Tuesday, March 20, 2007

My Sweet Angie



Jumat 16 Maret 2007.
Aku menginjakkan kaki di rumah, sepulang dari Paradise Club fitness center, sekitar pukul 09.15. Setelah mengambil setumpuk pakaian kotor dari keranjang yang khusus kusediakan untuk pakaian kotor di kamar, aku langsung ke kamar mandi. Dan berkutatlah aku di situ selama kurang lebih satu setengah jam; mencuci pakain plus mandi (yang kedua, karena pagi harinya sebelum mengantar Angie ke sekolah dan kemudian ke PC, aku sudah mandi.)
Sekitar pukul 11.00, seusai menjemur pakaian yang baru saja kucuci, aku masuk kamar karena kudengar bunyi “ding ... dong ...” pertanda ada sms masuk ke hape. Aku yang sedang menunggu sms balasan dari Abang semenjak pukul 8 pagi harinya, langsung berlari untuk mengambil hape, untuk mencari tahu mengapa Abang membalas smsku sangat terlambat.
Setelah kubuka hapeku yang berbentuk flip flop itu, kulihat ada satu sms yang menunggu dibuka, dan tujuh missed calls. Heran, siapa yang miscall? Oh ... ternyata my Lovely Star. Dan sms itu pun darinya, yang mengatakan, “Ma ... jemput sekarang aja ya?”
Karena belum siap, aku membalasnya, “Sebentar Sayang, Mama baru selesai menjemur cucian. Tunggu ya?”
Aku langsung buru-buru mempersiapkan diri.
Angie membalas, “Cepetan ya Ma. Ini teman-teman yang menemani Angie nungguin Mama jemput udah hampir mati kebosanan nih.” LOL.
15 menit kemudian aku sudah sampai di traffic light dekat sekolah Angie, SMA N 3 Semarang. Selama itu, Angie tak bosan-bosannya misscall melulu. Heran, apa yang membuatnya usil begitu yah? pikirku. LOL.
Sesampai di pintu keluar, aku lihat Angie sedang duduk sendirian, manyun kebosanan. LOL. Sorot matanya memancarkan rasa gundah. Aku heran, ada apa?
Angie langsung duduk di boncenganku, dan tanpa bicara apa-apa aku langsung ngacir. Dalam perjalanan aku ingat-ingat lagi Angie tidak pernah marah maupun gusar atau sebangsanya itu kalau aku menjemputnya terlambat. Waktu dia masih duduk di bangku SD dulu, aku pernah menjemputnya sangat terlambat, kurang lebih 1 jam, karena aku harus melakukan sesuatu yang lain. Dan berhubung kita berdua belum terhubung dengan handphone (masih terlalu mahal untuk ukuran kantongku waktu itu), praktis kita tidak bisa saling memberitahu. Bahkan pada waktu itu pun, yang kulihat adalah senyum manisnya yang mengembang tulus, matanya berbinar menatapku senang, melihat Mamanya datang menjemput. Sedangkan aku sendiri berurai air mata, karena merasa begitu bersalah datang menjemput sangat terlambat.
So, apa gerangan yang membuat Angie manyun? Aku bertanya dalam hati.
Sebelum pulang, aku ajak Angie mampir ke restauran Mie Bandung. Beberapa hari sebelumnya, dia bilang pengen makan mie ayam bakso. Aku ajak Angie mampir ke situ bukan untuk menebus rasa bersalahku karena datang terlambat menjemputnya, tapi memang sebelumnya sudah kurencanakan. Bahkan kupikir Angie yang pulang terlalu awal. LOL. Setahuku biasanya dia pulang sekolah sekitar pukul 11.30 kalau hari Jumat.
Setelah masuk restaurant, dan Angie menulis pesan makan dan minum, aku menatapnya. Sembari menunggu pesanan datang, Angie langsung nerocos.
“Mama ... ga kebayang deh pasti apa yang terjadi kemarin di pertandingan sepak bola!” Angie terlihat menahan emosi (yang dengan baik dia lakukan.)
Dan ... mulailah acara curhatnya. Ah ... aku lega. Angie belum berubah. Sorot matanya yang gundah, dan bibirnya yang manyun tatkala aku datang menjemput bukan dikarenakan dia ngambek aku datang terlambat. Tapi karena dia sebal, dan (agak) patah hati mendengar apa yang terjadi di pertandingan sepak bola hari Kamis. Angie sendiri tidak nonton pertandingan kelasnya melawan kelas lain itu, sehingga dia tidak langsung tahu kejadian heboh apa yang terjadi.
Curhat Angie kali ini kusensor ajalah. Bukan untuk umum. LOL.
My sweet Angie ... the best blessing I have ever got in this life of mine.
PT56 21.55 180307

No comments: