Kisah ini
adalah lanjutan dari kisah yang kutulis di link ini.
Jika 4
tahun lalu saat aku mengajak Angie dolan ke Jogja, dia menolak kuajak ke Tebing
Breksi, kali ini waktu kutawari, "Mau ke Tebing Breksi?" kemudian dia
cek di instagram, spontaneously dia langsung mau. Hahaha … ya pucuk dicinta
ulam tiba lah, aku memang kepengen ke Tebing Breksi lagi, karena aku kesini
bersama para gadis pelor itu 5 tahun yang lalu. Sudah lamaaa.
Sabtu 03
April 2021
Aku bangun
sekitar pukul 05.50 dan langsung mikir untuk jalan-jalan di sekitar penginapan.
Aku berjalan ke arah Barat (so I thought), keluar dari gang dimana penginapan
kita terletak, sekitar 500 meter, dan … aku melihat sebuah warung makan.
Alhamdulillaaah … AKU LAPAR! Maka, aku
mampir, dan sarapan.
|
my first breakfast
|
Usai
sarapan, aku berjalan ke arah Selatan, dan melihat ada MAN 1 Klaten, yang
nampak sedang bersiap-siap untuk simulasi pelajaran tatap muka. Kemudian, aku
balik berjalan ke arah Timur, dan kembali ke penginapan. Sesampai sana, Angie
dan Fitri sedang nongkrong di halaman samping.
|
my second breakfast
|
Menjelang
pukul 09.00 Fitri pamitan untuk kembali ke Semarang, karena dia ada undangan
kondangan siang itu. Pukul 09.30 aku dan Angie meninggalkan penginapan, menuju
arah Prambanan. Aku mengajak Angie mampir sarapan di RM Jatayu, tempat aku dan
Ranz pernah mampir makan dua kali (pertama tahun 2011 ketika pertama kali kita
bersepeda Solo - Jogja, yang kedua tahun 2013 saat kita dalam perjalanan menuju
Purwokerto.)
Seingatku
rumah makan ini menyediakan berbagai macam sayuran dan lauk, dan diner
bebas mengambil sendiri. Tapi, aku lupa, pandemic has changed everything! :(
jenis sayuran dan lauk terbatas, dan kita bebas memilih, namun tidak
mengambilnya sendiri. Pegawai di rumah makan ini yang mengambilkan.
Karena
aku sudah sarapan sebelumnya, disini, aku hanya memesan ayam bakar dan teh
panas, sedangkan Angie memesan nasi + sayur daun pepaya + cumi dan ikan nila.
Sekitar
pukul 11.30 aku dan Angie sudah sampai di Tebing Breksi. Sempat bingung dimana
tempat parkirnya, lol, akhirnya aku 'menemukan' area yang aku familiar, lol,
yang kukunjungi bersama para gadis pelor 5 tahun yang lalu.
Sebelum
menjelajah area, aku dan Angie kompakan ingin minum iced cappuccino dulu. Ada
beberapa area food court disini, kita tinggal memilih. Ada area yang
bertuliskan KOPI BREKSI, yang kupikir mungkin itu special untuk pehobi kopi,
ternyata masih tutup, lol. Akhirnya, kita berdua memilih satu lapak secara
random, asal ada iced cappuccino yang bisa kita pesan.
Setelah
itu, kita mulai berjalan-jalan. Suasana kadang brightly sunny, kadang mendung,
ga mesti. Tebing Breksi tidak seramai yang kubayangkan (karena aku melihat
cukup banyak bus pariwisata yang diparkir di tempat parkir) meski juga tidak
sesunyi yang kuharapkan. Di 'puncak' tebing, berjajar spot spot instagrammable
untuk orang-orang yang ingin berfoto dengan background spot buatan, yang sama
sekali bukan seleranya Angie, lol. Jadi? Ya kita Cuma jalan-jalan, Angie minta
difoto di titik-titik yang bukan berupa spot-spot instagrammable tersebut.
Setelah
merasa cukup berjalan-jalan, kita kembali nongkrong di satu lapak food court,
kita minum es teh kali ini. Kita sama-sama masih merasa kenyang jadi tidak
tergoda untuk pesan makan siang.
Sekitar
pukul 13.00 kita berdua telah meninggalkan tempat parkir Tebing Breksi. Aku
tidak menawari Angie mampir ke Candi Ijo karena paling-paling dia kurang
tertarik, dan kita harus mengejar waktu untuk segera kembali ke Semarang.
Honestly, aku menawari Angie menginap semalam di Watu Tapak Camp Hill Tebing
Breksi, atau semalam di satu hotel di Jogja, tapi Angie ga mau 'bermasalah'
dengan tante-tantenya yang kadang sok nganu, lol. Janji Cuma nginep semalam di
luar kota, kok jadi 2 malam, lol.
Aku
sempat ngecek google map, dari Tebing Breksi menuju Semarang lebih dekat lewat
Klaten. Jatinom, Boyolali dan seterusnya, atau lewat Jogja, Muntilan, Magelang,
dan seterusnya. Ternyata hampir sama, Cuma beda sekitar 2 menit (lebih jauh
lewat Jogja).
"Lewat
mana saja terserah, pokoknya yang Mama sudah familiar dengan jalannya,"
kata Angie.
Akhirnya
aku memilih ke arah Jogja. Cuaca ternyata dengan cepat berubah menuju mendung
pekat. Biasanya sih aku meminta Angie untuk membawa jas hujan yang bisa dipakai
untuk 2 orang (jas hujan model 'jubah' ala batman dengan 2 lubang kepala),
namun karena aku berangkat meninggalkan rumah sehari lebih awal ketimbang
Angie, dan aku lupa mengingatkannya, aku ga yakin apakah dia membawa jas hujan
untuk 2 orang ini.
Sesampai
fly over Janti, sudah terlihat banyak orang meminggirkan motor untuk berteduh
atau untuk mengenakan mantel. Aku meminta Angie untuk melanjutkan perjalanan,
aku berharap bisa menemukan satu minimarket sebelum gerimis berubah menjadi
hujan deras, siapa tahu aku bisa beli satu mantel.
Hingga
sampai di area Ambarrukmo Plaza, Angie melihat satu minimarket, dia langsung
minggir, memarkir motor, kemudian kita masuk ke minimarket. Sayangnya di rak
yang bertuliskan JAS HUJAN tak terlihat satu pun jas hujan yang tersisa. Semua
sudah dibeli orang. :( dan, ketika kita keluar dari minimarket, hujan telah
turun dengan begitu deras! Saat itu jaket yang kupakai belum basah, demikian
juga jaketnya Angie. Namun karena hujan turun begitu deras, Angie memutuskan
untuk mengenakan jas hujan sebelum melanjutkan perjalanan. Dan ternyata benar
kecurigaanku: Angie tidak mengganti jas hujannya dengan jas hujan yang bisa
dipakai untuk 2 orang! Hmfttt … alamat aku basah kuyub dah.
Perjalanan
jauh yang akan kita tempuh tentu bakal tidak nyaman jika aku harus duduk di
boncengan Angie dengan menundukkan kepala terus menerus di balik jas hujan yang
dipakai Angie. Aku tetap duduk tegak di belakang Angie, dan menutupkan jubah
jas hujan ke tubuhku di bagian depan. Oh ya, untuk melindungi tas yang kubawa,
aku telah membungkus 2 tasku (tas cangklong dan tas pannier) dengan tas kresek
hitam besar agar tidak basah.
Aku
menawari Angie untuk mampir makan di rumah makan ayam bakar Taliwang, di Jl.
Professor Yohannes, namun dia bertanya, "Mama sudah lapar?" well,
belum sih. Akhirnya kita pun terus melaju. Aku memilih dari Jl. Laksda Adi
Sucipto, terus menuju Jl. Solo (duh, nama jalannya yang baru apa yak?) kemudian
belok kanan ke Jl. Cik Di Tiro, lalu belok kiri, dan belok kanan lagi menuju
Jl. Kaliurang. Hujan tetap deras, jaketku sudah basah kuyub. :(
Sesampai
Jakal km 5, aku memberi aba-aba Angie untuk mampir ke Gading Mas, satu
minimarket tempat aku dulu belanja saat kuliah S1 maupun S2; minimarket ini
terletak di antara Gang Megatruh dan Gang Mijil. Ternyata disini pun persediaan
jas hujan tinggal 2 untuk orang dewasa, 3 untuk anak-anak.
Kita
melanjutkan perjalanan setelah aku mengenakan jas hujan minimalis itu, well,
paling tidak, bisa sedikit melindungiku dari curah hujan yang cukup tinggi, meski
bahan jas hujannya tipis. Meski kurasakan setelah meninggalkan Gading Mas,
curah hujan sedikit menurun, tidak sederas sebelumnya.
Angie
terus menggeber sepeda motor yang dia kemudikan. Setelah sampai area Muntilan,
Angie bertanya dimana kita akan makan siang. Aku menyerahkan pilihan ke dia.
Malam sebelumnya saat di Klaten Angie dan Fitri makan malam mie ayam, aku yakin
dia akan memilih menu lain. But I was wrong, Angie menghentikan motornya di
satu warung makan bakso dan mie ayam. Haduw, piye to Nok, mbokmu kon maem apa?
Karbo tok? Lol. Angie memilih mie ayam dan bakso, aku akhirnya memilih bakso
'kosongan', tanpa mi kuning maupun mihun/soun.
Usai
makan, aku baru kepikiran untuk berganti baju dan tak lagi mengenakan jaketku
yang sudah basah kuyub, kebetulan memang hujan telah berhenti sesampai kita di
Muntilan. Untung di tas pannier, aku masih punya satu sweater lengan panjang,
aku memakai itu, dan melipat kaos dan jaket yang telah basah kuyub.
Dari
Muntilan tempat kita mampir makan siang, sampai rumah, Angie sama sekali tidak
mengajak berhenti untuk beristirahat. Sudah perkasa dia, eh? Lol. (biasanya
dari Semarang ke Solo atau sebaliknya, kita beristirahat sekali somewhere di
Salatiga.) Tapi, eh, sesampai area eks terminal lama Magelang, kita mampir satu
toko oleh-oleh untuk beli oleh-oleh. Ketika akan melanjutkan perjalanan, Angie
bertanya, "Nanti kita lewat Temanggung, Ma?" ketika kujawab
"iya", kulihat dia menghela nafas panjang, lol.
|
awan di langit, kujepret di daerah Jambu
|
Setelah
melewati area Jambu, Angie bertanya, "Kita sudah sampai Salatiga belum
Ma?" ketika kujawab, "belum", dia menghela nafas panjang lagi,
lol. Akhirnya aku bilang, "Kita kan ga lewat Salatiga, Sayang. Setelah
ini, kita akan sampai Ambarawa, setelah itu kita akan sampai Bawen."
Mendengar kata 'Bawen' Angie nampak bersemangat lagi. Lol.
6 jam
telah berlalu dari saat kita meninggalkan Tebing Breksi, hingga akhirnya kita
pun sampai rumah. Safe and sound. Alhamdulillah. Satu pengalaman mengenal jalan
antar kota antar propinsi (untuk Angie) telah berlalu. Yeay!
PT56
14.26 08/04/2021