Monday, December 10, 2018

Dolan Tawangmangu 2018




DOLAN TAWANGMANGU 2018

Setiap aku menginjakkan kaki ke satu destinasi wisata, aku selalu ingin kembali lagi dengan mengajak Angie. Satu lokasi yang tak perlu menunggu waktu lama bagiku untuk kembali lagi dengan mengajak Angie adalah Pantai Klayar. Aku dan Ranz bersepeda ke Klayar – Pacitan bulan Agustus 2013, aku kembali lagi bersama Angie dan Ranz awal bulan Oktober 2013. Aku mengajak Angie ke Lasem bulan Mei 2015; sebelum itu aku kesana dengan Ranz sekitar bulan September 2014. Not that long. J

Aku mengunjungi Tawangmangu di akhir tahun 2011. Namun butuh waktu tujuh tahun kemudian bagiku untuk balik lagi dengan mengajak Angie serta. :D Better late than never lah yaaa. :D (Taman Nasional Baluran dan Tana Toraja, entah kapan bisa kukunjungi lagi dengan mengajak Angie. J)

Jumat 5 September 2018 ~ hari pertama

Satu ‘blessing in disguise’ ketika Fitri – sobat Angie sejak masih duduk di bangku SMP kelas dua – memutuskan untuk kembali ke Semarang setelah (mencoba) bekerja di Banyuwangi beberapa bulan. Mengapa? Akan mudah mengajak Angie dolan keluar negeri, eh, luar kota jika ada Fitri. Hihihi … Selama ini kita dolan berempat: Angie memboncengkan aku, sedangkan Fitri memboncengkan Ranz, sang penunjuk jalan/pembaca peta nan handal. :D

Jumat itu kita meninggalkan rumah sekitar pukul 13.30, menuju Solo. Ranz menunggu kedatangan kita disana. Jadi kita meninggalkan Semarang hanya bertiga: aku membonceng Angie, Fitri sendirian. Perjalanan cukup lancar sampai Angie merasa tangannya kesemutan hingga butuh istirahat. Ini kita sampai di kota Salatiga. Aku mengajak Angie dan Fitri mampir ke satu minimarket tempat aku, Ranz, Tami, dan Pakde Dije juga mampir ketika kita bersepeda menuju Solo di tahun 2015 untuk menghadiri jamboree sepeda lipat nasional kelima. Waktu aku bersepeda lewat sini hanya berdua dengan Ranz, bulan Mei 2018, malah tidak mampir kesini. J

Setengah jam kemudian, kita bertiga melanjutkan perjalanan. Aku ingat, dari sini, kita hanya butuh melewati satu tanjakan lagi. Setelah itu trek tinggal menurun landai. (hahaha … bahkan ketika naik sepeda motor pun, yang ada di benakku adalah tanjakan! LOL.)

Setelah melewati Kartasura, memasuki jalan Slamet Riyadi – Solo, jalanan padat merayap. Hwaduh … tumben nih Solo macet. Apa karena itu sudah lebih dari jam empat sore ya, jam orang-orang pulang kantor? Untung kita masih bisa mlipir. (untungnya naik sepeda motor, bukan mobil.) Pukul 16.35 kita sampai rumah Ranz di kawasan Jongke – Laweyan dengan selamat. Alhamdulillah … Saatnya istirahat.

Menjelang pukul tujuh malam, kita keluar. Aku mengajak ke Galabo, pusat kuliner mereka yang bertamu ke Solo. Eh, padahal kalo aku sendirian ke Solo, Ranz ga pernah mengajakku kesini. LOL. Tapi karena aku mengajak Angie, dan kebetulan ada moda transportasi yang bisa mengantar kita kemana-mana, ya kesempatan kita dolan ke Galabo dong yaaa.

Di Galabo, aku pesan kwetiau goreng. Dan pilihanku ternyata benar, kwetiaunya enak banget! Ranz memesan rica-rica bebek yang dia makan tanpa nasi. J Angie memilih nasi goreng, sedangkan Fitri ingin mencoba sate buntel. Sate buntel ini adalah sate kambing. Lantas bedanya dengan sate kambing biasa apa dong? Googling saja yaaa. J

Usai makan, kita sempat jalan-jalan sebentar di kawasan situ. Kemudian kita berputar ke arah keraton, naik motor. Sempat berfoto-foto juga sebentar disini. Ranz sempat mengajakku mampir ke satu toko helm untuk mengganti kaca helm yang kupakai. Setelah lebih dari pukul Sembilan malam, kita menuju jalan Slamet Riyadi untuk berfoto-foto dengan background graffiti yang cukup ngehits.

Pukul sepuluh malam kita telah sampai di Wedangan Pak Basuki. Saatnya bagiku untuk menikmati teh nasgitel Pak Basuki yang telah kondang ke seluruh negeri, eh, seluruh Jawa Tengah, eh, seluruh Karesidenan Surakarta. J Presiden Jokowi pernah mampir kesini lho. J Pukul sebelas malam kita telah kembali ke rumah Ranz. Saatnya kita beristirahat.

Sabtu 6 Oktober 2018 ~ hari kedua

Aku sedikit khawatir, terus terang, jika Angie membawa kebiasaannya kesini: tidak bisa bangun pagi. LOL. Pukul enam pagi aku mandi dan mempersiapkan diri. Ternyata pukul tujuh, Angie dan Fitri sudah siap melanjutkan perjalanan. Bagus laaah. :D

Aku berniat mengajak mampir ke satu warung waralaba soto Mbok Giyem di kawasan Karanganyar, tempat aku dan Ranz pernah mampir beberapa kali saat bersepeda ke arah sini. Namun ternyata jam 7 itu Ibunda Ranz sudah selesai masak untuk sarapan. Ranz mengajak kita sarapan di rumah saja. Ya terima kasih banget dong, kita bisa lumayan ngirit. LOL. Meski ini berarti aku tak bisa menikmati lezatnya soto Mbok Giyem.

Belum ada pukul delapan pagi kita sudah dalam perjalanan menuju arah Karanganyar. Perjalanan lancar hingga di pusat Kabupaten Karanganyar, Fitri mengajak berhenti untuk membeli BBM. Kebetulan tak jauh dari situ ada minimarket, aku pun mampir untuk membeli permen. Sebenarnya aku bukan penikmat permen; namun dalam perjalanan begini, mengulum permen dalam mulut cukup membuatku lebih alert ketimbang mulut dalam keadaan kosong.

Melewati pertigaan Karangpandan dengan naik sepeda motor rasanya amazing, lol, aku (dan Ranz) lewat pertigaan ini tiga kali dengan naik sepeda soalnya. Desember 2011 ke Tawangmangu; pulangnya mampir ke Candi Cetho dan Candi Sukuh. Dari terminal Karangpandan kita naik bus karena rem Snow White rusak waktu itu. Januari 2013 kita bersepeda ke Candi Cetho; sedangkan ke Candi Sukuh bulan Oktober 2013.



Kita melewati terminal Tawangmangu (dalam kondisi segar bugar, tidak seperti 7 tahun lalu, aku teler berat, lol) sekitar pukul setengah sepuluh. Aku mulai alert untuk memilih mau menginap dimana. Aku tidak ingin menginap di penginapan yang sama yang kita inapi 7 tahun lalu. :D Ga butuh waktu lama, waktu melihat WISMA YANTI, aku langsung jatuh cinta. Aku pun meminta Angie belok ke arah wisma itu. Penginapan ini terdiri dari satu lantai dengan bentuk rumah-rumah yang pernah ngetren di decade 1970-an di daerah Semarang. Dindingnya berwarna putih, ada pintu masuk di sebelah kanan dan depan, juga jendela yang terletak di samping pintu. Ketika kita datang, semua kamar masih terpakai. Namun oleh si penjaga, kita dijanjikan bahwa kamar akan sudah siap saat jam check in, sekitar pukul 13.00. kebetulan semua kamar disewa satu perusahaan dan Sabtu siang itu mereka semua akan check out.

Setelah memilih kamar yang mana yang akan kita inapi, dan memberi uang muka, kita melanjutkan perjalanan. Aku mengajak ke Cemoro Kandang, karena penasaran tanjakan kesini seperti apa. Kawan-kawan pesepeda yang telah mencapai daerah situ merasa sangat bangga, soalnya. :D

Dari Wisma Yanti, kita terus melanjutkan perjalanan ke atas, sekitar 10 kilometer, sampai ada tulisan CEMORO KANDANG di sisi kiri arah kita datang. Oke, tanjakannya cukup menantang, apalagi jika kita membawa tas pannier. Hihihi … Namun karena kali ini kita naik sepeda motor, ya gampang lah ya. Apalagi untuk aku dan Ranz yang tinggal duduk manis di boncengan. LOL. Setelah foto-foto, aku mengajak mampir ke satu warung makan; kita sudah butuh minum dan ngemil sesuatu. Aku pesan teh panas dan seporsi sate ayam dan lontong. Angie dan Fitri sama-sama pesan satu porsi mie instan rebus, dan kopi putih. Ranz memesan pisang coklat.


Karena Cemoro Kandang ini terletak di ketinggian, kita pun merasa kedinginan, apalagi ketika angin berhembus. Aku telah mengenakan jaket yang menurutku cukup tebal, namun tetap lah aku kedinginan. Hihihi … Untung sebelum kesini aku sempat berpikir untuk meninggalkan jaket di Wisma Yanti, namun ga jadi.

Dari Cemoro Kandang, kita menuju Bukit Sekipan. Clue yang diberikan oleh Ranz, Bukit Sekipan adalah Bumi Perkemahan. Untuk menuju kesini, trek yang kita lewati turunan yang cukup curam. Duh, langsung terbayang kalau kesini naik sepeda, baliknya menuju penginapan, kita harus nelangsa gowes nanjak. LOL. Tanjakan tidak berhenti sesampai di Tawangmangu, karena  jika kita akan menuju ke satu destinasi wisata, kita masih kudu menapaki tanjakan. LOL.

Ternyata tanggal yang kupilih untuk dolan juga dipilih oleh banyak orang untuk melakukan hal yang sama. :D Di Bukit Sekipan banyak rombongan yang sedang mengadakan reuni atau pun acara-acara lain. Bisa dibayangkan di tempat parkir terlihat banyak bus/mobil. Banyak orang terlihat mengenakan kaos ‘seragam’. Di satu lokasi yang dipakai untuk kemah, terlihat beberapa tenda telah terpasang.

Kita berempat hanya jalan-jalan menikmati hehijauan dan foto-foto tentunya. Areanya tidak terlalu luas, sehingga kita tidak perlu berjalan jauh.

Sekitar dua jam berikutnya kita telah menuju destinasi selanjutnya: Grojogan Sewu. Atas saran si bapak penjaga Wisma Yanti, kita masuk Grojogan Sewu lewat pintu masuk kedua. Untuk menuju kesana, kita harus melewati turunan yang lumayan curam, untung permukaan aspalnya lumayan bagus. Dari pintu masuk kedua ini, kita bisa menemukan satu jalan alternative menuju Telaga Madirda, yang jika dilanjutkan kita akan sampai di Candi Sukuh. J

Jika masuk ke Grojogan Sewu lewat pintu masuk kedua, kita tidak perlu melewati tangga yang jumlahnya sampai ratusan anak tangga. :D Dan tidak banyak turis yang lewat sini sehingga tidak begitu penuh. Waktu menunjukkan pukul setengah empat lebih ketika kita membeli tiket masuk. Oleh si penjaga kita diberitahu bahwa kita harus sudah meninggalkan lokasi paling lambat jam lima sore.

Musim kemarau tahun 2018 ini memang sangat panjang, sehingga bisa dibayangkan air yang mengalir di grojogan itu tidak terlalu banyak. Dan karena kita tidak membawa baju ganti, kita tidak nyemplung ke air yang terletak di bawah grojogan. Kita hanya foto-foto secukupnya di lokasi ini. Sebelum pukul lima sore ternyata kita telah kembali ke tempat parkir.

Dari Grojogan Sewu kita kembali ke penginapan, saatnya istirahat. Meski naik motor, ternyata capeknya juga ga terlalu jauh berbeda dengan naik sepeda. Eh, tentunya kalau naik sepeda, aku sampai klenger. Kekekekeke …

Sekitar pukul tujuh malam kita keluar untuk makan malam. Usai makan, Angie dan Fitri kembali ke hotel naik sepeda motor, sedangkan aku dan Ranz memilih berjalan kaki. Ranz ingin beli sate kambing yang di tahun 2011 dulu kita nikmati. Sayangnya setelah kita sampai di tempat yang jualan sate kambing, ternyata sate kambingnya sudah habis. Karena Ranz belum makan, kupaksa dia membeli sate kambing di lokasi yang lain, meski katanya rasanya tidak senikmat yang dia inginkan.

Minggu 7 Oktober 2018 ~ hari ketiga

Pagi ini kita mendapatkan sarapan berupa nasi goreng dari penginapan. Lumayan. Oh ya, untuk menyewa dua kamar, kita membayar Rp. 450.000,00. Hari ini kita hanya mengunjungi satu destinasi: Taman Balekambang. Ada apakah disana?

Pertanyaan pertama bagiku sebenarnya adalah mengapa namanya sama dengan ruang terbuka yang terletak tak jauh dari stadion Manahan – Solo ya? Aku suka Taman Balekambang yang itu, tempat nongkrong gratis dan nyaman. Sampai sekarang aku masih berharap di Semarang ada taman tempat nongkrong yang luas seperti itu. J

Taman Balekambang yang terletak di Tawangmangu ini ternyata berupa taman bermain anak-anak. Ada beberapa permainan anak buat mereka yang bersedia mengeluarkan dana lagi. Sedangkan untuk orang dewasa yang berkunjung kesini, pihak pengelola membangun miniature ikon-ikon mancanegara, seperti patung Miss Liberty, Coloseum, Lapangan Tiananmen, Piramida dan Sphinx, dll. Cocok buat yang suka selfi atau pun foto-foto rame-rame. :D

Kita kembali ke penginapan sekitar pukul setengah sebelas untuk packing, kemudian check out. Sebenarnya aku pingin mampir ke Telaga Madirda, tapi aku khawatir jika sesampai rumah Angie kelelahan. Ya sudah, usai check out, kita langsung kembali menuju Solo.

Sesampai kota Solo, untuk makan siang, aku meminta Ranz mengantar kita ke Warung Selat Mbak Lies yang kondang itu. Angie sudah pernah kuajak kesini, sekian tahun lalu, namun bagi Fitri, ini adalah kunjungan pertamanya. Dan … sudah cukup lama aku dan Ranz tidak ke Mbak Lies. J Setelah makan siang, kita kembali ke rumah Ranz.

Kita meninggalkan rumah Ranz sekitar pukul satu siang, kembali ke Semarang. Alhamdulillah perjalanan lancar. Kita sekali mampir di satu minimarket di Salatiga untuk membeli minum dan beristirahat. Aku membeli permen untuk diemut sepanjang perjalanan sebagai penahan kantuk. :D

Aku dan Angie sampai rumah sekitar pukul setengah lima sore.

Next time, kemana lagi yaaa? :D

Gizi 14.41 22Nov2018


No comments: