Friday, January 01, 2021

Kaliurang di akhir tahun 2020

 


Ini adalah kisah lanjutan "Gamago Virtual Ride 2020".

 

Aku dan Ranz sampai di Hotel Srikandi, kawasan Tlogo Putri Kaliurang sekitar pukul tiga sore; sedangkan Angie dan Fitri sampai sini sekitar pukul dua siang. Aku sengaja meminta mereka berdua ke Tlogo Putri terlebih dahulu dan mencari penginapan. Syukurlah mereka dengan mudah mendapatkan dua kamar kosong di Hotel Srikandi. Sewa satu kamarnya Rp. 200.000,00. Not bad, eh? :)

 

Kebetulan ketika kita sampai di penginapan, gerimis turun. Dengan lega -- karena telah sampai penginapan dan mendapatkan penginapan yang lumayan cantik dengan harga murah -- aku dan Ranz buru-buru menurunkan Austin dan Astro dari bagasi mobil, dan barang2 lain. Tak lama kemudian, Angie dan Fitri pamit untuk jalan-jalan ke Tlogo Putri. Saatnya aku dan Ranz istirahat, duduk-duduk di teras kamar sambil memandang gerimis tipis dan menikmati 2 gelas teh panas manis.

 

Angie dan Fitri balik ke penginapan sekitar menjelang maghrib. Saatnya kita makan malam. Kita keluar dengan naik motor, mencari tempat makan. Untunglah tak jauh dari destinasi "Taman Kaliurang" ada beberapa gerobak dimana ada orang-orang yang berjualan bakso, sate ayam / kelinci, dll. Namun kita memilih satu RM yang terletak di ujung jalan Boyong, RM Pak Parto. Jika semula ketika di hotel aku membayangkan sepiring mie godog hangat nan lezat, ternyata setelah sampai rumah makan, aku malah memesan capcay (bukan capcay sih sebenarnya, karena varian sayurnya hanya ada 4: pakcoy, wortel, daun bawang a.k.a unclang dan sledri. :D) Angie pesan sate bakar ayam, Fitri sate goreng ayam, sedangkan Ranz memesan sate kambing.

 

Usai makan, kita 'turun' mencari minimarket untuk membeli air mineral dan cemilan. Kita sempat salah jalan, bukannya 'turun' di Jalan Kaliurang (jalan utama), kita malah turun di Jalan Boyong yang sepi dan gelap, lol. FYI, Jalan Boyong ini jalan yang kulewati bersama Ranz ditemani Radit di bulan Oktober 2020.

 

Kita balik ke penginapan menjelang pukul delapan malam. Ranz sebenarnya menawari ngopi di satu warung kopi di seberang hotel, aku menawari Angie terlebih dahulu, tapi dia bilang, "Angie sih mau, tapi lihat, mata Mama merah, terlihat bahwa Mama lelah." hmmm … iya sih, aku memang merasa mataku lelah, meski tubuh tidak terasa begitu.

 

Ranz yang baru pertama kali menginap di Kaliurang berulang kali menyatakan keheranannya mengapa area ini sepi sekali; nyaris tidak terdengar ada suara mobil lewat di depan hotel. Dia membandingkan Tawangmangu yang tetap ramai meski di malam hari. Hmm … ya iyalah, Tawangmangu itu satu spot yang bisa dilewati orang-orang yang akan ke destinasi selanjutnya: kota Magetan atau ke Sarangan. Kaliurang? Area ini terletak di bawah kaki gunung Merapi persis, bukan 'spot' yang dilewati orang yang ingin pergi ke tujuan lain.

 

Usai melakukan 'ritual' di kamar mandi, aku memilih memejamkan mata dan mencoba tidur.

 

Minggu 20 Desember 2020

 

Aku bangun jam enam pagi. Ranz masih tidur, dua gadis di kamar samping juga belum nampak batang hidungnya, lol. Aku pun jalan-jalan di halaman hotel yang cukup luas. Jam tujuh, saat aku menikmati the panas, Angie dan Fitri keluar dari kamar. Fitri meminjam sepeda sedangkan Angie lebih memilih sepertiku: jalan-jalan di sekitar halaman hotel sambil melakukan 'stretching' dan memotret beberapa spot.

 




Jam sembilan kita sudah di RM Pak Parto untuk sarapan. Aku memilih nasi goreng ayam; aku memakannya bersama Ranz. Angie dan Fitri berbagi sepiring mie godog. Saat itu, suasana RM lebih ramai ketimbang sehari sebelumnya; terlihat satu 'komunitas' sepeda motor mampir, mungkin ada sekitar 10 anak-anak remaja.

 

Usai sarapan, kita ke destinasi wisata Stonehenge. Kita sempat berhenti untuk selfie di jembatan Kali Adem karena cuaca yang cerah membuat puncak Gunung Merapi terlihat jelas, meski bagian puncaknya sedikit tertutup awan yang lewat. Entah bagaimana ceritanya tapi kita 'rada dipermainkan' google map, atau Ranz dan Fitri yang salah mempelajari petanya, lol. Beberapa kali kita harus lewat jalan yang penuh dengan batu-batu berserakan di permukaan jalan yang membuat Angie sedikit nampak kesal.

 

Awalnya aku cukup merasa excited menuju Stonehenge (meski tentu aku sebenarnya ingin kesini naik sepeda agar lebih terasa heroik, eh, epik, eh, whatever deh. Lol) namun sesampai sini, Ranz bilang, "Duh, salah satu follower-ku di instagram orang Inggris je, dia barusan mengunggah foto Stonehenge yang asli beberapa saat lalu. Aku bakal malu lah kalau mengunggah foto Stonehenge KW." dan … begitu saja, mood-ku drop. Lol.

 

Batu-batu besar yang ditata sedemikian rupa di area ini mengingatkanku pada Bori Kalimbuang, Tana Toraja. Namun nampaknya Bori Kalimbuang terasa lebih mengagumkan, nampak 'lebih ori' bukan KW. Hohoho …

 

Oh ya, ternyata Fitri tidak mau ikut masuk, karena dia sudah pernah kesini. Jadi, di dalam kita hanya bertiga: aku, Angie, dan Ranz. You know, aku jadi makhluk yang bingung, aku mau ngikut Ranz atau Angie? Lol. Mereka memilih spot yang berbeda soalnya, lol.

 

Dari Stonehenge, sebenarnya jika kita mau melanjutkan rute 'jeep lava tour' kita akan bertemu dengan puri KW, tapi jelas Angie sudah ogah karena membayangkan jalan yang dilewati penuh dengan batu-batu berserakan di tengah jalan. Kita pun 'kembali' ke arah semula, dengan tujuan Plunyon Kali Kuning. Tapi, Ranz/Fitri memilih rute yang susah dilewati, penuh batu-batu, Angie pun nampak kian manyun dan ogah ngikuti. :(

 

Singkat kata, akhirnya kita sampai Plunyon Kali Kuning. But, to our disappointment, lokasi ini tutup dengan alasan situasi Merapi yang ditingkatkan ke level SIAGA III. Kita pun kembali ke area Tlogo Putri. Kembali, aku mengajak makan siang di RM Pak Parto.

 

Usai makan siang, kita kembali ke hotel. Jalan di depan hotel yang menuju Tlogo Putri tetap nampak lengang; tak terlihat jeep lava tour berseliweran.

 

Sekitar pukul 14.00 Angie dan Fitri pamit kembali ke Semarang. Aku dan Ranz masih tinggal, kita menginap semalam lagi disini. Sorenya kita jalan-jalan ke arah Tlogo Putri yang nampak sepi. Tidak nampak tumpukan jeep lava tour, tidak ada suara-suara di balik toa yang memanggil penumpang dengan urutan nomor sekian. Di pelataran parkir, hanya terlihat beberapa mobil diparkir disana.

 

Kita berjalan mengitari Taman Kupu-kupu, taman bermain anak-anak, keluar dari area Tlogo Putri, kita berjalan belok ke arah kiri, dimana kita bertemu dengan satu gedung bernama 'Dammara Sculpture and Resto' yang ternyata tak lagi beroperasi, ada tulisan DIJUAL di salah satu temboknya. Suasana nampak muram. :( meski begitu, aku sangat enchanted pada satu gedung berhalaman luas yang bernama VILLA FLUORIDE. Pagarnya tinggi berwarna hijau, nampak 'blended' dengan daerah sekitarnya. Villa satu ini masih nampak terawat dengan baik. Ranz kemudian mengajakku ke arah hutan lindung yang juga kita kunjungi 9 tahun lalu, dimana kondisinya gundul, pohon-pohon mati karena terkena awan panas yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi. Kali ini nampak sangat lebat, begitu rapat pohon-pohon yang ada hingga sinar matahari tidak sampai tembus ke dalam.

 

Malam itu kita sekali lagi makan di RM Pak Parto, aku memesan mie godog sedangkan Ranz memesan nasi goreng kambing. Waktu balik dari makan, Ranz kembali menawariku ngopi, tapi karena perutku kenyang sekali, aku menolak tawaran itu.

 

Senin pagi aku dan Ranz 'turun' ke Jalan Kaliurang km 5. kisah kuunggah di blog sebelah. :)

 

PT56 12.59 30 Desember 2020

 

No comments: