebih ramai ketimbang sehari sebelumnya; terlihat satu
'komunitas' sepeda motor mampir, mungkin ada sekitar 10 anak-anak remaja.
Usai
sarapan, kita ke destinasi wisata Stonehenge. Kita sempat berhenti untuk selfie
di jembatan Kali Adem karena cuaca yang cerah membuat puncak Gunung Merapi
terlihat jelas, meski bagian puncaknya sedikit tertutup awan yang lewat. Entah
bagaimana ceritanya tapi kita 'rada dipermainkan' google map, atau Ranz dan
Fitri yang salah mempelajari petanya, lol. Beberapa kali kita harus lewat jalan
yang penuh dengan batu-batu berserakan di permukaan jalan yang membuat Angie
sedikit nampak kesal.
Awalnya
aku cukup merasa excited menuju Stonehenge (meski tentu aku sebenarnya ingin
kesini naik sepeda agar lebih terasa heroik, eh, epik, eh, whatever deh. Lol)
namun sesampai sini, Ranz bilang, "Duh, salah satu follower-ku di
instagram orang Inggris je, dia barusan mengunggah foto Stonehenge yang asli
beberapa saat lalu. Aku bakal malu lah kalau mengunggah foto Stonehenge
KW." dan … begitu saja, mood-ku drop. Lol.
Batu-batu
besar yang ditata sedemikian rupa di area ini mengingatkanku pada Bori
Kalimbuang, Tana Toraja. Namun nampaknya Bori Kalimbuang terasa lebih mengagumkan,
nampak 'lebih ori' bukan KW. Hohoho …
Oh ya,
ternyata Fitri tidak mau ikut masuk, karena dia sudah pernah kesini. Jadi, di
dalam kita hanya bertiga: aku, Angie, dan Ranz. You know, aku jadi makhluk yang
bingung, aku mau ngikut Ranz atau Angie? Lol. Mereka memilih spot yang berbeda
soalnya, lol.
Dari
Stonehenge, sebenarnya jika kita mau melanjutkan rute 'jeep lava tour' kita
akan bertemu dengan puri KW, tapi jelas Angie sudah ogah karena membayangkan
jalan yang dilewati penuh dengan batu-batu berserakan di tengah jalan. Kita pun
'kembali' ke arah semula, dengan tujuan Plunyon Kali Kuning. Tapi, Ranz/Fitri
memilih rute yang susah dilewati, penuh batu-batu, Angie pun nampak kian manyun
dan ogah ngikuti. :(
Singkat
kata, akhirnya kita sampai Plunyon Kali Kuning. But, to our disappointment,
lokasi ini tutup dengan alasan situasi Merapi yang ditingkatkan ke level SIAGA
III. Kita pun kembali ke area Tlogo Putri. Kembali, aku mengajak makan siang di
RM Pak Parto.
Usai
makan siang, kita kembali ke hotel. Jalan di depan hotel yang menuju Tlogo
Putri tetap nampak lengang; tak terlihat jeep lava tour berseliweran.
Sekitar
pukul 14.00 Angie dan Fitri pamit kembali ke Semarang. Aku dan Ranz masih
tinggal, kita menginap semalam lagi disini. Sorenya kita jalan-jalan ke arah
Tlogo Putri yang nampak sepi. Tidak nampak tumpukan jeep lava tour, tidak ada
suara-suara di balik toa yang memanggil penumpang dengan urutan nomor sekian.
Di pelataran parkir, hanya terlihat beberapa mobil diparkir disana.
Kita
berjalan mengitari Taman Kupu-kupu, taman bermain anak-anak, keluar dari area
Tlogo Putri, kita berjalan belok ke arah kiri, dimana kita bertemu dengan satu
gedung bernama 'Dammara Sculpture and Resto' yang ternyata tak lagi beroperasi,
ada tulisan DIJUAL di salah satu temboknya. Suasana nampak muram. :( meski
begitu, aku sangat enchanted pada satu gedung berhalaman luas
yang bernama VILLA FLUORIDE. Pagarnya tinggi berwarna hijau, nampak 'blended'
dengan daerah sekitarnya. Villa satu ini masih nampak terawat dengan baik. Ranz
kemudian mengajakku ke arah hutan lindung yang juga kita kunjungi 9 tahun lalu,
dimana kondisinya gundul, pohon-pohon mati karena terkena awan panas yang
dimuntahkan oleh Gunung Merapi. Kali ini nampak sangat lebat, begitu rapat
pohon-pohon yang ada hingga sinar matahari tidak sampai tembus ke dalam.
Malam itu
kita sekali lagi makan di RM Pak Parto, aku memesan mie godog sedangkan Ranz
memesan nasi goreng kambing. Waktu balik dari makan, Ranz kembali menawariku
ngopi, tapi karena perutku kenyang sekali, aku menolak tawaran itu.
Senin
pagi aku dan Ranz 'turun' ke Jalan Kaliurang km 5. kisah kuunggah di blog
sebelah. :)
PT56
12.59 30 Desember 2020
No comments:
Post a Comment