Saturday, June 23, 2007

Angie and Her Ex

Beberapa minggu lalu Angie pulang sekolah dengan wajah agak murung. Aku tidak bertanya mengapa karena seperti nyokapnya, Angie bukan tipe anak yang mau bercerita kalau dia tidak sedang mood bercerita. Namun kalau sedang mood, dia akan bercerita banyak, tanpa perlu ditanya. Dan biasanya dia memang bercerita banyak hal kepadaku.


Malam itu, ketika pulang dari mengajar, aku bercerita-cerita tentang suasana kelasku kepada Angie. Di dalam kelas, ada seorang sekolah Angie sejak SMP, inisialnya R, perempuan. R sangat talkative dan kupikir dia memanfaatkan keberadaanku sebagai nyokapnya Angie sehingga dia merasa nyaman-nyamansaja talkative di kelas, meskipun waktu itu siswa-siswa yang lain sedang berdiskusi sesuatu atau mempersiapkan debat antar kelompok, dll.



Ketika menyebut R inilah, tiba-tiba Angie bercerita tentang sesuatu hal yang telah membuat hatinya agak kesal. Pagi itu R bererita kepada Angie tentang apa yang dikatakan oleh seorang anak laki-laki, inisialnya RZ, yang pernah “menembak” Angie, untuk menjadi pacarnya. Sebelum “menembak” Angie, Angie tahu bahwa RZ berpacaran dengan R, namun dia mengaku telah putus dengan R ketika “menembak” Angie. 


R bercerita, “Kamu tahu Ngie, waktu RZ kutanya mengapa dia menembakmu waktu kelas 3 SMP itu, meskipun aku dan dia belum resmi putus. Dia bilang, ‘Aku cuma pengen ngerasain gimana sih rasanya pacaran tapi tidak sayang.’ Coba bayangkan, ngeselin ga tuh orang?”


Wajah Angie terlihat sedikit terluka tatkala becerita hal itu kepadaku. Dia bilang, “Enak aja RZ bilang begit ke R. Emangnya dikira Angie sayang sama dia???”


Aku mencoba menetralisir perasaan marah Angie dengan mengingatkannya atas apa yang dia katakan dulu padaku.


“Angie coba ingat-ingat lagi peristiwa sekitar satu setengah tahun yang lalu itu. Mama sendiri kaget waktu Angie bercerita bahwa Angie menerima ‘tembakan’ RZ, kirain Angie masih suka pada RM. Tapi lantas Angie bilang Angie menerima RZ karena kesel sama RM. Angie seperti ingin berkata kepada RM, ‘Nih, aku laku kan? Putus sama kamu, aku juga dapet yang lain, yang ga kalah cakep, pintar, dan tajir dari kamu!’


Namun entah mengapa atkala gosip beredar di sekolah bahwa Angie pacaran dengan RZ, Angie tiba-tiba merasa tidak nyaman kepada RM, dan Angie ngomong ke geng-nya Angie, ‘Well, aku menerima RZ hanya untuk pelarian aja kok.’ Menurut pendapat Mama waktu itu, di satu sisi, Angie ingin pamer pada RM punya cowo baru. Tapi di sisi lain, Angie juga ingin nunjukin ke dia kalau Angie ga bener-bener suka ke RZ karena Angie masih suka pada RM.”


Sampai di situ kata-kataku, Angie tersenyum-senyum geli. Kemudian aku melanjutkan, “Jangan dikira geng Angie tidak akan menyebarkan omongan Angie itu ke teman-teman lain. Angie tahu sendiri betapa gampang gosip menyebar di sekolah Angie saat itu. Nah, apa dikira kalau RZ dengar pernyataan itu, dia ga bakal sakit hati pada Angie?”


Senyum Angie tambah melebar, dan dia mulai merajuk, “Masak sih Ma dia denger? Kalaupun denger, masak sih Ma dia sakit hati?”


“Try putting yourself in his shoes honey. What do you think? Would you get hurt or not?”


Angie tidak menjawabnya. Dia hanya tersenyum-senyum geli. Ekspresi wajahnya yang semula masam dan agak terluka hilang. Dia menatapku dengan sorot mata yang kuterjemahkan, “Kok Mama inget sih Angie ngomong gitu?” LOL.


“Kalau menurut Mama kira-kira RZ masih sayang R ga sih waktu dia nembak Angie dan pacaran dengan Angie?” tanyanya merajuk.


“Well, I cannot figure it out.”


“Menurut Mama, RZ tuh pernah sayang Angie atau engga? Atau memang cuma main-main doang?”
“Well, kalau inget sms-sms manis yang dia kirim ke Angie sebelum ‘menembak’ Angie, kayaknya sih dia memang sayang sama Angie. Well, at least pernah. Itu sebab setelah dia tahu Angie putus dengan RM, dia langsung mengambil kesempatan itu untuk ‘menembak’ Angie meskipun dia belum putus dengan R. Harusnya Angie sadar kayaknya Angie duluan deh yang nyakitin dia dengan ngomong ke geng-nya Angie tentang masalah pelarian itu. Tapi kalau bandingin keberanian dia mengirim sms-sms manis dan mesra seperti itu ke Angie dengan RM yang pemalu, well, kata Mama dia punya bakat untuk menjadi buaya juga. LOL. ” kataku mencoba menganalisa.


“Anyway honey, that is not important anymore now. Yang ingin Mama tekankan di sini adalah Angie tidak perlu terluka dengan apa yang dikatakan oleh R yang katanya didengarnya dari RZ. Sekarang skor Angie dengan RZ satu sama. Dulu Angie melukai RZ dengan mengatakan dia hanyalah pelarian Angie saja. Dan mungkin seantero kelas 3 SMP N 1 angkatan 2005/2006 mendengarnya. Sekarang RZ membalasnya dengan mengatakan hal tersebut kepada R, dan belum tentu seantero kelas X SMA N3 mendengarnya. Ok? Keep your chin up. And let bygone be bygone.” 


Wajah Angie terlihat ceria kembali. Dan aku senang melihatnya. This is one role of a mother and a best friend that I always enjoy from my relationship with Angie, my Lovely Star.


LL 16.18 190607

No comments: