DOLAN UNGARAN
Ada tanggal merah di tengah-tengah ‘weekdays’, yakni tanggal 20 November
2018. Untuk turut merayakan libur ini, lol, aku mengajak Angie ke Candi
Ngempon. Dia kudu mengetahui bahwa di kawasan Ungaran juga ada cagar budaya
berupa candi. J karena kebetulan Ranz
ada di Semarang, kuajak sekalian. Dan, nanggung lah kalau hanya bertiga; aku
pun meminta Angie untuk mengajak Fitri untuk memboncengkan Ranz. J In fact, that is the point. LOL.
Dan, berhubung ada Ranz si pembaca peta nan handal, aku ga hanya mengajak
Angie ke Candi Ngempon, namun sekaligus menyambangi curug yang kukunjungi bulan
Juli kemarin bersama para gadis pelor naik sepeda, Curug Gendhing Asmara.
Kita berangkat dari kos Ranz sekitar pukul setengah sepuluh pagi. Aku
memilih Curug Gendhing Asmara sebagai tujuan pertama, karena lebih dekat dari
Semarang.
CURUG GENDHING ASMARA
Meski sudah pernah kesini, aku ga yakin apakah aku bisa menemukan lokasi
ini dengan mudah. :D Belak beloknya keterlaluan seringnya. LOL. Mungkin aku
harus mencoba kesini sendirian, baru aku akan mengingatnya dengan baik. LOL. Karena
kita berempat kesini naik sepeda motor, tak ada tanjakan yang sulit dilewati.
Hahahahah …
Aku lupa tidak memperhatikan jam berapa kita sampai di destinasi wisata
yang bisa dikatakan cukup baru ini. Yang pasti bisa dianggap lumayan pagi karena
lokasi masih lumayan sepi, tidak sebanyak yang kubayangkan. Waktu berkunjung
kesini bulan Juli 2018 lalu kita sempat bertemu dengan seseorang yang mengaku
salah satu penggiat pertama agar curug ini dikembangkan menjadi destinasi
wisata dengan menyediakan spot-spot yang instagrammable. Maklum, di zaman
social media seperti sekarang, semua wisatawan ingin berkesempatan mengambil
gambar dengan latar belakang yang menarik untuk diunggah di akun social media
masing-masing.
Meski awalnya Angie sempat terlihat kecewa, “Ma … kok kesannya kayak
kuburan?” tanyanya. (Ini gegara dia lihat satu warung di dekat tempat parkir
yang ditutupi dengan ‘mmt’ dengan tulisan “Ziarah”. LOL. Akhirnya kulihat dia
lumayan menikmati suasana juga, dengan memotret disana sini, mungkin juga
menyuting disini sana. Tentu juga selfie lah. Maklum, anak muda. LOL. Foto yang
cantik tidak melulu butuh lokasi wisata yang indah dilihat, namun pengambilan
sudut foto juga menentukan. J
Kita meninggalkan curug sekitar pukul 12.00. Tujuan berikutnya adalah Candi
Ngempon, Karangjati. Untuk menuju kesana, setelah ngecek google map, Ranz
memilih lewat Ngobo, dimana kita melewati ALASKA alias Alas (Hutan) Karet.
Tidak kita sangka ketika sampai disana, banyak orang yang berhenti dan
berfoto-foto, atau bersantai-santai. Ada beberapa orang yang mencoba mencari
nafkah dengan berjualan makanan dan minuman. Waaah … Tentu saja kita berempat
berhenti untuk berfoto-foto. J
Ketika kita berada di Curug, suasana panas. Namun ketika kita sampai di
Candi Ngempon, mendung datang, bahkan kadang telah terasa rerintik gerimis
menyapa. Setelah memarkir sepeda motor di tempat parkir, kita berjalan menuju
kawasan candi. Jalan setapak menuju kawasan candi masih sama, belum banyak
perbaikan, mungkin karena pemerintah daerah tidak berupaya membuat Candi
Ngempon sebagai satu destinasi wisata, beda dengan Gedong Songo.
Meski jalan setapak tidak menunjukkan perbaikan, yang mengherankan, kita
melihat ada beberapa pengunjung lain di area candi. Wah … Tahun 2012 lalu waktu
aku dan Ranz kesini, yang terlihat dolan kesini hanya beberapa anak mengenakan
seragam sekolah, yang nampaknya kabur dari sekolah untuk pacaran. LOL. Tahun
lalu waktu aku kesini sendiri naik sepeda, aku sama sekali tidak melihat
pengunjung lain. :D
Mendung kian pekat setelah kita memutuskan untuk meninggalkan area candi.
Aku mengajak Angie mampir ke Petirtaan Derekan yang terletak di seberang
sungai. Petirtaan ini juga merupakan cagar budaya. Konon dibangun bersamaan
dengan candi Ngempon. Pengunjung petirtaan ini lebih banyak lho ketimbang
candi. J Bahkan satu keluarga
yang datang bersamaan dengan kita (waktu menuruni jalan setapak dari tempat
parkir) juga kesini untuk berendam di air hangat Petirtaan Derekan, bukan untuk
mengunjungi candi. J
Saat kita menikmati makan siang di satu kantin di petirtaan (aku pesan
sepiring pecel sayur tanpa nasi, Angie, Fitri dan Ranz kompak memesan mie
instan), hujan turun dengan lebat. Wahhh .. dejavu deh. Tahun 2012 dulu waktu
kita makan di sini, hujan juga turun dengan lebat. Dan karena malas menuntun
sepeda melewati jalan setapak yang licin dan berumput, aku dan Ranz
meninggalkan lokasi itu lewat jalan masuk menuju Petirtaan Derekan, ke arah
Selatan, bukan balik ke jalan kita masuk candi. Walhasil lebih jauh dan …
nanjak! LOL.
Satu jam kemudian hujan berhenti. Syukurlah. Saat kita kembali berjalan
kaki menuju tempat parkir. Karena jalan keluar dari tempat parkir ke pintu
gerbang sempit dan kadang curam (tanjakan/turunan) aku memutuskan untuk
berjalan kaki menuju pintu gerbang, biar Fitri dan Angie naik sepeda motor
sendiri, tanpa terbebani yang duduk di boncengan.
Perjalanan pulang menuju Semarang lancar dan kita tidak digoda hujan. Hanya
aku mengantuk. LOL.
Lumayaaan, ada tambahan stok foto untuk diunggah di akun instagram maupun
facebook. I do love red-letter days. LOL.
Gizi 14.50 23/11/2018
No comments:
Post a Comment