Monday, August 28, 2023

Dolan Ke Jawa Timur! Day 1

 



Sebenarnya Angie sudah pernah kuajak dolan ke Jawa Timur, tepatnya ke Gunung Bromo, 23 tahun yang lalu. However, she didn't remember anything about it, but one thing: kami berdua naik kuda bareng menuju tangga naik untuk melihat kawah Bromo. Kami berdua tentu saja masih sama-sama mungil waktu itu, lol, jadi ga perlu kasihan kudanya jika kami naiki berdua. Yang dia ingat adalah: dia merasa sangat khawatir bahwa kami berdua akan jatuh dari kuda bersama! Lol.

 

Bermula dari tawaran Fitri -- bestienya Angie -- untuk dolan ke Bromo bareng, perjalanan ini terwujud.

 

Fitri menawari aku dan Angie untuk dolan ke Bromo bareng keluarganya, naik mobil dari Semarang. Kemudian aku membicarakan hal ini dengan Ranz. Plus keluhanku tentang kakiku yang kadang cederanya kumat jika aku harus duduk lama dalam mobil. Mendengar keluhanku itu, Ranz pun mengusulkan untuk naik KA dari Solo menuju Probolinggo. Dari Probolinggo, nyarter mobil menuju Cemara Lawang. Dari CL, nyewa jeep menuju Bromo. And … we did it!

 

Hari Rabu 16 Agustus 2023, aku dan Angie berangkat ke Solo naik travel Cit****** pukul 19.30. kami sampai rumah Ranz di area pasar oleh-oleh Jongke sekitar pukul 21.15. kebetulan waktu itu sedang ada 'tirakatan' malam 17 Agustus di gang utama menuju rumah Ranz.  Suasana cukup ramai. Untung sekitar pukul 22.30 acara sudah selesai. Meskipun aku tetap kesulitan tidur, entah mengapa.

 

Kamis 17 Agustus 2023

 

Aku, Angie, Ranz, dan Deven -- keponakan Ranz -- sudah sampai di stasiun Purwosari pukul 07.35. (Oh ya, aku dan Angie sempat sarapan pagi di nasi liwet yang terletak di samping pool travel Ar**** pukul 07.00). Kami langsung check in, dan menunggu KA Sritanjung di dalam.

 

KA Sritanjung masuk stasiun Purwosari sekitar pukul 08.05. Ranz memesan kursi di gerbong ekonomi 2, nomor 13 DE, dan 14 DE. KA Sritanjung meninggalkan stasiun tepat pukul 08.15, sesuai jam keberangkatan yang tertera di tiket.

 

Perjalanan lancar dari stasiun satu ke stasiun berikutnya. KA sampai di stasiun Surabaya Kota sektar pukul 14.00, saat berganti lokomotif. Jika di stasiun-stasiun sebelumnya, kereta berhenti sekitar 5 - 15 menit -- tergantung lokasi -- kereta berhenti di stasiun Surabaya Kota selama kurang lebih 30 menit. Aku, Ranz dan Deven sempat turun dari gerbong untuk melihat-lihat situasi di situ.

 

Dari stasiun Surabaya Kota, kereta kembali ke arah stasiun Surabaya Gubeng - stasiun Wonokromo, kemudian menuju stasiun Waru dan seterusnya. KA Sritanjung sampai di stasiun Probolinggo pukul 15.56, pas dengan jam yang tertera di tiket.

 


 

Ranz sudah mencarter sebuah mobil yang akan membawa kami ke Cemara Lawang. Harganya Rp. 350.000,00. Ternyata ketika kami keluar dari stasiun, di luar banyak orang menawarkan mobil untuk membawa para turis yang akan ke Cemara Lawang. Saat kami berempat sudah masuk ke dalam mobil yang telah kami carter, sang sopir menawari apakah kami mau 'share' mobil dengan sepasang turis bule. Kami menolak karena barang bawaan kami banyak, dan tentu kami enggan berdesak-desakan di dalam mobil.

 

Aku dan Angie duduk di kursi di baris belakang sopir. (Kami meletakkan barang bawaan kami di kursi belakang plus bagasi.) Ranz duduk di samping sopir, dan Deven ikut duduk di depan, nampaknya Deven masih merasa tidak nyaman jika berjauhan dari Ranz, dan 'hanya' bersamaku dan Angie.

 

Mobil yang kami tumpangi sampai di hotel tempat kami menginap -- Parama -- sekitar pukul 17.25. To our disappointment, Deven ternyata merasa tidak enak badang. Dia pusing. Mungkin dia mabuk naik mobil, duduk di depan, dan melihat jalan yang berkelok-kelok, plus dia sudah kecapekan naik kereta. Aku langsung melihat Ranz panik. Deven ga mau diajak makan malam. Dia langsung berbaring di balik selimut tebal yang tersedia, dia nampak lemah. Meskipun begitu, Ranz mengajak ke luar untuk mencari 'kupluk' (what is it called in Bahasa Indonesia? Lol) dan sarung tangan. Kebetulan kami bertemu dengan orang yang berjualan itu, yang menawarkan barang dagangannya dengan berjalan-jalan. Ranz beli 3 pasang kupluk dan sarung tangan, untukku, Angie, dan Deven.

 

Setelah itu, kami pulang ke penginapan. Jalan-jalan nampak sepi. Meskipun begitu, kami melihat kafe-kafe yang ada pasti ada pengunjungnya, and all of them were 'bules'. Ranz menawariku apakah aku ingin makan malam di tempat lain, tapi aku memilih makan di resto Parama saja.

 


 

Aku dan Angie memilih duduk di lantai 2 resto, yang terbuka, sehingga kami bisa langsung merasakan dinginnya hawa Cemara Lawang. Bahkan saat kami berbicara, dari mulut kami, ke luarlah uap, yang dulu biasanya aku alami saat kami berada di atas Penanjakan atau atas gunung Bromo. Aku memesan nasi goreng dan secangkir teh panas. Angie memesan dimsum dan kopi. Ranz memesan sosis bakar dan indomie rebus plus telur. Dia berharap Deven mau makan indomie itu plus sosisnya. Ternyata, Deven tetap tidak berselera. Dia bahkan sempat 'tumpah' membuat Ranz kian resah.

 


 

Sebelum pukul 20.00 aku dan Angie sudah balik ke kamar. Kami memesan 'family room' yang bisa dipakai untuk 4 orang dengan 2 tempat tidur ukuran king. Cukup nyaman. Setelah malam sebelumnya aku blas tidak bisa tertidur di rumah Ranz, kali ini tidurku cukup nyenyak. Tak lupa aku memasang alarm pukul 03.00. Fitri mengabari bahwa jeep yang kami sewa akan datang menjemput di hotel Parama pukul 03.30.

 

Meski aku bisa mengatakan bahwa tidurku nyenyak, aku mudah saja terbangun bahkan sebelum alarm berbunyi. Angie pun juga mudah terbangun. Ini kali kedua dia kuajak ke Bromo. Yang pertama tahun 2000, kami pergi bareng teman-teman kerjaku, naik bus dari Semarang.  Aku ingat waktu itu kami sampai di Sukapura sekitar pukul 02.00 dini hari, dan langsung diajak berangkat ke Bromo pukul 03.30. :) Sayangnya Angie tidak ingat apa-apa, kecuali bahwa aku dan dia naik kuda bareng, menuju kawah Bromo. Hahaha …

 

No comments: