DOLAN KE GILI KETAPANG DAN BJBR
Sabtu 19 Agustus 2023
Sejak awal, aku tidak ada pikiran untuk berkunjung ke Gili Ketapang, meski tentu saja aku kepengen. Dolan ke BJBR saja sudah cukup. Apalagi ketika Angie mengeluh lelah sehari sebelumnya. Tapi, pagi ini, Ranz mencoba merayuku untuk mau ke Gili Ketapang. Paginya kami ke Gili Ketapang dulu, siangnya baru ke BJBR. Kan BJBR buka sampai jam 8 malam.
Aku pun mencoba merayu Angie untuk mau ke Gili Ketapang terlebih dahulu. Atau jika dia tidak mau ikut, mungkin pagi itu biar dia leyeh-leyeh dulu di hotel, aku, Ranz dan Deven ke Gili Ketapang. Pulangnya, kami jemput dia di hotel, kemudian bareng-bareng ke BJBR. Namun setelah aku tunjukkan foto-foto Gili Ketapang dari google ke Angie, Angie mau ikut! Yuhuuuu. Setelah sarapan, kami pun buru-buru mandi dan siap-siap.
di perahu |
Kebetulan, hotel yang kami inapi lokasinya tidak jauh dari dermaga pelabuhan Tanjung Tembaga. Dengan taksi online kami berempat menuju ke sana. Saat akan masuk pelabuhan, taksi kena retribusi empat ribu rupiah, sedangkan kami berempat kena 'charge' duapuluh ribu rupiah. (seorang bayar lima ribu rupiah). Sesampai sana, ada sebuah perahu yang sudah berisi lumayan banyak penumpang yang akan menyeberang ke Gili Ketapang. Apakah setelah kami berempat naik perahu, perahu segera berangkat? No way! Wkwkwkwk … kami masih harus menunggu sampai perahu benar-benar penuh! Orang-orang di sekitar kami berbicara dengan bahasa Madura yang membuat kami merasa 'alienated', lol. Masing-masing kami membayar Rp. 10.000,00.
Kami naik perahu sekitar pukul 09.00, dan perahu akhirnya berangkat pukul 09.44. air laut yang berwarna biru cukup menghibur hati yang tadi sempat merasa tidak sabar mengapa perahu tidak segera diberangkatkan, lol. Perahu yang kami naiki sampai di Gili Ketapang pukul 10.10. butuh kurang lebih 35 menit dari pelabuhan Tanjung Tembaga menuju Gili Ketapang.
naik bentor menuju pantai Pasir Putih, Gili Ketapang |
Sesampai dermaga Gili Ketapang, Ranz langsung mengajak naik bentor. Kami berempat membayar Rp. 35.000,00. oleh si bapak bentor, kami langsung diantar ke pantai 'pasir putih'.
Karena ga kepikiran akan nyemplung laut, aku tidak membawa celana pendek maupun sendal jepit. Ternyata o ternyata, setelah melihat air laut yang begitu jernih, dan pasir putih yang lembut, aku tak kuasa menahan diri untuk tidak nyemplung! Akhirnya? Ranz membelikanku sendal jepit (lagi!) hahahaha … kemudian aku membeli celana pendek. Aku juga menawari Angie beli celana pendek agar dia bisa ikutan nyemplung ke laut.
Kata bapak bentor, tempat untuk bermain dan berfoto-foto, tidak hanya di spot dimana kami dia turunkan dari bentor. Ada spot lain lagi. Tapi ternyata waktu berjalan dengan begitu cepat! Tahu-tahu sudah jam 12.30 dan perut sudah mulai melilit kelaparan. Ranz menawariku apakah kami akan maksi di situ atau setelah menyeberang balik ke Probolinggo. Aku memilih makan di situ saja, dari pada terlambat makan siang, Angie bisa ngambeg. Hahaha … Angie dan Ranz itu sama-sama punya masalah asam lambung, tapi Angie bakal langsung ga tahan jika perutnya perih pedih melilit, Ranz masih agak mending. Aku pesan ikan bakar dua porsi untukku dan Angie. Deven pesan indomie goreng dan telur. Ranz ikutan nyemilin ikan bakar yang kumakan. :)
detik-detik Angie mengejar sendal jepitnya yang 'kabur' dibawa ombak 😜
Saat kami makan, ada dua orang lelaki yang ikutan berteduh di gazebo tempat kami duduk-duduk dan makan siang. Ternyata salah satu dari mereka menawari kami untuk menyewa perahu jika kami ingin kembali ke pelabuhan Tanjung Tembaga. Wah … ini asyik, kami ga perlu menunggu lama sampai perahu penuh! Dengan biaya Rp. 150.000,00 kami berempat bisa langsung kembali ke Probolinggo dari spot pantai Pasir Putih itu!
dalam
perahu yang kita sewa, sebelum perahu berangkat, tiba-tiba ada 2 orang
berlari-lari menuju perahu untuk ikut balik ke dermaga Tanjung Tembaga |
Sekitar pukul 15.00 kami berempat sudah sampai di BJBR! Tiket BJBR. Tiket masuk Rp. 50.000,00 per orang. Saat taksi memasuki area BJBR menuju tempat parkir, kami melewati pantai buatan yang sudah tidak menyerupai pantai buatan lagi. Hiksss … di sampingnya sekarang dibuat kolam renang. Hari itu hari Sabtu dan kolam renang nampak sepi. Tempat parkir pun sepi, tidak banyak mobil yang terparkir di sana.
I can conclude that BJBR underwent sort of damage during pandemic. Pablebuat?
Sebelum mulai berjalan ke area mangrove, aku dan Angie ke toilet terlebih dahulu. We needed to change our clothes. Dan Angie yang butuh ganti pembalut tapi dia lupa membawa memintaku untuk membeli di toko dekat kolam renang. Dan … ternyata tidak ada toko yang buka di daerah kolam renang itu. Untungnya Ranz bawa pembalut. Angie was saved!
Kami pun berjalan masuk ke area mangrove. Jika di tahun 2017 lalu dengan mudah kita akan berpapasan dengan pengunjung lain, maupun pegawai BJBR yang bertebaran di mana-mana untuk ngecek sampah (yang barangkali dibuang sembarangan oleh pengunjung) atau memberitahu arah kemana kita harus berjalan, kami sama sekali tidak bertemu siapa-siapa.
(FYI, beberapa minggu sebelum kami berangkat, aku sempat ngecek penginapan di dalam BJBR. Ada beberapa tipe. Yang aku ingini adalah bungalow yang terletak di pinggir laut dengan pemandangan laut lepas. Harganya Rp. 1.350.000,0 untuk dua orang. Kalau maksain sih ya mampu ya, tapi waktu itu aku dan Ranz memutuskan untuk tidak usah menginap di dalam BJBR. Kami menginap di 'kota' saja.) ada bungalow dengan pemandangan hutan bakau, harganya Rp. 950.000,00 untuk dua orang. Membayangkan menghadap hutan bakau di malam hari kok rada-rada spooky ya? Hohoho …)
Melihat kondisi ini, aku dan Ranz bersyukur bahwa kami tidak jadi 'memaksa diri' untuk menginap di dalam BJBR. Saking sepinya, jadi beneran spooky pasti, lol. Mana ketika kami tiba di 'jembatan terpanjang untuk naik sepeda di atas laut' kami mendapati bahwa air laut sedang 'turun', pemandangannya jadi benar-benar biasa saja.
Karena ga mau kelelahan, saat sampai di resto BJBR, aku langsung mengajak masuk, pesan minum dan cemilan. Kami bisa duduk-duduk di situ sementara menunggu saat membidik sunset. Kebetulan saat itu ada sekelompok orang sedang mengadakan acara di situ, jadi situasi resto cukup rame. Selain kami berempat, ada beberapa rombongan lain yang sedang santai-santai di sana.
Sekitar jam 5 sore, aku mengajak yang lain meninggalkan resto, menuju spot untuk memotret sunset. Kebetulan saat itu, rombongan orang yang sedang ada acara di situ pun ramai-ramai berjalan ke arah yang sama. Meskipun begitu, situasi tetap belum seramai dulu, Desember 2017.
Kami pulang ke hotel sekitar pukul 18.30. Sesampai hotel, Deven dan Angie istirahat di kamar masing-masing, aku dan Ranz ke luar, ke rumah makan tempat kami membeli makan semalam sebelumnya untuk beli makan malam. Angie minta dibeliin sesuatu asal bukan nasi. So? Aku belikan ayam goreng tanpa nasi. Aku dan Ranz masih sama: memesan manuk gemmeck bakar, dan Deven nasi goreng ayam mentega.
Minggu 20 Agustus 2023
Pagi itu kami tidak punya acara apa-apa. Sarapan datang pukul 06.30, dan kami tetap makan di depan kamar yang kutempati. Setelah itu, kami mandi dan packing.
Pukul 10.10 kami meninggalkan penginapan menuju stasiun Probolinggo. Sesampai sana, Angie dan Deven sama-sama merasa kelaparan, lol. Jadi kami mampir di warung bakso yang ada di dalam kawasan stasiun. Baksonya lumayan enak, kuahnya juga.
Jam 11.11 kami sudah masuk ke dalam stasiun. Meski di tiket tercatat KA Sritanjung berangkat pukul 11.29, jam 11.11 kereta sudah datang. Jadi kami langsung masuk ke dalam gerbong.
Seperti waktu berangkat, KA berhenti agak lama di stasiun Surabaya Kota untuk ganti lokomotif. Kemudian kereta juga berhenti agak lama di stasiun Kertosono karena kehabisan air.
KA Sritanjung yang kami tumpangi sampai di stasiun Purwosari pukul 19.20. Mas Martin dan mba Niken, kakaknya Ranz menjemput, dan mengantarku dan Angie ke pool travel Citi*****. Travel yang kami tumpangi meninggalkan pool jam 20.00. alhamdulillah perjalanan lancar. Aku dan Angie sudah sampai rumah dengan selamat sebelum pukul 22.00.
Capek? Iya! Excited? Jelasss. Kapan-kapan mau diulangi lagi? Mauuuu, lol.
PT56 14.18 24.08.2023