Sunday, June 24, 2007

Angie and Popcorn

Beberapa hari yang lalu Angie komplain padaku, “Gara-gara Mama nih! Angie jadi suka ngecengin brondong kan?”

“Loh, apa-apaan nih?” tanyaku, ga ngerti.

“Tuh, mas Imoet yang kakak kelas pun ternyata hari ini baru berulang tahun yang ke 16. Berarti dia lebih muda dua bulan dibanding Angie!”

“Oh well, so what gitu loh Sayang kalo naksir cowo yang ternyata lebih muda?” komentarku.

“Malu lah Ma. Masak setiap kali Angie naksir cowo, selalu cowonya lebih muda dibanding Angie?” komplainnya lagi.

“Weleh, kan ga yang ada ngelarang lagi? Emang ada peraturan cewe harus naksir cowo yang lebih tuaan?” protesku.

“Emang ga ada sih. Tapi, Angie kan pengennya naksir cowo yang lebih tuaan?” jawabnya manja.

“Lah, salah sendiri napa pakai peraturan seperti itu pada diri sendiri?”

“Ini pasti gara-gara Mama dulu waktu SMP naksir adik kelas. Sekarang menurun ke Angie kan? Naksir cowo yang lebih muda? Padahal mas Imoet itu kan kakak kelas? Kok ya tetep aja Angie terperangkap dalam masalah naksir cowo yang lebih muda. Ga jadi pantes kuberi nick MAS IMOET dong orang dia lebih muda dua bulan?”

“Lho kok Mama jadi scapegoat sih? Itu kan bukan penyakit keturunan? And about his nick, oh well honey, you can change it now. Not MAS IMOET anymore, but DIK IMOET.” Godaku. Hahahaha ...

“Enak aja, emangnya Angie udah tua banget apa, manggil dia DIK?” komplain Angie.

“Loh kata Angie dia ga pantes dipanggil MAS karena ternyata dia lebih muda, gimana sih?” tanyaku, tetap dengan nada menggodanya.

Dan Angie cuma bisa merengut. Hahahaha ...

####

Entah berasal dari mana, tapi akhir-akhir ini ada satu kata gaul yang sering dipakai orang-orang untuk menyebut laki-laki yang berhubungan dengan perempuan yang lebih tua: BRONDONG. Apa hubungan laki-laki yang lebih muda ini dengan brondong alias pop corn? Karena sama-sama renyah? Wakakakaka ...

Dan Angie pun ikut-ikutan menggunakan istilah tersebut. Entah kecewa atau entah kenapa tatkala mengetahui bahwa cowo kakak kelas gebetannya ternyata lebih muda, Angie sempat woro-woro ke beberapa teman dekatnya. Dan komentar mereka nyaris sama, “Kamu tuh Nggie, seleramu memang brondong-brondong gitu deh.”

Wakakakakaka ...

“Padahal Angie tuh ya udah bela-belain naksir kakak kelas. Eh, tetap aja dia lebih muda dibanding Angie,” komplain Angie kepadaku.

Huehehehehe ...

####

Dalam mendidik Angie, aku selalu berusaha untuk melepaskan dirinya dari kotak-kotak bahwa dalam suatu hubungan sang laki-laki harus LEBIH dibanding si perempuan, misal: lebih tua, lebih tinggi baik fisik maupun pendidikannya, lebih kaya, dll. Aku berharap agar Angie tumbuh bebas lepas, tanpa terbelenggu nilai-nilai yang sering tidak masuk akal dan tidak memiliki esensi. Aku juga berharap dengan cara berpikir yang demikian akan membuat Angie tidak ikut terlibat gosip menggosip yang tidak sehat. (Aku ingat tatkala seorang rekan kerja, perempuan, menikah dengan laki-laki yang secara fisik lebih pendek dari dia, maupun rekan kerja, juga perempuan, menikah dengan laki-laki yang jauh lebih muda, banyak orang-orang yang berbisik-bisik di belakangku di pesta pernikahan mereka, mengatai tidak pantas, dll. Sucking people!!!)

Namun toh Angie tetap saja gusar tatkala dia merasa ‘berbeda’ dengan teman-temannya yang lain.

Aku sempat pernah me’ngompori’nya untuk ‘menembak’ cowo terlebih dahulu. LOL. Sebelum melakukannya, dia bertanya dulu kepadaku, “Mama, is it okay for a girl to express her feeling to a boy first? And not on the way around?”

“Why not, honey? Girls have right to do it too of course. Just express yourself openly. I encouraged her.

“But kalo ternyata dia menolak, tengsin berat dong Ma?”

“Yah, itu resiko dong Sayang. Apa dikira Angie tuh cowo-cowo ga tengsin kalo ‘tembakan’nya ditolak cewe yang dia taksir?”

“Tapi kan kalo cowo ditolak cewe itu udah lazim Ma? Masak mereka tengsin juga?” tanya Angie ga percaya.

“Semua orang merasakan hal yang sama dong menurut Mama,” jawabku.

“Tapi cowo kan bermuka lebih tebal dibanding cewe Ma,” protes Angie.

“Ah ya belum tentu dong Sayang!” jawabku lagi.

And in fact, Angie really did that. LOL. Aku sendiri ga yakin apakah akan mampu melakukannya. Hahahahaha ... Rasanya ga bakal mampu menahan malu berat seandainya ditolak. Wakakakakaka ... Good for Angie because it worked well on her. LOL.

Aku yang selalu merasa menjadi salah satu korban kultur patriarki ini menginginkan kultur yang jauh lebih ramah terhadap perempuan untuk Angie. Namun toh Angie tetap saja terkungkung dengan konsensus-konsensus yang entah kapan mulai diberlakukan. As her beloved Mom, tentu saja aku tidak akan berhenti untuk berusaha menghadirkan dunia yang lebih nyaman buatnya, untuk menerima keperempuanannya dengan terbuka, dan tetap merasa equal dengan laki-laki, tanpa perlu merasa terbatasi hal-hal yang tidak masuk akal. Well, at least tidak masuk akal buatku, sang Feminis.

PC 07.35 050607

No comments: